Mohon tunggu...
Monica Cicilia
Monica Cicilia Mohon Tunggu... -

International Relations Student in Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inggris dan Perang terhadap Sampah Plastik

20 April 2018   13:49 Diperbarui: 20 April 2018   14:45 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inggris secara resmi telah melarang beredarnya produk plastik sekali pakai seperti sedotan, pengaduk minuman dan korek kuping di pasaran sebagai hasil pertemuan para pemimpin negara-negara persemakmuran di London, Inggris. Tindakan ini disampaikan dan dilakukan langsung dibawah instruksi Perdana Menteri Inggris, Theresia May. Dilansir dari CNNIndonesia, hal ini dikarenakan plastik menjadi sampah yang paling banyak ada di dunia. Kandungan zat yang ada pada sampah plastik itu sendiri juga membahayakan untuk lingkungan, telebih untuk kehidupan bawah laut.

Dalam hal ini, Inggris lewat Theresia May menyatakan perang terhadap sampah plastik sehingga produk yang mengandung Microbeads pada kosmetik dan produk lainnya telah dilarang di Inggris. Bahkan setelah melegalkan peraturan kantong plastik berbayar, Inggris berhasil mengurangi sampah plastik sebesar sembilan miliar.

79171717-61f6-45b2-940f-3a834d0c777b-169-5ad9985aab12ae73b56d6713.jpg
79171717-61f6-45b2-940f-3a834d0c777b-169-5ad9985aab12ae73b56d6713.jpg
Oleh karena komitmen untuk memerangi sampah plastik inilah yang menghantarkan Inggris sebagai negara pertama yang fokus dan serius dalam bidang pelestarian lingkungan terkait bidang tersebut. Upaya dan komitmen tidak hanya dijalankan pejabat pemerintahan seperti Perdana Menteri, masyarakat Inggris juga mendukung dan semangat dalam menjalankan kebijakan kantong plastik berbayar serta larangan pemakaian plastik.

98802372-bigblue-00-45-41-05-still007-5ad998dfdd0fa872b81880b2.jpg
98802372-bigblue-00-45-41-05-still007-5ad998dfdd0fa872b81880b2.jpg
Theresia May juga bersinergi dengan Menteri Lingkungan Inggris, Michael Gove dan sudah membuat rencana lingkungan 25 tahun untuk mengakhiri sampah plastik di Inggris. Tidak hanya itu, keduanya juga bersinergi dengan seluruhindustri yang berada di Inggris agar memastikan setiap dampak ekonomi dan lingkungan dari perusahaan plastik itu dapat diatasi. Pemerintah Inggris memberikan 61,4 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,2 triliun hanya untuk penelitian global dan membantu negara-negara Persemakmuran lainnya untuk mengurangi sampah plastik di lautan.

100524790-toc-megaexpedition-ghostnet-retrieving-5ad998f9dd0fa87e0b54baa3.jpg
100524790-toc-megaexpedition-ghostnet-retrieving-5ad998f9dd0fa87e0b54baa3.jpg
Menurut Gove, plastik sekali pakai menjadi sangat berbahaya bagi ekosistem laut, merusak lingkungan sekitar dan satwa di laut sehingga membutuhkan penanganan yang cepat pula. Dengan peraturan melarang penggunaan Microbeads dan peraturan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik seperti sedotan, pengaduk dan korek kuping diharapkan dapat meminimalisir dan mencegah k.erusakan lingkungan laut yang semakin besar dan semakin sulit untuk diperbaiki.

100524792-mega-expedition-plastic-samples-5-5ad999c4f13344612d17a423.jpg
100524792-mega-expedition-plastic-samples-5-5ad999c4f13344612d17a423.jpg
Setiap tahun, total ada 8,5 miliar sedotan plastik yang dibuang di seluruh dunia dan 150 juta ton plastik diantaranya dibuang ke lautan lepas. Sementara menurut Kampanye Ocean Rescue, setiap tahunnya ada jutaan burung dan lebih dari 100.000 mamalia laut mati karena memakan sampah plastik baik karena tidak adanya makanan disana ataupun karena sengaja, bahkan beberapa diantaranya tersangkut dalam tumpukan sampah plastik.

98802370-bigblue-00-45-26-23-still010-5ad99aa016835f2e6b00e1f2.jpg
98802370-bigblue-00-45-26-23-still010-5ad99aa016835f2e6b00e1f2.jpg
Menanggapi kasus banyaknya sampah plastik maupun limbah plastik di dunia, masih banyak pihak yang belum menyadari seberapa berbahayanya plastik yang mereka gunakan. Sadar maupun tidak sadar, kita adalah pembunuh bagi ekosistem darat, laut dan udara. Menyedihkannya lagi, sampah plastik berbahaya saat ini sudah dipakai diseluruh poduk, bahkan dalam bungkus obat-obatan sekalipun.

98803956-bigblue-00-47-27-17-still012-5ad99a4acf01b45e5435fb82.jpg
98803956-bigblue-00-47-27-17-still012-5ad99a4acf01b45e5435fb82.jpg
Plastik yang tertulis "mudah terurai" juga sebenarnya tidak bisa diurai. Memang beberapa sampah plastik dapat didaur ulang menjadi kerajinan tangan yang bagus dan bernilai ekonomis. Namun hal itu sama saja dengan melegalkan setiap orang untuk membeli produk dengan bungkus sampah dengan dalih sampahnya dapat didaur ulang lagi. Di Indonesia, tepatnya di Pulau Pramuka, wilayah itu akhirnya sedikit meluas (reklamasi pulau) akibat tumpuka sampah plastik yang setinggi dataran pulau bahkan bisa diinjak tanpa perlu khawatir tenggelam. Oleh karena itu perlu kesadaran masing-masing individu untuk membatasi pemakaian dan pembelian produk berbungkus plastik agar dunia kita bebas dari sampah plastik.

                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun