Mohon tunggu...
waliyulhamdi
waliyulhamdi Mohon Tunggu... web developer berbasis CMS Open Source -

pencerita, penikmat buku dan ... atau apalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hypnosis Dalam Proses Pembelajaran

2 Juni 2016   12:32 Diperbarui: 2 Juni 2016   12:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

INI HANYA SEBUAH PENGANTAR (yg semoga tidak ngawur)

 Seorang pembelajar ketika sedang belajar dengan serius sebenarnya dia sementara mengizinkan dirinya dihipnosis oleh objek yang dijadikan pengajar. hal ini kadang tidak disadari oleh pendidik sehingga metode represif seperti memukul, memarahi atau menghardik peserta didik menjadi jalan termudah yang diambil oleh pendidik dengan harapan apa yang disampaikan bisa diterima.

Sebuah proses pembelajaran bisa dibagi dalam tiga bagian yaitu pembuka, inti, penutup. lalu apa hubungannya dengan hipnosis ?
sebelum lanjut mari kita melihat secara singkat tentang hipnosis. 

Menurut saya, secara singkat hipnosis adalah proses mengakses alam bawah sadar seseorang untuk tujuan tertentu dengan metode-metode khusus (tentang hipnosis, bisa dibaca di wikipedia). kenapa harus mengakses alam bawah sadar seseorang karena alam bawah sadar seseorang merupakan tempat menyimpan pengetahuan secara permanen atau dalam istilah di dunia komputer alam bawah sadar memiliki kerja-kerja seperti rom, ram, dan prosessor. jika seorang pendidik bisa mengakses alam bawah sadar peserta didik maka peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh dan tujuan proses pembejalaran akan tercapai. kembali kepertanyaan di atas, apa hubungan proses pembelajaran dengan hipnosis ?

Proses pembelajaran yg memiliki tiga bagian pembuka, inti, penutup sama dengan proses hipnosis yang biasa dilakukan oleh seorang hipnotis. apa yang biasa dilakukan oleh seorang hipnotis ? seorang hipnotis biasanya melakukan pembukaan proses hipnosis dengan membuat kliennya tenang dan santai, kondisi ini sangat penting karena hanya dengan kondisi tenang dan santai biasanya orang lebih terbuka untuk mengizinkan diaksesnya alam bawah sadarnya. setelah proses pembukaan selesai proses selanjutnya adalah proses inti dari hipnosis yaitu mengubah pengetahuan-pengetahuan yang ada di alam bawah sadar seseorang sesuai tujuan dari hipnosis yang dilakukan. setelah proses inti selesai, proses penutupan dimana klien disadarkan dari kondisi hipnosis (atau lebih teknisnya disebut kondisi trans). dari penjelasan sederhana ini dapat kita lihat bahwa proses hipnosis mirip dengan proses pembelajaran, dimana kesamaannya ? mari kita lihat.

Dalam proses pembelajaran tahap pembukaan sangat penting dimana peserta didik yang datang ke sekolah tidak kita ketahui apa yang dia alami sebelum ke sekolah, kita tidak tahu apakah pikiran dan perasaannya tenang dan santai bukannya lagi kacau. karena itulah dalam proses pembukaan pendidik harus melakukan proses yang bisa membuat pikiran dan perasaan peserta didik menjadi tenang dan santai tapi bukan berarti tahapan ini penuh dengan marah, hardikan, caci maki, atau tindakan-tindakan represif lainnya yang hanya akan semakin mengacaukan pikiran peserta didik dan menciptakan kondisi mental yang sangat militeristik. 

Jika tahapan pembukaan bisa membuat peserta didik menjadi tenang serta santai dan menganggap proses yang terjadi adalah proses yang menyenangkan maka saat itulah peserta didik mengizinkan atau membuka diri untuk diakses alam bawah sadarnya (kondisi ini biasanya ditandai dengan kondisi peserta didik yang terdiam dan memperhatikan dengan hikmat mirip dengan orang yang berada dalam kondisi terhipnosis atau contoh sederhananya mirip dengan orang yang sementara menonton film dengan serius atau larut dalam membaca sebuah novel). 

Tahapan pembukaan yang berjalan membuat proses masuk ketahapan inti pembelajaran akan berjalan alamiah dan sempurna dimana peserta didik akan dengan suka rela menerima pengetahuan yang disampaikan oleh seorang pendidik dengan harapan bisa mengubah atau menambah pengetahuan peserta didik. setelah proses inti selesai pendidik harus menutup dengan proses pembelajaran dengan membuat pikiran dan perasaaan peserta didik kembali tenang dan santai, hal ini penting agar semua proses yang dilakukan bisa menghasilkan kesan yang menyenangkan yang membuat peserta didik akan berharap proses ini akan berulang kembali (kadang saat penutupan proses pembelajaran yang terkesan menyenangkan akan membuat peserta didik tidak ingin proses pembelajaran dihentikan, jika hal ini terjadi maka pendidik harus pintar-pintar memberi sugesti pada peserta didik untuk belajar sendiri atau menunggu pertemuan berikutnya).

Dari penjelasan singkat diatas, saya pikir sudah bisa terlihat hubungan antara hipnosis dan proses pembelajaran dengan tiga bagiannya (pembuka, inti, penutup).
pertanyan atau protes yang mungkin muncul dari penjelasan singkat diatas adalah metode hipnosis dalam terkesan sebagai proses pembelajaran yang doktrinal bukannya proses pembelajaran yang kritis yang dapat mengasah kemampuan berpikir peserta didik.

Ini adalah anggapan yang salah, sebagaimana kesalahan yang umum di masyarakat dalam menilai proses hipnosis. ada kecenderungan masyarakat menilai hipnosis sebagai proses memanupulasi pikiran seseorang yang sementara berada dihipnosis. anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena seseorang yang dihipnosis tidak akan bisa dimanipulasi pikirannya jika itu bertentangan dengan nilai-nilai atau pengetahuan awal yang sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya. begitu pula dengan peserta didik, jika dalam pembelajaran (khususnya dibagian inti proses pembelajaran) ada pengetahuan yang diberikan yang bertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya maka seorang peserta didik yang sudah terhipnosis pasti akan melakukan protes (baik secara verbal maupun non-verbal). jika protes terjadi maka disinilah dituntut peran pendidik untuk memberikan penjelasan apakah pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik itu salah ataukah yang terjadi hanyalah kesalahan dalam memahami apa yang disampaikan karena pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sama sekali tidak bertentangan dengan pengetahuan yang disampaikan pendidik.

Sekarang kita mungkin sudah bisa melihat bagaimana proses pembelajaran adalah sebuah proses hipnosis. jika seorang pendidik menyadari hal ini maka saya pikir tak akan ada peserta didik yang bertingkah layaknya sipir penjara dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran akan sangat menyenangkan layaknya kegiatan menyenangkan lainnya.

NB : semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat dan tidak menjadi salah satu sampah informasi yang mengotori dunia maya tercinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun