Mohon tunggu...
Humaniora

Mencari Sosok Pahlawan

12 November 2016   23:35 Diperbarui: 13 November 2016   00:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memulai sebuah esai singkat ini, tentunya ada kesadaran bahwa keterlambatan adalah sebuah keteledoran fatal dalam setiap hal, namun tentunya sebuah pemikiran subjektif terhadap Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November ini ada baiknya untuk tidak hanya menjadi hari nasional, namun juga semangat juang yang layak untuk terus diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai awalan dari penulisan ini, sekilas saya sempat melihat sebuah video amatir dari salah satu media sosial di dunia maya ini mengenai testimoni banyak orang tentang jawaban personal mereka yang berbunyi, “Siapakah Pahlawan bagi diri anda?”. 

Kebanyakan jawaban koresponden itu sangatlah menarik dan inspiratif: “diri saya sendiri yang berjuang demi kesejahteraan keluarga” hingga “orang tua saya yang begitu tanpa pamrih telah berjasa merawat, membimbing serta membina kehidupan kita semua hingga hari ini”. Dari testimoni ini, saya mencoba menangkap beberapa esensi KEPAHLAWANAN, yakni sebuah jasa yang berkesinambungan, serta tanpa pamrih, dan yang kedua mungkin adalah tanggung jawab, serta kesadaran diri untuk mengambil sikap dan bertindak dengan tujuan yang jelas: memberi arti yang lebih pada kehidupan. 

Dalam perspektif yang lebih besar, terutama dalam konteks berbangsa dan bernegara, maka siapapun memiliki hak dan kewajiban untuk menyumbangkan jasanya bagi kemajuan negeri serta persatuan bangsa. Namun dengan melihat berbagai polemik yang carut marut penuh intrik dan drama dalam perhelatan politik belakangan ini, hingga memuncak pada aksi rakyat yang demikian masif dari seluruh pelosok negeri pekan lalu, seolah pandangan serta pemikiran kita terfokus pada perdebatan opini dengan topik tunggal di berbagai media, saya pun bertanya-tanya: dimanakah sosok PAHLAWAN dalam salah satu penggalan kisah dalam negeri ini?

Tentunya tulisan ini bukanlah untuk membahas berbagai kompilasi kisah kisruh dalam negeri yang sedang banyak terjadi, melainkan sebuah upaya saya sebagai penulis amatir untuk menumpahkan opini subjektifnya dalam mendefinisikan kata PAHLAWAN, dengan pengetahuan yang terbatas menjabarkan unsur-unsur dalam KEPAHLAWANAN. 

Unsur yang paling pertama dalam sosok seorang pahlawan tentunya adalah PERJUANGAN. Tentunya dalam setiap kisah kehidupan, akan selalu ada sesuatu yang kita perjuangkan, baik itu keluarga yang harmonis, kemakmuran serta kesejahteraan, hingga nilai-nilai kemanusiaan yang begitu variatif dalam dinamika kehidupan ini. 

Dengan sebuah unsur tunggal ini, tentunya setiap insan yang sedang memperjuangkan hidupnya baik itu hanya untuk menafkahi keluarganya hingga menggapai puncak karier demi cita-cita, atau bahkan mereka yang secara fisik bertarung melawan penyakit mematikan di atas ranjang rumah sakit, mereka semua layak untuk diberikan emblem PAHLAWAN. Dengan unsur tunggal ini juga, tentunya kita semua, termasuk mereka yang mungkin hanya berjuang melawan keinginan hati untuk bermain demi lulus ujian di bangku sekolah, kita semua juga memiliki sisi KEPAHLAWANAN yang jarang kita sadari.

Unsur kedua mungkin adalah sebuah unsur SELFLESS dan didasari dengan Kepedulian, sebuah sisi kemanusiaan dari setiap pribadi kita untuk mendahulukan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan sendiri. Sebuah ego yang rela dipendam dalam setiap perjuangannya, apapun bentuknya untuk kepentingan yang lebih besar: keluarga, masyarakat sekitar, orang-orang yang menaruh harapan bahkan demi bangsa dan negara. 

Hanya saja, unsur ini seringkali disalah artikan, baik dari subjek pribadinya maupun objek yang dilayaninya. Sebagai contoh: sebuah impian atau cita-cita tentunya lahir dari ego pribadi itu sendiri, terlepas dari pengaruh sosial, masyarakat ataupun keluarga. Apabila cita-cita itu adalah untuk menyatukan bangsa yang begitu jamak, ataupun menghijaukan lingkungan serta menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosialnya, maka sebenarnya perjuangan yang dilakukan seseorang itu sebenarnya melayani keinginan serta cita-citanya sendiri.

Pada segi Ego inilah yang mungkin menjadi salah satu penentu apakah seseorang ini hanya bergerak dan bertindak demi kenyamanan diri yang instan, atau harus melalui berbagai rintangan dan berbagai tebing terjal untuk menciptakan utopia yang diimpikannya. Letak sisi selfless itu akhirnya hanya dapat saya definisikan kepada mereka yang mengedepankan cita-citanya hingga rela mengorbankan kenyamanan diri-nya, karena kedua hal ini sama-sama lahir dari ego pribadi seseorang. 

Sederhananya, apabila ada yang mengatakan tujuan dari tindakannya ini adalah “demi kebahagiaan orang banyak”, maka terjemahan harafiahnya yang tersembunyi adalah “jika usaha saya bisa membahagiakan banyak orang, maka saya pun pasti ikut berbahagia bersama mereka”. Analisa ini tentu bisa salah, karena terkesan menghakimi bahwa pada dasarnya “semua orang itu egois”. Kembali lagi, ini hanyalah sebuah opini pribadi, dan setiap orang bisa berpendapat lain, namun tentunya kita sebagai makhluk rasional, sisi egois kita akan selalu ada.

Unsur ketiga dan mungkin yang terpenting, tentunya adalah TANGGUNG JAWAB. Sebuah keinginan atau impian bahkan cita-cita, tanpa didampingi dengan TANGGUNG JAWAB tentunya hanyalah sebuah bualan kosong tanpa arti. Pada dasarnya, tanggung jawab selalu lahir dari konsekuensi akan apapun yang terjadi akibat sebuah perbuatan, apapun itu. Seperti hukum NEWTON dalam ilmu fisika: “di setiap aksi, selalu akan ada reaksi bertentangan yang sama kuatnya” (in every action, there is always an equal opposed reaction). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun