Mohon tunggu...
Siti Nurrobani
Siti Nurrobani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate sociology student at UGM

Membuat dan menulis di Blog ini sebagai saluran dari aspirasi saya sebagai mahasiswa. Saya tertarik dengan isu politik, budaya, dan perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatnya Peminat Sekolah Swasta, Simbol Kelas atau Religiusitas?

21 Agustus 2024   07:10 Diperbarui: 21 Agustus 2024   07:18 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam satu dekade terakhir terjadi pergeseran struktur sosial masyarakat yang membuat sekolah swasta menjadi sebuah tren baru. Orang-orang mencari sekolah swasta karena beberapa alasan. Pertama, kualitas sekolah negeri mungkin tidak memadai. Kedua, sekolah negeri mungkin tidak bisa memenuhi kebutuhan spesifik dari setiap tujuan personal keluarga dalam menyekolahkan anaknya, yakni beberapa keluarga mungkin ingin sekolah yang mengajar dalam bahasa internasional, mengedepankan agama, atau memiliki kelas yang lebih kecil dengan pendekatan yang lebih privat. Seperti yang dikatakan (Heyneman & Stern, 2014) pendidikan swasta kini banyak yang berbiaya rendah dan meningkat di negara-negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir. 

Secara historis, aspek yang paling menonjol dari perbedaan permintaan dalam pendidikan di sekolah negeri dan swasta adalah agama. Hampir semua negara memiliki sekolah swasta yang berafiliasi dengan agama dan memberikan fokus tambahan pada agama yang seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sektor publik. Di Indonesia, Kementerian Agama (Kemenag) membawahi lebih dari 90% sekolah swasta. Oleh karena itu, agama menjadi salah satu alasan utama mengapa sekolah swasta baik yang berbiaya rendah hingga paling tinggi sekalipun relatif besar peminat. 

Sebelumnya, dari waktu ke waktu penerimaan di sekolah negeri selalu didambakan, tetapi kondisi terkini justru sebaliknya. Minat masuk ke sekolah swasta menjadi sebuah tren baru. Padahal, pola pemilihan ini memastikan bahwa rata-rata mereka yang bersekolah di sekolah swasta umumnya memiliki kualifikasi akademik yang lebih rendah (Bedi & Garg, 2000). Namun, jurnal yang terbit pada 24 tahun lalu ini menjadi hal yang kontradiksi dengan situasi terkini. 

Pergeseran struktur sosial yang cepat ini didorong oleh fenomena modernisasi mengakar hingga pendidikan agama (Maemonah et al., 2023). Contohnya, SD Muhammadiyah Yogyakarta yang mengedepankan ciri-ciri Islam moderat-modern yang menyeimbangkan perkembangan zaman. Dalam hal ini, mungkin eksistensi dan peranan pendidikan Islam telah bergeser dari perkembangan ilmu pengetahuan ke peranan sosial-politik.

Opini: Pergeseran Struktur Sosial hingga Norma dalam Masyarakat

Menurut konsep yang dijelaskan oleh (Lopez & Scott, 2000) dalam buku mereka yang berjudul Concepts in the Social Sciences: Social Structure, ada yang disebut sebagai “embedded structure”, yaitu mengacu pada bagaimana struktur sosial tertanam dalam individu melalui proses sosialisasi dan pengalaman hidup. Struktur yang melekat terdiri dari pengetahuan, nilai, norma, dan kebiasaan yang ditunjukkan individu sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini termasuk cara individu memahami dan menafsirkan dunia mereka, serta bagaimana mereka berperilaku dan berinteraksi dalam konteks sosial.

Dari penjelasan sebelumnya, sekolah swasta agama kini muncul dengan banyak variasi harga, dari termurah hingga termahal sekalipun. Belum lagi tiap sekolah memiliki ideologi masing-masing, seperti NU, Muhammadiyah, dan SDIT. Dari tren ini mencerminkan pergeseran struktur sosial masyarakat yang tidak hanya bergerak pada aspek ekonomi, tetapi juga pada nilai sosial-politik negara yang mendukungnya. Masyarakat merupakan individu-individu yang kompleks, untuk bisa memutuskan suatu hal diperlukan pertimbangan aspek-aspek yang mendukung, seperti dukungan dari kelompok sosial atau dari unit mikro.

Pada umumnya, latar belakang kelompok sosial merupakan pertimbangan utama ketika ingin menyekolahkan anak. Namun, kondisi terkini mungkin sudah tidak dengan demikian. Terjadi pergeseran yang nyata, yaitu pertimbangan yang muncul dari level makro hingga meso. Dengan demikian, pilihan pendidikan kini lebih dipengaruhi oleh dinamika sosial yang lebih luas, di mana kebijakan pemerintah, tren global, dan perubahan nilai-nilai masyarakat berperan penting dalam membentuk keputusan individu. 

Pada intinya, ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak lagi hanya menjadi cerminan dari status sosial-ekonomi, tetapi juga menjadi arena di mana pertarungan ideologi dan aspirasi sosial termanifestasi. Pergeseran nilai dan norma tercermin dalam tren pemilihan sekolah swasta ini sebab sebagai unit makro, tadinya negara menjadi patron, tetapi kini ada pergeseran nilai baru yang membuat negara sudah tidak lagi menjadi demikian. Akibatnya, sekolah negeri menjadi pilihan sekunder dan religiusitas bersifat primer, hal inilah yang kemudian membuat kualitas sekolah dipandang sebagai kebutuhan primer

Daftar Pustaka

Bedi, A. S., & Garg, A. (2000). The effectiveness of private versus public schools: The case of Indonesia. Journal of Development Economics, 61(2), 463-494. https://doi.org/10.1016/S0304-3878(00)00065-1 

Heyneman, S. P., & Stern, J. M. (2014). Low cost private schools for the poor: What public policy is appropriate?. International Journal of Educational Development, 35, 3-15. https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2013.01.002 

Lopez, J., Scott, J., (2000). Concepts in the Social Sciences: Social Structure. New York: Open University Press. 

Maemonah, M., Zuhri, H., Masturin, M., Syafii, A., & Aziz, H. (2023). Contestation of Islamic educational institutions in Indonesia: Content analysis on social media. Cogent Education, 10(1). https://doi.org/10.1080/2331186X.2022.2164019  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun