Mohon tunggu...
Humaniora

Kemiskinan, Perenggut Impian

10 Mei 2017   21:47 Diperbarui: 10 Mei 2017   21:55 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan adalah bahan dasar dari pembangunan negeri berkembang, seperti negara kita sendiri. Akan tetapi, bagi rakyat Indonesia pendidikan adalah hal yang tidak penting dan lebih menguntungkan jika anaknya mencari pekerjaan yang mudah dan tidak butuh ilmu. Pada tahun 2015, sekitar 52% penduduk miskin yang berusia diatas 15 tahun memiliki pendidikan terkahirnya sampai jenjang SD/SMP. Hanya 16.7% penduduk miskin yang dapat mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA atau lebih tinggi. Awal dari kemiskinan adalah kebodohan. Tidak hanya kemisikinan yang direnggut oleh kebodohan, pola hidup yang benar juga. Pola hidup penduduk miskin tidak mementingkan masa yang akan datang, entah itu masa disaat mereka dapat berinvestasi ataupun masa disaat mereka sadar bahwa mereka butuh ilmu.

Di akhir cerita, mereka mudah untuk dibohongi oleh manusia-manusia kuat. Seharusnya mereka dapat menginvetasi hasil karyanya maupun hasil ternak dan hasil taninya. Kata-kata tawaran yang manis dari manusia kuat mungkin telah membutakan dan membisukan penduduk miskin. Penduduk miskin menerima tawarannya dan dibodohi olehnya, oleh alam dari penduduk miskin untuk manusia kuat, dan ini sudah berlangsung cukup lama. Tak ada satu tekad dari penduduk miskin untuk memiliki kehidupan yang layak. Kehidupan yang seperti inilah yang disenangi oleh manusia kuat, karena dalam dunia pekerjaan mereka memiliki pesaing yang sedikit dan uang yang masuk ke kantong mereka berjalan lancar. Korupsi, adalah salah satu kebodohan dan pengontrol di negeri ini. Selain otot dan syaraf yang membantu manusia bergerak, uang juga membantu manusia berbuat.

Pengkhianatan terjadi setiap hari di negeri ini, tak disangka orang yang terlihat hebat membela negeri malah orang yang sama masuk ke televisi, yang dicap sebagai koruptor. Kebaikan di muka koruptor adalah tipu muslihat yang semakin hari semakin jelas. Hanya sang waktu yang dapat menjelaskan semua kejahatannya.

Berkembangnya jaman, berkembang jugalah gerakan generasi Y dan Z, mulai adanya kesadaran bahwa pendidikan adalah awal mula hidup. Bagaimana dengan penduduk miskin yang tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya? Modal awalnya adalah biaya pendidikan yang murah dan mudah didapatkan. Program wajib belajar 12 tahun menajdi kebijakan yang ditawarkan pemerintah untuk memperbaiki sektor pendidikan di Indonesia. Program ini diharapkan dapat menjadi jembatan Indonesia untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Selain itu juga menguntungkan pihak ekonomi Indonesia, dalam dunia perkerjaan akan semakin banyak saingan-saingan dalam pekerjaan, akan semakin banyak juga ide-ide dan gagasan-gagasan baru yang mungkin bisa membangun ekonomi negara Indonesia.

Suatu negara dapat dinilai melalui tingkat kemiskinannya, jika kemiskinan dari tahun ke tahun menurun maka negara tersebut menjujung sektor pendidikan dengan baik. Tidak hanya pemerintah saja, masyarakat juga harus memiliki motivasi untuk suatu keinginan dan keingintahuan akan pengetahuan. Sayangnya, program wajib belajar 12 tahun belum menyebar rata di seluruh Indonesia. Banyak sekali di daerah pedalaman yang anak-anaknya saja tidak memiliki buku untuk dibaca. Maka dari itu, sebagai orang yang beruntung, marilah berbagi pengetahuan kepada mereka yang kurang beruntung. Marilah kita memulai untuk mengajari anak-anak dari daerah pedalaman agar mereka dapat meraih impian-impian mereka.

Anak-anak dari daerah pedalaman mungkin telah berpikir bahwa sekedar bisa membaca dan menulis mereka bisa membiayai hidupnya hanya dengan berjualan hasil tani, kebun atau makanan. Inilah yang membuat mereka susah untuk memulai suatu langkah untuk meninggalkan kemiskinannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun