Terlampau dini untuk mencium kening di antara tanah kering.
Kutemui sepicik kata noda yang menjual tetesan embun di pucuk alang-alang.
Masih saja anyir ...
Terlampau garing memberi basah, saat kemarau memainkan deru angin yang terik bercampur ketidak pastian.
Mungkin muak akan sikap plinta-plintu, bagai air di daun talas, sebauh pribahasa yang menamaiÂ
Baiklah ...!
Jika jalan musim Agustus ini penuh kemeriahan pesta, dan aku masih di bumi gersang, mugkin keadaan kakiku sedang dalam keadaan tersandung.
Lihat ...!
Aroma pagi yang bercampur anyir sisa pertarungan mimpi malam, asa bercak liur di sudut abstrak. Laksana gugusan awan di pagi buta tanpa cahaya.
Astanajapura. 16082019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI