Yang menjadi dasar dari kenyataan atau kebenaran, di lain sisi, adalah berbagai proses intuitif dan intelektual manusia baik sebagai pribadi atau kelompok dalam mencari jawaban akan rasa keingin-tahuan-nya akan sesuatu, apapun itu, termasuk sosok ke-Tuhanan yang dalam hal ini, menjadi dasar dari segala penulisan kitab suci.
Apabila pendalaman akan arti kata yang digunakan dalam pernyataan kontroversial di atas seperti itu gagal untuk diuraikan, dijabarkan atau bahkan dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum membuat pernyataan itu, maka jelaslah pernyataan tersebut terlalu dibesar-besarkan untuk menjadi kontroversial, karena terlalu dangkal dan singkat namun terlalu dramatis untuk menjadi sebuah bentuk kebodohan, yang lucunya, terus-menerus menyebar di dalam dunia sosial media, baik yang pro ataupun kontra.Â
Pada akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah upaya untuk membuka pikiran lebih banyak orang untuk lebih berpikir kritis sebelum menanggapi sebuah bentuk opini yang belum bisa dipahami kepastiannya.
Kembali dalam topik pernyataan absurd tersebut mengenai kitab suci, termasuk pernyataan yang dilontarkannya sebelum pernyataan tersebut dilontarkan, "APAKAH KITAB SUCI ITU FIKSI ATAU REALITA?" Salah satu esensi yang bahkan diabaikan oleh para responden dalam diskusi itu, yang membuatnya semakin absurd antara lain: tidak adakah yang mencoba untuk menjabarkan atau menjelaskan apa saja yang menjadi kandungan / isi / konten dalam sebuah kitab suci? Tentunya sebagai upaya pencegahan sebelum pernyataan tersebut dilontarkan.
Tetapi yang sudah terjadi, terjadilah, namun dalam tulisan singkat ini, ijinkan saya untuk mencoba menguraikan apa saja yang menjadi isi dari para kitab suci yang selama ini saya ketahui, dan apabila ada yang salah, saya mohon maaf terlebih dahulu, dan apabila ada yang kurang, maka janganlah segan untuk menegur serta melengkapi keterbatasan pengetahuan saya yang sangat terbatas sebagai penulis amatir, terlebih sebagai seseorang yang gak religius-religius amat (dalam artian, tidak begitu mendalami ilmu agama manapun secara secara intensif).
Salah satu konten dari kitab suci, yang manapun itu, adalah sekumpulan kisah, cerita atau penulisan ulang sebuah atau berbagai kejadian yang pernah terjadi, namun sudah berlalu sekian lama, diturunkan dalam berbagai generasi hingga jaman kita sekarang, diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan dengan tujuan inspiratif serta (mungkin) konfrontatif itu, dengan berbagai pesan moral serta peringatan akan berbagai masalah dalam kehidupan, yang manapun itu membawa pengajaran baik untuk kehidupan manusia.Â
Terlepas dari perdebatan yang sering terjadi dalam pemikiran kita semua sebagai mahluk rasional, apakah kisah-kisah tersebut benar adanya (karena sudah berlalu sekian lamanya hingga tidak ada lagi satu pun saksi hidup atau bahkan bukti arkeologis berbasis ilmu pengetahuan untuk membuktikannya secara konkrit), yang bisa dipastikan adalah kisah-kisah tersebut telah ditulis, dilestarikan dan terus diturunkan berdasarkan kebenaran yang telah ditemukan, dipastikan, dinyatakan dan dijadikan sebuah pedoman keyakinan sebagai sebuah dasar kebenaran hakiki, semenjak para kitab tersebut ditulis.Â
Kepercayaan para pengikutnya di masa kini pada akhirnya adalah sebuah pilihan yang tidak dapat diganggu gugat ataupun dipaksakan, karena setiap orang memiliki hak asasi dalam menjalani serta mengamalkannya. Apabila kita mau bersikap bijak serta logis pada saat yang bersamaan, terlepas dari misteri kebenaran kisah-kisah tersebut yang besar kemungkinan tidak akan pernah terjawab, ada sisi lain dimana tidak ada satu orang pun juga yang mampu membuktikan bahwa kisah-kisah tersebut adalah tidak nyata.Â
Seandainya fakta serta pola pikir ini diabaikan dalam pernyataan "KITAB SUCI ADALAH FIKSI", terlepas dari segala argumennya yang menekankan energi positif dalam kata "FIKSI", sangat jelas bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk sebuah kegagalan dalam upaya pemahaman.
Unsur lain yang tidak lepas dari isi atau konten sebuah kitab suci adalah pedoman hidup benar, baik mereka yang tertulis dalam kisah pengalaman para penulis kitab itu, atau perumpamaan (naah yang bentuk perumpamaan inilah mungkin yang dianggap fiksi, tapi kitab suci gak melulu isinya perumpamaan kan?), atau bahkan yang berbentuk perintah, ajaran serta larangan langsung, dimana tidak sedikit dari mereka yang menjadi dasar hukum dalam sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat di masa lalu (atau bahkan sekarang masih ada? Saya masih banyak tidak tahunya, mohon maaf).Â
Bentuk pedoman yang langsung ini, apabila perlu dikomparasikan dengan bentuk sederhana yang bisa kita temukan setiap hari bahkan harus kita temui dan lalui tanpa kecuali, adalah segala bentuk peraturan tertulis ataupun tidak tertulis, baik dalam bentuk rambu-rambu lalu-lintas, undang-undang dasar, berbagai peraturan daerah, peraturan gedung, persyaratan serta persetujuan dagang, KUHP dan lain sebagainya yang menjadi esensi hukum dalam peradaban manusia.Â