Di tengah malam yang hening, Raden Wijaya memandang jauh ke arah Kediri, ibu kota yang kini berada di bawah kendali Jayakatwang. Dia teringat akan pengkhianatan yang telah menghancurkan Singasari dan mengusirnya dari tempat yang seharusnya ia bela. "Waktunya telah tiba," bisiknya pada diri sendiri.Â
Saat itu, kabar datang dari utusan bahwa pasukan Mongol telah mendarat di pantai Jawa. Kesempatan emas ini tak boleh disia-siakan. Dengan taktik yang terencana, Raden Wijaya menghampiri para panglima Mongol, Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing, ia berhasil meyakinkan mereka bahwa Jayakatwang adalah musuh bersama.
Raden Wijaya bersama pasukan Mongol menyerbu Kediri. Suara teriakan perang menggema di malam hari, sementara cahaya senjata menyilaukan kegelapan. Jayakatwang yang selama ini merasa aman di singgahsananya pun berakhir tumbang. Namun, setelah mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya langsung menyerang tentara Mongol dengan cara yang mendadak. Dia memanfaatkan situasi ini dengan menyerang tentara Mongol di berbagai tempat, menggunakan medan dan dukungan dari masyarakat sekitar. Dengan taktik yang cerdik dan keberanian pasukannya, Raden Wijaya berhasil menang dan mendorong tentara Mongol untuk mundur dari tanah Jawa.
Setelah hari penuh darah dan kemenangan itu, Raden Wijaya berdiri di depan rakyatnya di Trowulan. Rakyatnya bersyukur dengan menyentuh tanah, merasa bahagia atas kemenangan yang membawa harapan baru. Raden Wijaya mengumumkan dengan suara keras, "Majapahit telah berdiri! Ini adalah tanah kita, kebanggaan kita, dan harapan bagi Nusantara." Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau 10 November 1293, ia berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit dan dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Di bawah kepemimpinannya, Majapahit berkembang pesat dengan pusat pemerintahan di Trowulan, yang sekarang bagian dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan ini kemudian dikenal sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia dan berperan penting dalam sejarah budaya dan perdagangan di Nusantara. Raden Wijaya, dengan kebijaksanaannya, membangun pondasi yang kuat dan kokoh untuk kemajuan dan kejayaan Majapahit.
Dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, Raden Wijaya bertekad untuk membawa kedamaian dan kemakmuran. Trowulan, yang dulunya hanya hutan, kini berubah menjadi pusat kerajaan yang penuh harapan. Ia yakin Majapahit akan menjadi simbol kejayaan Nusantara yang tak akan pernah pudar, saat matahari pagi menerangi tanah Jawa yang sangat ia cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H