Mohon tunggu...
Niken A Fauzi
Niken A Fauzi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

do write when don't know how to speak

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik : Tiada Kawan dan Lawan Abadi

29 Oktober 2021   15:21 Diperbarui: 29 Oktober 2021   15:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bursa pemilihan capres 2024 mulai terasa atmosfernya.kendati periode yang dijadwalkan masih lama,elit parpol mulai memamerkan jargon calonnya ke publik. 

Dimulai dari pdip yang asik mejagokan putri mahkotanya hingga Ridwan Kamil yang tak keberataan dicalonkan oleh PPP.satu persatu nama petinggi bermunculan demi mendobrak eksistensi parpol diajang pemilu.

Sementara parpol asik melempar nama kontestan,segelintir nama yang terkait mungkinlah ingin merasakan panggung capres namun tak semuanya memiliki modal elektoral yang memadai,pun jikalau ada parpol besar yang bersedia memberi mahar yang setimpal karena sebuah pencalonan tak semudah membalikkan telapak tangan.tak sekedar kehendak ketua umum parpol, melainkan hajat anggota koalisi perlu diperhatikan. jangan sampai kawan berbalik menjadi lawan tatkala keinginan tak terpenuhi.

Tentunya hal tersebut lumrah adanya dalam dunia perpolitikan.sebut saja Gerindra dalam pemilu sebelumnya sempat menarik perhatian dengan masuknya partai elit tersebut dalam jajaran kabinet pemerintah mengingat begitu istiqomahnya Gerindra sebagai pimpinan oposisi sepanjang dekade terakhir.

Hal ini menjadi kejutan sekaligus penutup bagi pagelaran pemilu 2019 yang lalu. Hal ini mengisyaratkan akan adanya politik akomodasi pada kabinet jilid dua yang diterapkan mengingat begitu banyaknya lobi lobi yang berdatangan meminta jatah kursi 

Cara jokowi yang dinilai menggemukkan koalisi supaya memuluskan jalannya pemerintahan kian efektif, beberapa menyebut ialah cara mengamankan kekuasaan karena kini kaum oposisi sekedar minoritas.

Publik pernah bertanya perihal royalnya Jokowi terhadap Gerindra karena jjka kita lihat jatah perolehan kursi Gerindra lebih tinggi dibanding dengan PPP yang mana PPP merupakan partai pengusung Jokowi-Makruf .

Ternyata hal ini merupakan langkah antisipasi dari 'kenakalan' para partai koalisi karena jika kita lihat trade record beberapa dekade sebelumnya, partai pengusungnya memilki potensi  yang tinggi untuk membelot .

Kini sejumlah partai pemenang bekas koalisi  pada pemilu sebelumnya justru bermuculan menyuarakan jargon calon kontestan yang akan diusungnya sebuah seni dalam menggaet popularitas parpol .

Di sisi lain kita bisa lihat partai utama pemenang pemilu justru sedang terjadi krisis internal dalam pengusungan capresnya,terjebak antara dua pilihan yang akan segera diketok palu oleh sang maestro yang bisa disebut bung atau bing karena perempuan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun