Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Operasi Plastik

3 Oktober 2018   16:41 Diperbarui: 3 Oktober 2018   18:59 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bukan," sahut istrinya. "Begini ceritanya. Setelah mendapatkan uang darimu, pengemis tua itu membeli lotere. Ternyata mendapatkan hadiah utama. Uang itulah yang dia pakai untuk pergi ke Korea dan operasi ganti kelamin sekaligus rekonstruksi total tubuh dan wajah, sehingga pengemis itu berubah menjadi perempuan muda yang cantik. Sebagai balas budi, perempuan itu menikahi kamu."

Video ditutup dengan reaksi sang suami yang shock berat.

Bicara soal plastik, pernah ramai di media sosial beredarnya beras palsu yang katanya terbuat dari plastik. Artinya, beras itu palsu. Rupanya saat ini apa saja yang palsu bisa menjadi komoditas yang laris manis. Berita hoax sama atau bahkan melebihi keramaian berita asli yang diterbitkan media mainstream.

Sejak Palu dan Donggala digoncang gempa dan diterjang tsunami belum lama ini, berita palsu pun berseliweran. Begitu masifnya hoax bertebaran sehingga kita harus ekstra hati-hati di dalam membaca, apalagi menyebarkannya. Seperti yang pernah saya tulis di media massa online mainstream, "Hoax dibuat oleh orang yang cerdas tapi berhati culas dan disebarkan oleh orang baik tapi terlalu naif (untuk tidak mengatakan bodoh)."

Apa penyebar berita bohong tidak ada hukumannya? Saya percaya, hukuman baik di bumi maupun nanti di akhirat tetap ada. Di salah satu kisah Aesop, ada bocah gembala yang nakal. Suatu sore dia berteriak keras-keras, "Serigala! Serigala!"

Orang-orang desa langsung datang dan hendak menolong dia. Namun, mereka tidak menemukan serigala satu pun. Mereka hanya melihat bocah gembala yang tertawa terbahak-bahak karena tipuannya mengena.

Keesokan harinya, bocah mbeling itu berteriak kencang, "Serigala! Serigala!"

Seperti kemarin, orang-orang kampung berdatangan hendak menolongnya. Namun, yang mereka dapati justru bocah nakal yang terawa terpingkal-pingkal.

Pada hari yang ketiga, saat bocah itu hendak pulang ke rumah, tiba-tiba saja ada serigala yang menyerang. Segera dia berteriak lantang, "Serigala! Serigala!"

Kali ini tidak seorang pun penduduk kampung yang muncul. Mereka tidak mau ditipu untuk ketiga kalinya. Bagaimana nasib bocah itu? Tebak saja apa yang menimpanya.

Penyebar berita bohong cepat atau lambat akan termakan oleh kebohongannya sendiri. Kalau sudah begitu siapa yang mau menolong meskipun dia melolong? Atlet yang memenangkan pertandingan karena doping jika akhirnya ketahuan akan dicopot gelarnya. Demikian juga peserta pemilu yang memakai berita bohong untuk memboyong kemenangan, tidak bisa terus-menerus memakai senjata bodong. Rakyat yang berulangkali dibohongi pasti punya filter yang semakin tebal. Siapa saja yang terus menerus menyebarkan berita bohong pada saat pemilu nanti pasti masuk tong!

  • Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun