Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

No Other, The Story (05/55)

14 Januari 2019   18:06 Diperbarui: 14 Januari 2019   18:17 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku sedikit merinding mendengar suara memohon Yifang jie yang sepertinya hasil aktingnya. Terlalu real, permohonan yang bisa membuat orang-orang yang tak tau dia sedang berakting, pasti kalut bukan kepalang. Aku sudah lama tau Yifang jie bisa berakting, tapi belum pernah melihat dia berakting total seperti ini, apalagi dalam keadaan gawat begini. Jantungku nyaris berhenti berdetak ketika pintu mendobrak terbuka, dan wajah seorang pria yang tidak kami kenal sedang memandangi kami.

"Kau kenapa?"

Dia manis. Itu kesan pertamaku saat melihat wajah si pria. Dia pasti tidak lebih tua dari 25 tahun, rambut hitam berponinya terlihat lembut, dan wajah berkulit putihnya memandang kami bergantian, khawatir. Yifang jie terbatuk, dan aku baru ingat kami semua perlu berakting.

"Kami... kami tersasar... dan kami... tidak tau harus kemana," keluh Aqian, suaranya juga terdengar memelas.

 "Tapi ini sudah malam, dan kalian hanya tiga gadis usia sekolah! Kalian mau kemana sebenarnya? Dan kau pucat!"

Si pria menunjuk Yifang jie. Aku kaget ketika Yifang jie sengaja menyandarkan badannya ke tubuhku. Untunglah aku cukup sigap sehingga kami tidak jatuh bersama. Bagian dari acting? Yifang jie benar-benar hebat! Dia harusnya bekerja jadi aktris saja! Sekarang wajah si pria makin cemas, ekspresi yang sepertinya tidak asing.

"Hei! Kalian!" teriak si paman membahana.

Aku terlonjak, berusaha mendorong bangun Yifang jie, tapi reaksinya lemah sekali. Aku sekarang memandang panic pada si paman, begitu juga Aqian, sorot matanya penuh ketakutan. Namun aku merasakan tubuh Yifang jie bergetar, lalu terdengar isakan. Aku kaget sekali, tak tau apa yang sebaiknya kulakukan.

 "Ahjussi, jangan khawatir. Mereka... mereka temanku. Salah satunya... pasienku. Ya. Pasienku."

Aku memandang si pria bingung. Pasien? Ah! Ekspresi cemas itu! Itu ekspresi cemas yang tampak di wajah dokter ketika melihat keadaan pasiennya! Pria muda ini seorang dokter? Wow, keren! Dan yang dia katakan barusan... dia berniat menolong kami? Dan tangisan Yifang jie ini disengaja, supaya dia mengasihani kami?

"Pasienmu, Jungsu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun