Mohon tunggu...
Feri Awaludin Nur
Feri Awaludin Nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi memancing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memanfaatkan Design Thinking untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing

5 Juli 2024   23:40 Diperbarui: 17 Juli 2024   13:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inovasi bisnis telah menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan dinamika pasar yang cepat berubah. Salah satu pendekatan yang semakin populer dalam proses inovasi adalah Design Thinking. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada pengembangan produk atau layanan yang inovatif, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap pengguna akhir. Design Thinking menempatkan pengguna sebagai fokus utama dalam setiap tahap proses inovasi. Hal ini dimulai dengan empati yang mendalam terhadap pengguna, di mana tim inovasi berusaha untuk memahami dengan baik tantangan, kebutuhan, dan harapan yang dihadapi pengguna. Ini dilakukan melalui wawancara, observasi, atau penggunaan alat seperti persona untuk menciptakan gambaran yang jelas tentang siapa yang akan menggunakan produk atau layanan tersebut.a

Selanjutnya, Design Thinking menekankan pada definisi yang tepat dari masalah atau peluang yang ingin diselesaikan. Dengan merumuskan masalah secara baik, tim inovasi dapat memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar relevan dan bermanfaat bagi pengguna akhir. Tahap ideasi dalam Design Thinking mendorong tim untuk berpikir secara kreatif dan bebas, menghasilkan berbagai gagasan atau solusi potensial tanpa penilaian dini. Ini memberikan ruang bagi ide-ide yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, yang dapat mengarah pada solusi inovatif. Prototyping merupakan langkah berikutnya, di mana tim inovasi mengembangkan versi awal dari solusi yang diusulkan. Prototipe ini berfungsi untuk menguji gagasan dengan cepat dan murah, sehingga tim dapat memperoleh umpan balik yang berharga dari pengguna akhir sebelum menghabiskan sumber daya yang besar untuk implementasi penuh.

Setelah prototyping, tahap uji coba memungkinkan tim untuk menguji prototipe dengan pengguna akhir untuk mendapatkan umpan balik langsung. Hal ini membantu tim untuk memahami lebih baik bagaimana pengguna berinteraksi dengan solusi yang diusulkan dan mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Iterasi yang berkelanjutan adalah kunci dari pendekatan Design Thinking, di mana tim terus-menerus melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik yang diterima dari pengguna. Pendekatan ini memastikan bahwa solusi yang dikembangkan selalu dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau preferensi pengguna.

Implementasi adalah tahap akhir dalam proses Design Thinking, di mana solusi yang telah diuji dan disetujui diluncurkan ke pasar atau lingkungan bisnis. Penting untuk memastikan bahwa strategi peluncuran, komunikasi, dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan pengguna akhir untuk memastikan penerimaan yang baik di pasar. Dalam konteks bisnis modern yang terus berubah, Design Thinking memberikan pendekatan yang sangat efektif untuk menghasilkan inovasi yang relevan dan bermanfaat bagi pengguna akhir. Dengan fokus yang kuat pada pemahaman mendalam terhadap pengguna dan iterasi berkelanjutan, pendekatan ini dapat membantu perusahaan untuk tetap kompetitif dan responsif terhadap perubahan pasar.

Lima langkah dalam proses design thinking, yaitu pertama, emptahize, pada langkah awal harus menanamkan rasa empati kepada pengguna. Melalui empati dapat memahami perspektif dan perasaan yang dialami pengguna (keluhan, kebutuhan, keinginan). Pada tahap ini, harus menahan asumsi pribadi untuk menghindari bias sehingga bisa melakukan observasi, riset, mengumpulkan informasi atau aspirasi dari pengguna dengan objektif. Dengan demikian, langkah ini secara implisit mendorong pendekatan bisnis yang lebih bijaksana dan manusiawi.

Kedua, define yaitu mendefinisikan permasalahan pengguna yang akan diselesaikan dari sudut pandang pengguna. Pada tahap ini mampu menginterpretasikan dan mengembangkan pemahaman tentang kebutuhan pengguna yang tidak terpenuhi atau tidak diartikulasikan. Dengan dua langkah ini maka kita akan memahami secara mendalam apa yang menjadi masalah pengguna.

Ketiga, ideate adalah bagaimana menghasilkan ide-ide solusi sebanyak, sekreatif, dan seinovatif mungkin, serta mampu memilih ide solusi yang terbaik. Pada langkah ini, kita diajak untuk berpikir thinking without the box bukan lagi out of the box. Cara berpikir kita dilatih untuk lateral thinking. Cara berpikir yang berusaha mencari solusi melalui metode yang tidak umum, atau sebuah cara yang biasanya akan diabaikan oleh pemikiran logis. Berpikir dengan cara "keluar" dari cara linier dan menemukan cara asimetri (berpikir lateral). Inti berpikir lateral adalah mengubah pola dan "break out" dari cara yang sudah umum, oleh karenanya, seseorang bebas untuk mencoba berpikir berbeda dan mendapatkan sesuatu yang baru dan berguna. Thinking without the box.

Keempat, prototype adalah adalah pembuatan model sederhana dari banyaknya alternatif solusi yang ada. Dengan membuat model, akan terlihat bagaimana masalah bisa diselesaikan melalui perubahan desain yang dibuat dan mendapatkan solusi terbaik berdasarkan pengalaman pengguna.

Kelima, test adalah menguji solusi atau prototipe terbaik yang dipilih kepada pengguna untuk mendapatkan umpan balik apakah solusi atau prototipe tersebut inovatif menjawab kebutuhan, keinginan atau masalah dari pengguna.

Metode Terbaik

Menerapkan design thinking dalam organisasi adalah metode terbaik untuk memahami, membuat makna, menyederhanakan proses, dan meningkatkan pengalaman pengguna. Lebih lanjut, design thinking dapat meminimalkan risiko, mengurangi biaya, meningkatkan kecepatan, dan memberikan energi pada karyawan. Bagi para pemimpin, design thinking memberikan kerangka kerja untuk mengatasi tantangan kompleks yang berpusat pada manusia dan membuat keputusan terbaik tentang mendefinisikan ulang nilai, menciptakan kembali model bisnis, pergeseran pasar dan perilaku, perubahan budaya organisasi, tantangan sosial yang kompleks (kesehatan, pendidikan, dan perubahan iklim) serta masalah yang mempengaruhi pemangku kepentingan yang beragam dari berbagai sistem.

Perlu dicatat, bahwa design thinking dapat berhasil jika ada proses ko-kreatif kolaboratif yang didasarkan pada keterlibatan, dialog, dan pembelajaran. Ketika Anda melibatkan pengguna dan atau pemangku kepentingan dalam proses mendefinisikan masalah dan dalam mengembangkan solusi, Anda memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk mendapatkan komitmen terhadap perubahan, dan mendapatkan dukungan untuk inovasi Anda. Pada akhirnya, design thinking adalah proses perjalanan belajar dan penemuan inovasi, serta bagi organisasi bukan lagi lebih sekadar menciptakan produk dan layanan tetapi dapat diterapkan pada sistem, prosedur, protokol, dan pengalaman pengguna.

Feri Awaludin Nur, NPM : 4423600009, Keseharian saya sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis prodi Bisnis Digital, Universitas Pancasakti Tegal yang mengikuti organisasi KSB (Kajian Seni Budaya). Saya mengikuti organisasi dan menjalani proker Study Pentas dan mengadakan acara Teater berjudul SINTREN dan saya menjalani peran sebagai Dukun. Untuk info lebih lanjut anda dapat meenghubungi saya melalui E-mail : feriawaludin22@gmail.com Instagram : @frrriawldn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun