Special thanks to Robbie, Anita, and Farrell as my fellow teammates.
Disclaimer : Artikel ini berisi kritik terhadap kondisi lingkungan di Indonesia sebagai bagian dari kebebasan berpendapat dan kajian akademik untuk mendorong diskusi konstruktif.
"The world must come together to confront climate change." -Barack Obama
Sudah tidak asing lagi frasa "climate change" terutama dalam lingkungan akademik. Climate change atau perubahan iklim menurut PBB adalah perubahan jangka panjang terhadap suhu dan pola iklim yang dapat disebabkan secara alami atau buatan.
Dampak buruk yang disebabkan oleh perubahan iklim kini sudah dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti udara yang terasa semakin panas, naiknya permukaan laut di ibu kota, dan perubahan cuaca yang tidak biasa. Jika isu ini tidak diperbaiki, akan lebih banyak dan lebih parah lagi dampak yang akan muncul di masa depan. Oleh sebab itu, sebagai orang muda, penting sekali untuk mengangkat dan membahas isu ini untuk menjaga masa depan dari risiko-risiko potensial akibat perubahan iklim.
Artikel ini akan membahas hasil dan kontemplasi yang didapat dari produk proyek kelompok mata kuliah Pancasila di Telkom University mengenai isu perubahan iklim.
Pondasi
- Mengamalkan Pancasila, sebagai bentuk tanggungjawab atas masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia.
- Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 13, yakni Climate Action, sebagai bentuk kepedulian terhadap isu perubahan iklim dalam lingkup global.
Tentang Produk
Kelompok saya mewawancarai tiga teman kelas warga negara asing (WNA) yang bertema tentang lingkungan hidup. Mereka adalah Carrol Estevao Lay, Rei Hashimoto, dan Htet Wai Yan, yang berturut-turut berasal dari Timor Leste, Jepang, dan Myanmar. Dalam wawancara ini, dibahas pengalaman pribadi mereka studi di Indonesia, pendapatnya tentang lingkungan di sekitar kampus, serta perbandingannya dengan negara asal masing-masing. Video wawancara ini dapat diakses dalam kanal YouTube ini.
Komentar Mereka
Carrol (Timor Leste)
Everywhere you go, motor.
Dalam wawancaranya Carrol menyatakan bahwa masalah lingkungan di Timor Leste lebih sedikit dibanding Indonesia. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dilandasi atas lebih sedikitnya populasi di Timor Leste. Selain itu, ia mengamati bahwa tingkat polusi lebih parah di kota-kota besar karena banyak orang menggunakan kendaraan meski hanya ke tempat-tempat dekat.
Rei (Jepang)
...in my kost, they mix everything (garbage).
Dalam pembahasannya, Rei menyebutkan bahwa budaya kuat Jepang akan kebersihan karena adanya kesadaran di setiap individu. Ia menjelaskan bahwa poin utama yang menyebabkan hal itu bukanlah pada kebijakan pemerintah, melainkan kepribadian orang Jepang.
Selain itu, terinsipirasi dari pengalamannya selama tinggal di Indonesia, Rei juga menyarankan bahwa lebih baik sampah-sampah dipisahkan, melihat bahwa sampah-sampah di kost-nya tercampur.
Wai Yan (Myanmar)
“Plastic waste is the most common problem here, in Indonesia.”
Di sini, Wai Yan menyampaikan bahwa kondisi lingkungan di Indonesia dan Myanmar tidak jauh berbeda. Selain itu, ia menyebutkan bahwa sampah plastik merupakan suatu masalah lingkungan terbesar di Indonesia.
Akan tetapi, Wai Yan menemukan sesuatu yang menarik dari pengalamannya di Indonesia, bahwa sudah terlihat pengadopsian budaya ramah lingkungan seperti menggunakan kantong belanja ramah lingkungan.
Indikasi Masalah
Dari ketiga komentar di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang menjadi penyebab atau indikasi masalah kondisi lingkungan Indonesia yang kurang baik saat ini sebagai berikut.
- Populasi yang besar dan budaya menggunakan kendaraan pribadi
- Rendahnya kesadaran lingkungan
- Kurang optimalnya pengelolaan sampah
Solusi
Setelah melakukan comparative analysis dan menemukan indikasi-indikasi masalah dari hasil wawancara tersebut, kelompok saya juga mengajukan beberapa solusi untuk mengatasi masalah lingkungan di Indonesia sebagai berikut.
- Membuang sampah dengan benar; pada tempatnya dan sebaiknya memisahkannya pada golongan-golongan tertentu supaya dapat mendukung proses daur ulang.
- Memakai produk ramah lingkungan, seperti menggunakan kantong belanja ramah lingkungan, dan lain-lain. Solusi ini juga dapat mengurangi sampah yang ada.
- Menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki untuk mengurangi polusi udara.
- Mengangkat kesadaran dengan turut aktif mendukung dan mempromosikan inisiatif-inisiatif untuk kebaikan lingkungan.
Final Thoughts
Masalah lingkungan adalah suatu topik yang perlu banyak diangkat dan dibahas untuk mengurangi risiko-risiko potensi atau dampak yang lebih parah di masa depan. Dalam artikel ini, contoh upaya yang dilakukan adalah dengan mewawancarai teman-teman kelas warga negara asing (WNA) dan melakukan perbandingan. Selain itu, upaya ini juga mengembangkan kesadaran lingkungan sebagai masalah global.
Mengatasi masalah ini diperlukan dukungan banyak orang. Dengan turut sadar akan pentingnya isu perubahan iklim adalah langkah pertama menuju lingkungan hidup yang lebih sehat, untuk masa depan yang lebih baik. It all starts with you.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H