"Nama saya Widi, panggilan akrabnya Ciwid. Tapi manggilnya jangan biasa aja, harus pakai siul. Ciuuuwiid... hehee maklum udah lama nggak digoda."
Kunikmati tawa orang-orang  yang hadir di kafe ini, 5.6 (five point six). Kulanjutkan menyampaikan bitku. Sekilas kulirik perempuan yang mengenalkan aku pada dunia StandUp Comedy. Aku seorang comic. Istilah bagi orang yang melakukan StandUp Comedy. Jarang ada Comic perempuan di Malang, aku salah satunya.
Selesai menyampaikan semua bitku, aku kembali duduk di sebelah Sindy. Kembali menerawang kata yang aku ucapkan. Jarang digoda. Bukan berarti aku menaruh harapan pada semua lelaki yang ada pada malam itu. Hanya saja, cinta yang aku bawa...tertanam pada seorang lelaki yang sedang berada di Mesir...
XXX
"Tapi aku suka lho liat gaya pacaran kalian, beda." Ucapku pada Xera. Dia penggemar StandUp Comedy. Malam ini aku menginap di kosnya.
"Hahaha beda gimana?"
"Ya nggak biasa aja. Eh kamu kenapa bisa suka sama Omes?" Pacarnya Xera, Omes, seorang Comic juga.
"Nggak tau ya...tapi aku suka liat cowok pakai kacamata. Dulu aku ngefans banget loh ma Bang Kitipz. Tapi pas liat Omes...ya gitu wes."
Hatiku berdesir...lelaki berkaca-mata...
"Aku juga suka sama cowok yang pakai kacamata. Eh Xer, Ustadz juga pakai kacamata loh!" Dengan semangat aku menunjukkan foto pemilik hatiku pada Xera. Kupandangi sekali lagi foto itu. Terngiang percakapan kita dahulu. Kita akan bersatu 5tahun lagi bukan? Senyuman tipis tentangmu mengantarku tidur malam itu.
XXX
Hari terberat dalam sejarah perkuliahan, UAS. Menyiapkan slide demi slide, semangat lebih terasa saat aku teringat keluarga di rumah.
Belajar malam ini terasa suntuk. Pikiran untuk keluar pun aku tanam, melihat hujan turun mengejek dengan petirnya. Malang begitu dingin saat hujan, apakah di Mesir juga sedang hujan sekarang?
Petir kembali sombong dengan suaranya, hembusan angin perlahan meniup dari jendela.
"Jendela kamar mengembun, tiba-tiba aku ingin menulis namamu..."
Aku berdiri perlahan menuju jendela. Kuayunkan jari perlahan. F... Tersenyum aku melihatnya. Angin kencang dengan cepatnya menghapus namamu, secepat hujan turun. Ah sudahlah... namamu sudah ada dihatiku bukan?
XXX
Kulihat arloji sekali lagi. Sudah hampir jam delapan. Menunggu seperti ini menjadi membosankan, kalau saja tidak terdengar suara musik jazz ditelinga. Sesekali kujejalkan cokelat sambil mengingat materi yang akan kubawakan saat ujian nanti. Materi yang akan kubawakan? Okeh aku sedang tidak dalam kondisi openmic.
"Wid! Maaf telat. Macet di jalan." Tepukan ringan pada pundakku hampir membuat coklat ditanganku terjatuh.
"Buruan yuk. Dosennya killer nih."
"Lagian kamu cepet banget sih nyampe kampus..." kata teman sekelompokku.
"Aku kan hobinya lari. Hahahaa." Aku terdiam sejenak. "Eh, aku hobi jalan kaki, aku hobi lari-lari. Misal jarak jalan kaki plus lari-lariku dari kecil sampe kini, udah sampe Mesir belum ya?" Tanyaku.
"Wid, kamu nggak perlu lari-lari sampai Mesir hanya untuk bertemu cinta. Kamu sudah mendapatkannya. Kakimu adalah kaki yang baik, yang akan menuntunmu dalam sebuah ikatan pernikahan yang baik pula."
Aku tertegun. Kaki ini yang nantinya akan menuntunku dalam pernikahan yang baik? Ya Allah, aku menyerahkan semuanya padaMu...
"Kamu juga jangan lupa doa Wid... Kita boleh loh egois dalam hal doa. Berdoalah untuk kebaikanmu juga. Jika kamu belum merasa dikabulkan, bukan berarti Allah mengabaikan. Sekiranya Allah tau kapan harus memberi."
XXX
Malam ini aku menginap kos Xera lagi. Akhir-akhir ini aku sering pulang malam, bangun siang. Kalau Ustadz lihat mungkin aku sudah dibacakan surat Yasin.
"Wid nggak shalat dulu?" Tanya Xera.
"Aku udah shalat tadi di rumah." Aku teringat Ustadz lagi. Andai saja shalat jama'ah bisa lokal, interlokal, atau bahkan internsional. Calon Imamku di Mesir sih. Sepertinya malam ini akan mimpi indah...
Lantunan lagu Maher Zain membawaku menyambut pagi. Berapa kalipun aku mendengarkan, sosokmu lah yang hadir dalam lagu itu...
"Cause we always had in our minds. The place that no eye has ever seen. The place that no heart has ever perceived. The place we've been promised to live in forever. And best of all, it's just me and you..." Suara merdu Maher Zain sempat terpotong oleh bunyi sms. Kulihat nama yang tertera. Cepat aku terduduk membaca nama itu, Ustadzku! Orang yang ingin aku habiskan waktu bersama dalam tali kasih suci. Kubuka cepat-cepat.
"Xer bangun!" Tergesa kubangunkan Xera yang masih terbuai.
"Xeerrr Ustadz sms aku! Bangun dong!"
"Hemmm...sms apa..." kulihat matanya masih terpejam sambil bergumam.
"Duh hari ini tanggal berapa?? 29 Desember ya? Ustadz sms pagi-pagi buat nyemangatin ujian! Waaaahh!" Tak kupedulikan lagi Xera yang masih terpejam. Sepertinya ujian hari ini akan berlangsung sangat lancar...
XXX
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
Tuhan dengan baik hatinya memberi kita semua perasaan cinta. Tergantung kita bagaimana cara mengaplikasikannya. Kita tahu Tuhan telah berkehendak dalam takdir, tapi kita tidak pernah tahu takdir seperti apa yang direncanakan Tuhan.
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
Tuhanku, Tuhanmu, memberi kita perasaan saling sayang bersama. Entah sejak kapan kita memulai, namun belum ada dari kita yang akan mengakhiri. Kalaupun rasa ini berakhir, itu karena umur...
#Mesiritujauh, untukmu Tuhan, untukmu Ustadz, aku menjaga pandanganku. Aku menahan nafsuku. Aku menata perkataanku.
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
Ada yang berusaha mencintai orang lain, padahal hati menolak. Ada yang terjerat dalam perbedaan ideologi, meskipun bukan mereka yang membuat susah cinta mereka. Tetapi orangtua dan hukum. Apakah aku termasuk yang dipermudah? Kita sesama muslim. Telah terpantri hanya ustadz.
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
Kita belum terikat. Tidak ada perasaan saling memberatkan dalam hati kita.Coba Ustadz tengok pasangan sebelah. Yang satu terhalang mantan, yang satu mulai ragu karena hanya pelarian...
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
XXX
"Wid, kalo Ustadz tanya, siapkah kamu dipoligami, kamu bakal jawab apa?"
Aku tersenyum.
"Aku bersedia menjadi tulang iga yang menjaga hati dan jantungmu. Jika tulang igamu mulai rapuh secara lahir dan batin, boleh kamu menikah lagi..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H