Mata Terawang menerawang melewati langit-langit gemerlap panggung All Star 2022. Matanya masih berkunang-kunang akibat tamparan sang bintang yang baru mendapat penghargaan. Sebagai komedian dia tidak menduga bahwa guyonannya terhadap pasangan Vale Summit mendapat respon yang membuatnya gamang. Terawang kuatir kalau nyinyirannya sampai dibawa ke meja pengadilan etik Ikatan Joker Internasional.
Berbanding terbalik dengan nama pemberian ortunya, Terawang ternyata tidak bisa menerawang nasibnya sendiri. Dia masih terkaget-kaget saat semua mata tertuju kepadanya. Dia sama sekali tidak menduga bahwa sindirannya terhadap mahkota istri Vale Summit yang tahun 2016 lalu pernah dia lontarkan---dan tidak berakibat apa-apa---kini menyerang balik dirinya dalam bentuk yang lebih kencang.
Tanggapan penonton dan masyakat pecinta stand up comedy pun terbelah dua. Ada yang memuji ketenangannya sekaligus menyerang Vale Summit yang dianggap terlalu baper. Ada pula yang menganggapnya terlalu kasar sehingga layak digampar.
Bagi fans fanatiknya, Terawang dianggap sebagai komik yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit kronis, khususnya yang menyerang otak dan hati. Dengan guyonannya yang cerdas, Terawang mampu mencuci bersih otak penontonnya yang mulai keruh akibat dunia yang semakin riuh. Terawang pun sukses menghibur hati yang lara karena banyak perkara yang menimbulkan huru hara. Dengan suaranya yang merdu, Terawang sering menyanyikan lagu, "Hati yang gembira adalah obat."
Bagi yang anti materi lawakannya, Terawang dianggap ugal-ugalan dan naik panggung tanpa melalui tangga hirarki yang sudah disediakan Ikatan Joker Internasional. Bukankah kesembuhan penonton belum terverifikasi dan teruji secara empiris, meskipun yang mengklaim sembuh bukan orang sembarangan mulai pesinden sampai presiden.
Sebagai orang yang tidak mengenal Terawang dan Vale Summit secara langsung dan hanya mengikuti beritanya yang berseliweran di obrolan warung pinggir jalan sampai lini berita media masa aras utama, saya menyimpulkan lewat logika saya yang sederhana. Semua ini terjadi karena miskomunikasi dan emosi.
Sesaat setelah insiden, Vale Summit dengan bercucuran air mata meminta maaf secara ksatria. Terawang pun tampak tenang. Sambil menerawang ke bintang-bintang di atas sana, ketimbang meraung dan meriang, Terawang memilih bersenandung "Yen In Tawang Ono Lintang". Bukankah di malam yang gulita, harapan kita terletak pada bintang yang bercahaya.
Di bulan puasa ini, mari kita bertenggang rasa dan memupuk asa bersama membangun dunia yang lebih dewasa dan berbela rasa.
- Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H