Mohon tunggu...
Okky Dinova
Okky Dinova Mohon Tunggu... Full Time Blogger - just your normal "weird" guy

Resensi Film / Serial TV / Video Game dan berbagai tulisan "iseng" lainnya XD http://okkydinova.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Resensi Film | Buffalo Boys, Koboi Rasa Lokal

21 Juli 2018   03:57 Diperbarui: 21 Juli 2018   18:49 2964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film ini Khusus DEWASA (17+) karena mengandung BANYAK adegan kekerasan

Tidak seperti Deadpool, kali ini SAYA SERIUS!!!

Masih Ngotot Juga??? Dasar Edgy!!!

Prolog
Dunia perfilman Indonesia mulai berani mengambil jalur anti-mainstream dengan mencoba genre baru, setelah beberapa minggu yang lalu muncul "Koki-koki Cilik" yang cocok untuk anak-anak, sekarang saatnya orang dewasa bersenang-senang dengan "Buffalo Boys", film western (baca: koboi) pertama di indonesia untuk saat ini (karena setahu saya hanya film jadul "Benyamin Koboi Ngungsi" yang pernah memakai genre ini XD).

"Buffalo Boys" juga digarap serius dengan menggunakan banyak talenta orang-orang berbakat dan membutuhkan kolaborasi beberapa studio untuk menghasilkan film western terbaik di Indonesia untuk saat ini, jadi tidak heran jika film "koboi lokal" ini layak ditunggu.

Hasilnya??? "Buffalo Boys" sukses menjadi film fresh di mata orang Indonesia meskipun sebenarnya banyak menggunakan elemen klise dalam film bergenre western (baca: tidak ada hal baru dalam film ini). Tapi tetap saja film ini mampu memberikan gambaran menarik tentang zaman kolonial Belanda yang dibumbui dengan elemen western, apalagi ditambah dengan akting karakter yang di atas rata-rata semakin membuat film ini menjadi terdepan di kelasnya.

Saya pribadi langsung memberikan nilai +10 sejak film ini dimulai karena memberikan subtitle untuk semua dialog yang ada di film ini, apalagi film ini memakai 2 bahasa yaitu Indonesia dan Inggris sehingga kehadiran subtitle ini sangat amat sangat membantu (setidaknya bagi saya, soalnya ini salah satu kelemahan pada film "The Raid 2" sih XD).

Story
Dua orang pemuda (Jamar dan Suwo) beserta paman mereka (Arana) melakukan perjalanan jauh ke Pulau Jawa dengan satu tujuan yaitu membalas dendam keluarga mereka yang dibunuh oleh Van Trach, kompeni yang saat ini memerintah dengan sangat kejam di Pulau Jawa. Berhasilkah usaha mereka???

Cerita yang sangat simpel membuat film ini menunjukkan kelebihannya dalam hal lain seperti betapa mengerikannya keadaan Pulau Jawa pada waktu itu, karakter yang menarik, action yang asyik untuk dipandang XD (seperti melihat "The Raid" yang diperlambat), dan banyak adegan "dewasa" terutama dari segi kekerasan yang menariknya berhasil "disensor" dengan cukup pintar oleh film ini sendiri dengan sedikit mem-blur dan membuat beberapa adegan menjadi off screen.

Tapi tetap saja beberapa adegan bisa membuat anda ngilu meskipun belum separah era film eksploitasi tahun 80-90-an sih XD. Overall film ini memiliki 70% drama, 20% aksi baku hantam, dan 10% aksi adu tembak.

Tapi tentu saja film ini masih memiliki beberapa kekurangan selain pacing yang cukup lambat dalam beberapa adegan dan pergantian adegan yang tiba-tiba, berikut adalah "kritik ngaco" dari saya untuk film ini:

  • Penggunaan efek darah yang terlihat berlebihan pada beberapa adegan awal
  • Berbagai karakter yang "kurang maksimal" dari segi peran
  • Aksi Hannah "Bu Tio" Al Rashid dan Maya "Kanjeng Mami" Wulan yang tergolong sangat singkat meskipun karakter yang mereka perankan sangat unik
  • (Lagi-lagi) Beberapa visual effect akan terasa kasar bagi anda yang memiliki penglihatan sensitif (penglihatan saya sendiri masih normal kok XD)
  • Klise "Infinite Ammo" pada adegan akhir yang super keren XD
  • Aksi "Buffalo" yang sangat kurang dan menurunkan makna dari judul film ini -_-

Characters

Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso)
Dua bersaudara yang terusir dari "tanah air" karena ulah Van Trach dan kali ini siap untuk membalas dendam. Sifat mereka berdua terlihat bagai air dan minyak dengan Jamar yang terlihat dingin dan tertutup sedangkan Suwo yang terlihat sangat ceria dan terbuka. Ironisnya hal ini membuat Suwo lebih mendominasi film ketimbang saudaranya.

Arana (Tio Pakusadewo)
Pria yang membawa lari Jamar dan Suwo sekaligus membesarkan mereka di luar negeri karena Van Trach membantai semua anggota keluarga mereka, Arana juga yang membawa mereka mereka berdua kembali ke Pulau Jawa untuk membalas dendam.

Dialog Arana yang penuh dendam tetapi mampu mengendalikannya terlihat menarik selam film ini berlangsung, dan (serius) cara Arana memanggil Jarwo dan Suwo dengan panggilan "Boys" nyaris mengingatkan saya pada Kratos dari game "God Of War", sayang hal ini tidak sering Arana lakukan pada film ini.

(nyaris jadi meme)

Kiana (Pevita Pearce)
Gadis desa yang memiliki keahlian dalam memanah dan menunggangi "Buffalo", Kiona memiliki image gadis kuat yang sayangnya kurang dikembangkan.

Sri (Mikha Tambayong)
Adik Kiona yang terlihat sangat "spesial" tetapi malah menjadi tipikal karater DID (damsel in distress) selama film ini berlangsung.

Van Trach (Reinout Bussemaker)
Kompeni yang memimpin dengan sangat sadis, betul-betul cocok sebagai karakter antagonis pada film ini. Saya senang saat melihat penduduk kota mampu memahami dialognya yang memakai bahasa Inggris XD (berarti zaman jadoel belajar bahasa asing itu mudah XD)

Conclusion
Meski pada akhirnya dijejali berbagai elemen klise dan tidak memberikan hal yang baru, "Buffalo Boys" tetap harus diapresiasi dengan sepenuh hati karena berhasil menggabungkan genre Western yang dibumbui dengan berbagai elemen lokal. Benar-benar terlihat seperti "koboi dengan citarasa lokal".

My Score:
85

"Balas dendam (mungkin) adalah hak semua orang"

Temukan REVIEW lainnya di SINI.

===============================================

BONUS 
Tahukah anda jika Cowboy sebenarnya adalah sebutan bagi mereka yang pekerjaannya adalah mengurus sapi/binatang ternak lainnya???

Image cowboy yang identik dengan pistol, kuda, dan menjadi pemberantas kejahatan adalah dramatisasi berbagai orang kreatif yang ada pada zaman itu yang terpaksa harus ditelan bulat-bulat oleh masyarakat pada waktu itu karena acara "sirkus" bertema koboi mendominasi dan nantinya film koboi ditayangkan pada theater yang pada waktu itu menjadi tempat satu-satunya yang memiliki AC (Air Conditioner), dan pada zaman itu katanya panasnya bukan main lho!!!

Secara mengejutkan, sosok pahlawan pada era "Wild Wild West" adalah pemerintah (meskipun harus "mengorbankan" beberapa penduduk lokal, prostitusi, dan AC!!!!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun