“Tapi tiap kali gue shalat, gue merasa seperti sedang bersimpuh di hadapan seorang ibu”, potong Don.
“Wallahualam, Don. Wallahualam,“ Fulan pun mengikuti jejak si Juan; bangkit berdiri, membayar makan siangnya, dan menggeloyor keluar kantin, meninggalkan Don sendiri dengan pikirannya yang rumit.
–-
Tentang Si Fulan di Negeri Nelangsa:
Kisah-kisah Si Fulan di Negeri Nelangsa merupakan kisah oleh tokoh fiktif di negeri yang fiktif pula. Namun esensi kisahnya mungkin berkaitan langsung dengan kisah di negeri selain Negeri Nelangsa. Satu hal yang perlu saya tekankan, tidak ada satu kisahpun yang bertujuan untuk mendiskreditkan pihak manapun. Saya menulis kisah-kisah Si Fulan di Negeri Nelangsa ini hanya untuk berlatih menulis; naratif dan terkadang argumentatif, dibumbui dengan gaya bahasa metaforis dan satir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!