"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra': 36)
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tidak mempercayai sesuatu tanpa dasar yang jelas. Hal ini sejalan dengan pandangan Ferry Irwandi, yang menekankan pentingnya berpikir kritis dalam menghadapi klaim-klaim yang tidak rasional.
Selain itu, Islam melarang praktik sihir dan perdukunan, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah: 102).
Ayat ini menunjukkan bahwa sihir dan perdukunan adalah tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk menjauhkan diri dari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai agama.
Ferry Irwandi, dengan pendekatan kritisnya, telah membuka mata banyak orang terhadap bahaya praktik-praktik mistis yang tidak logis. Dalam perspektif Islam, berpikir kritis dan menggunakan akal sehat adalah bagian dari ibadah, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur'an. Logika mistika, meskipun memberikan dimensi spiritual bagi sebagian orang, perlu disikapi dengan bijak agar tidak menyesatkan atau merugikan.
Dengan mengingat ajaran agama dan pentingnya berpikir logis, masyarakat dapat membangun kesadaran yang lebih baik dalam menghadapi fenomena mistis dan membedakan antara kepercayaan yang tulus dan manipulasi yang merugikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H