Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ojo Kesusu, Ojo Grusa Grusu, Nasihat Untuk Siapa?

31 Oktober 2023   14:39 Diperbarui: 31 Oktober 2023   19:07 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada para relawan dan pendukungnya, Presiden Jokowi sering berkata, "Ojo kesusu, ojo grusa-grusu." Apakah pesan bijak itu juga disampaikan juga ke Gibran yang adalah anak sulungnya sendiri? Juga kepada Kaesang yang dalam tempo sesingkat-singkatnya bisa jadi ketum PSI? 

Apakah pesan yang sama juga disampaikan kepada tiga capres yang dipertemukan dalam acara makan bersama? Saya tidak tahu. Jelasnya, ketika ditanya soal anaknya yang jadi cawapres Prabowo, Jokowi berkata bahwa anaknya sudah dewasa dan sudah bisa membuat pilihan sendiri. "Ya orang tua itu hanya tugasnya mendoakan dan merestui," kata Jokowi usai Apel Hari Santri di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (22/10/2023).

Jawaban yang terkesan tidak konsisten ini membuat masyarakat bingung. Ada yang berkata, "Saya lebih sreg kalau Gibran mengikuti jejak sang ayah dengan menjadi gubernur dulu sebelum jadi cawapres maupun capres." Kita tentu ingat bagaimana pil pahit yang harus ditelan AHY saat keluar dari kariernya di militer yang lagi cemerlang untuk bertanding di bursa capres-cawapres yang akhirnya justru kalah di putaran pertama.

Namun, yang pro pencalonan Gibran berkata, "Ini momentum." Apa maksudnya momentum? Apa selagi Jokowi masih berkuasa? Tentu saja tidak ada jawaban yang pasti. Saat akhirnya Gibran sah jadi cawapres Prabowo banyak pertanyaan simpang siur bukan hanya di grup WA namun juga di obrolan warung kopi. Apakah Jokowi bermain dua kaki? Apakah Jokowi ingin anaknya mandiri tanpa dilabeli 'petugas partai'? Apakah ini pertanda ada kerenggangan antara hubungan Jokowi dan Mega?

Apa yang salah dari Jokowi?

Apa ada yang salah dari pernyataan Jokowi di atas bahwa anaknya sudah dewasa dan bisa memilih jalan hidupnya sendiri? Sama sekali tidak! Namun, sentimen masyarakat terhadap keikutsertaan Gibran dalam pemilihan capres-cawapres ini sudah terlanjur negatif. Jika saja Gibran tidak maju, maka keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengizinkan WNI berusia di bawah 40 tahun untuk ikut pemilihan capres-cawapres tidak akan sekencang ini tiupan angin penolakannya.

Memang bagi kita---dan juga anak muda---banyak jalan menuju ke Roma. Namun, bukankah pergi ke sana pun perlu dengan hati-hati dan penuh perhitungan agar tidak tersesat dan mengalami kecelakaan?

Tampaknya sentimen negatif masyarakat terhadap politik dinasti (perlu dibedakan dengan dinasti politik) sudah sampai ke ubun-ubun sehingga ketika ada BBM sedikit saja di dekatnya, bisa tersambar dan terbakar. Itulah yang sudah dan sedang terjadi. Demo di sana-sini---di ruang privat maupun di area publik---menunjukkan ketidakpuasan ini. Namun, 'demo' paling masif ada di dunia medsos.

Perang narasi antara pendukung dan penentang naiknya Gibran ke calon RI 2 di WAG membuat hape saya jadi lemot. Bagi saya, perang ini jadi seperti pembenaran teori konspirasi dari masing-masing pihak. Para pendukung Jokowi menyatakan bahwa inilah pengorbanan Jokowi agar iklim di Indonesia tetap kondusif dan tidak tercabik-cabik oleh perpecahan yang mengerikan seperti yang bisa saksikan antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza dan Rusia-Ukraina yang masih membara.

Sebaliknya orang yang muak dengan drama ini mengatakan bahwa tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula. Bukan dengan kong kali kong yang kurang elok antara eksekutif, yudikatif dan legislatif. Proses untuk membersihkan nama Makhamah Konstitusi yang diplesetkan dengan Mahkamah Keluarga ini masih berjalan. Harapan ke depan, lembaga ini kembali bernyali dan bertaji karena taruhannya adalah kepercayaan masyarakat.

Finishing Well

Banyak orang---khususnya para pendukungnya---yang ingin Jokowi lengser dengan baik. Artinya meninggalkan legacy yang bisa jadi yuris prudensi di kemudian hari. Artinya, banyak orang berharap Jokowi bisa meninggalkan jejak keteladanan bagi bangsa dan rakyat Indonesia untuk bisa dan boleh bermimpi menjadi orang nomor satu dengan menghormati hukum. Bukan dengan tuduhan menggelar karpet merah bagi anak cucunya.

Apakah naiknya Gibran sebagai calon wapres Prabowo dan Kaesang sebagai ketum PSI bisa membuat Jokowi mengakhiri masa jabatan presidennya dengan baik? Saya justru mendapatkan jawabannya dari ucapan bijak St. Paul: "I have fought the good fight, I have finished the race, I have kept the faith." Jadi, St Paul bukan hanya mengakhiri jabatannya dengan baik---pertandingannya pun harus baik (baca: fair). St Paul pun telah memelihara keyakinannya bahwa apa pun yang baik dan benar akan diterima dengan tangan terbuka oleh Sang Khalik. Jika kita percaya, suara rakyat adalah suara Tuhan, kitalah yang nantinya menentukan apakah seseorang bisa mengawali pertandingan yang baik dengan baik, menjalani prosesnya dengan baik dan akhirnya mengakhirinya dengan baik juga.

"Fair play doesn't pertain in bargaining. What matters there is leverage." Alan Rosenberg, pemeran Eli Levinson dalam serial Civil Wars dan L.A. Law.

  • Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun