Gimbal? Ah setauku di Wonosobo adanya gembel. Bukan gembel miskin namun gembel
konotasi di sini ialah gembel yang lain. Konon katanya menjadi petunjuk bahwa si penyandang
gembel titisan dari pendahulu pendiri Wonosobo. Rambut yang menggumpal tanpa sebab yang bisa
dijelaskan secara nalar manusia. Ya namanya juga cerita yang masih melegenda, prosesi rambut
menjadi rambut gembel juga melegenda.
Â
Berawal dari panas yang sangat tinggi, tanpa diketahui sebab musababnya. Biasanya proses
gembel ini bermula pada saat menginjak usia anak-anak. Bahkan terkadang panasnya ini sampai
menguji kesabaran orang tuanya. Kalau dilihat bisa dikatakan si anak yang panas tadi seperti mau
meninggal. Panas yang tinggi dan dating secara tidak jelas selama seminggu bahkan bisa lebih,
bagaimana tidak membingungkan. Diberi obat apapun tidak ada respon terhadap panasnya tadi.
Pengalaman adikku sempat panas selama seminggu, susah makan, kelihatan lemas, pucat, seperti
semangat hidupnya hilang, dan hanya berbaring terus.
Â
Berlanjut dengan kehidupan yang sangat dan begitu absurd (baca: ribet). Anak menjadi
Hyper aktif, tidak menutup kemungkinan ketika dia menangis juga sangat susah untuk didiamkan.
Lebih angkuh kepada orang tua, meminta ya harus dituruti kalau tidak akan menangis dengan begitu
histeris. Mengajukan permintaan aneh-aneh (baca : di luar nalar). Waktu tengah malam bangun
menangis, minta keluar untuk melihat ikan di kolam tetangga tidak mau pulang. Sesaat sudah
terlelap kembali kemudian di bawa pulang, dia langsung bangun serta menangis lagi.
Â
Begitu besar pengorbanan sang keluarga untuk mengasuh anak titisan tersebut. Tidak
pernah ada perjanjian sebelumnya, namun dengan berbangga hati mereka menerima walau selalu
dilingkupi kepayahan. Iya toh kalau nantinya anak ini bisa membuat perubahan bagi keluarga lebih-
lebih bagi Wonosobo di kemudian hari. Apakah kalau gembel ini menunjukkan bahwa dia orang
Wonosobo tulen?
Pembawa pesankah?
Pembawa aura keselamatankah?
Penjaga kemanankah?
Mungkinkah dia hanya menjadi anak-anak seperti yang biasanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H