Mohon tunggu...
Idrus Fhadli
Idrus Fhadli Mohon Tunggu... -

Just a stupid man who loves simplicity instead of complexity.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ah, Cinta

15 Juli 2010   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seri: Si Fulan di Negeri Nelangsa

Negeri Nelangsa masih juga dirundung mendung. Arak-arakan awan hitam tampak mengelamkan cahaya sang surya. Ternyata tak hanya cuaca saja yang mendung, pun begitu dengan hati Fulan. Kekasih hatinya, Fulin, menginginkan agar Fulan tidak menghubunginya untuk sementara waktu. Entah dengan alasan apa. Memang, Fulan dan Fulin sudah satu tahun belakangan ini menjalin hubungan jarak jauh, Fulan tinggal dan bekerja di Kota Alang-Aling, sedangkan Fulin melanjutkan studinya di Kota Ilang-Iling.

Raut muka Fulan tampak begitu sayu. Rasa rindunya membuncah. Ingin ia menghubungi Fulin—setidak-tidaknya mengirimkan SMS iseng—namun ia tidak ingin dicap sebagai lelaki yang tidak berprinsip. Akhirnya rindu yang meluap-luap itu pun ditampungnya ke dalam sebuah ember yang lebih besar kapasitasnya.

Sepanjang jalan, Fulan terus berkontemplasi. Namun topik yang berputar-putar di kepalanya hanyalah seputar cinta. Biasanya, ia tidak pernah tertarik untuk memikirkan tentang hal itu, namun entah mengapa, topik itu hari ini begitu menarik minatnya, bagai oase di padang pasir dan Fulan pengembara yang diliputi dahaga.

Apa itu cinta? Setiap orang akan dapat menjawab pertanyaan itu menurut versinya masing-masing. Dan bila didiskusikan tentulah akan melahirkan perdebatan yang takkan berujung (ad nauseam). Pun seorang pujangga cinta sekelas Maulana Jalaluddin Rumi menyatakan ketidaksanggupannya untuk membeberkan secara luas apa itu cinta; "Jika aku harus meneruskan keteranganku tentang cinta, walau seratus kebangkitan berlalu, belum juga purna. Oh, cinta yang memiliki seribu nama dan sebuah mangkuk anggur-anggur yang manis! Oh, engkau yang diberkati seribu kemampuan!"

"Ah, ada-ada saja si Cinta ini," pikir Fulan. Suatu ketika ia bisa menjadi sumber kebahagiaan, namun di lain kesempatan, ia justru menjadi sumber kesedihan. Tidak sedikit orang yang berbunga-bunga hatinya karena cinta, pun tidak sedikit orang yang meraung-raung hati dan tercucur deras air matanya, juga karena cinta. Beberapa dari orang yang tidak mampu menahan kesedihan akibat cinta, tanpa pikir panjang, amanat untuk hidup pun disampirkannya sejenak demi menemui sang ajal. Tercecer darah akibat benda tajam, terayun-ayun di tiang gantungan, berbusa mulut menelan racun, ataupun cara-cara mati lain yang secara bodohnya didedikasikan atas nama cinta kepada insan.

Terbayang kisah cinta Romeo dan Juliet, yang kata orang adalah kisah cinta yang indah, kisah cinta sejati anak manusia. Atau kisah Abelard dan Heloise, yang menyayat hati karena kepiluan cintanya. Namun di antara kisah-kisah klasik itu, terlintas di bayangannya kisah Kimya, putri angkat Rumi. Yang tanpa segan membagi cintanya; sebagian besar untuk Allah dan hanya sebagian kecil untuk Syamsuddin Tabriz yang tidak lain adalah suaminya yang sekaligus guru dan sahabat bagi ayah angkatnya.

Kepakan sayap yang menggandeng pikiran Fulan membumbung lagi, dan singgah di dimensi lain kisah tentang cinta. Namun, kali ini bukan kisah cinta dalam kesusasteraan yang terbayang, melainkan kisah cinta dalam lirik-lirik lagu. Ah, teringat lirik-lirik lagu karya band-band di Negeri Nelangsa ini, hampir semuanya berkisah tentang cinta, dan sebagian besar hanyalah kisah cinta picisan yang diiringi dengan musik sendu pembawa kesusahan hati bagi yang mendengarnya. Dan anehnya, lagu-lagu sendu yang melenakan itu justru menarik minat banyak rakyat di Negeri Nelangsa ini, pria maupun wanita, tua maupun muda.

Namun, satu hal yang selalu ingin dilakukan oleh Fulan, yakni meniru filosofi cinta para pujangga kesayangannya; Jalaluddin Rumi, Kahlil Gibran, dan Rabi'ah Al-Adawiyah. Betapa mereka hanya mendedikasikan cintanya bagi Allah, dan hanya bagi Allah. Dan juga mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW, Islam mengajarkan hubungan baik kepada tiga hal, yakni; Hablum Minallah—hubungan kepada Allah, Hamblum Minannaas—hubungan dengan sesama manusia, dan Hablum Minal'alam—hubungan dengan alam. Kedua hubungan yang disebut belakangan harus dan harus tetap berujung pada hubungan yang disebut pertama, keduanya harus berlandas pada cinta. Satu cinta yang benar-benar sejati; cinta kepada Allah.

Ah, rumitnya bicara tentang cinta ini. Betapa urgensinya begitu penting bagi kelangsungan hidup. Tak terbayangkan bila cinta tidak hadir di dunia ini.

Tiba-tiba, "Your skin, oh yeah, your skins and bones. Turn into something beautiful. And you know, you know I love you so... You know I love you so...." Refrain dari lagu favoritnya, Yellow, yang disenandungkan oleh Coldplay, bersenandung. Ah, Fulin menelepon? Asyiiikkk... Ah, cintaku... betapa rindu hati ini padamu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun