Masih segar di ingatan kita saat walikota Solo yang karena masifnya pemberitaan tentang kerendahan hati, diplomasi hati dan kebiasaannya blusukan, melontarkannya ke kursi gubernur DKI dan meluncur ke atas sebagai presiden. Sejak itu banyak pejabat yang ikut-ikutan blusukan dengan harapan bisa mengikuti jejak 'tukang kayu' dari Solo ini. Faktanya tidak demikian. Rakyat sudah semakin cerdas. Kepura-puraan membuat orang muak.
Itulah yang diceritakan teman saya, seorang pengusaha muda sukses. Suatu kali dia kedatangan seorang ibu muda yang berpakaian sangat sederhana. Ibu itu punya yayasan yang menolong wong cilik.Â
Teman-teman sesama pengusaha membeli merchandise apa pun yang ditawarkan ibu itu. Suatu kali sahabat saya itu ke Jakarta dan kaget karena bertemu kembali dengan ibu itu dengan penampilan yang bukan saja berbeda melainkan bertolak belakang. Jika saat meminta donasi ibu pun hampir tidak memakai make up, kala itu dia ber-make up tebal dengan pakaian yang tampak mahal.
Ketulusan dan Kerja Keras adalah Kuncinya
Bukan kebetulan jika saat menulis bagian ini seorang sahabat curhat bagaimana caranya menyembuhkan trauma dan sakit hati anak buahnya. Karena sedang menghadapi persoalan yang berat---bisnis terpuruk, keluarga tidak mau tahu dan anak terkena narkoba---bos itu membentak anak buahnya hanya karena alasan sepele: salah membuat laporan. Mungkin karena terpaksa, anak buah itu tetap masuk kantor, tetapi selalu menghindari tatapan matanya. Dia seakan-akan bertemu dengan monster.
"Engkau yang memulai, engkau juga yang mengakhiri," ujar saya yang disambut tertawa ngakak. "Namun, kedatanganmu ke kantorku menunjukkan bahwa engkau bos yang baik. Engkau sadar apa yang engkau lakukan dulu salah dan itu tidak bisa diperbaiki karena sudah lewat. Yang bisa engkau lakukan adalah sekarang dan yang akan datang. Alangkah baiknya jika engkau temui dia dan meminta maaf. Engkau tidak merendahkan dirimu sendiri. Engkau justru akan dianggap gentleman dan itulah yang membuat anak buahmu berbalik menunjukkan sikap hormat. Ingat, segan dan takut itu beda."
Bos besi itu menjabat tangan saya erat-erat sambil berkata, "Thank You. I'll try my best!"
Bukan hanya Prabowo
Jika yang dikatakan Sandiaga Uno benar, bahwa Prabowo akan berubah ke arah yang lebih baik, kita tentu akan menyambut dengan gembira. Bukan hanya Prabowo. Setiap kita perlu berubah ke arah yang lebih baik. Jokowi juga! Bagi saya, lawan dari 'baik' adalah---jangan kaget---'sempurna'. Kok bisa? Jika kita merasa sudah sempurna, kita mandeg. Kita tidak bisa berubah menjadi lebih baik lagi.
Suatu kali saya bercakap-cakap dengan seorang pemain keyboard kenamaan. Saat saya tanya rahasia suksesnya dia berkata, "Saat baru belajar bermain keyboard, saya menghabiskan waktu tiga jam sehari. Setelah mahir, saya berlatih enam jam sehari!" Luar biasa bukan?
 Xavier Quentin Pranata, penulis kehidupan di kanvas jiwa.