Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Magai
Fransiskus Xaverius Magai Mohon Tunggu... -

Aku Rindu Padamu Wahai Diriku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasar Mama-Mama Asli Papua, Oase Bagi Orang Papua

22 April 2014   00:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398075169440323003

Menjadi pertanyaan, Pemerintah pilih mana, investor bermodal besar atau pedagang asli papua pemilik tanah ini?

Lukas Enembe pada 12 oktober tahun lalu seperti yang dilansirkan oleh Tabloid Jubi.Com, perna bilang, “kita orang asli papua adalah minoritas di atas tanah sendiri,” nah, untuk itu sebagai bentuk kepedulian terhadap OAP, Enembe harus secepatnya mendorong pembangunan pasar permanen khusus untuk pedangan asli mama-mama papua ini, karena demikian ia turut mempertahankan identitas OAP yang sedang termarginalisir dan minoritas di Kota Jayapura yang merupakan kota barometer untuk papua.

Pasar mama-mama asli papua seperti rumah bersama untuk OAP. Membangun pasar permanen sama saja membangun rumah adat untuk orang papua yang terlebur paduh bersama  kekayaan alam, daya intelektual dan kearifan lokal budaya didalamnya. Pasar ini juga seperti museum, tempat para minoritas memamerkan kecirikhasannya pada dunia. Ini unik adanya.

Lebih dari itu, ternyata pasar ini merupakan gambaran reel nasib orang papua  yang diperlakukan sangat tidak manusiawi diatas tanahnya sendiri oleh pihak-pihak yang rakus dan picik itu.

Diam sejenak. Rasa haru menyumbat hati nurani. Mata berkaca-kaca. Sedih, sunggu sedih nasip mama-mama yang dari rahimnya kita dilahirkan ini.

Saya jadi enggan beranjak dari sini.  Sembari mencicipi 3 buah pinang lengkap  siri dan kapur yang barus saya beli seharga 2.000,00 rupiah di mama Serui yang berjualan diatas para-para depan kantor koperasi pasar, saya berdiri sambil memantau proses pasar yang sedang berlangsung di depan mata.

“Inilah rumah kita tempat sisa-sisa orang berambut keriting dan berkulit hitam berkumpul untuk mempertahankan hidup, menguatkan, mendukung dan mendorong untuk maju dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan yang terhimpun dari sorong sampai samarai dalam khasana budaya papua”.

Kita semua pasti ingin pulang ke rumah kita ini walau sekadar belanja atau menikmati hidangan lezat khas papua. Ada petatas/keladi (ubi) dan ikan pedis, papeda ikan kuah kuning, beragam sayuran segar, buah-buahan, bumbu-bumbuan, dll. Kita juga bisa santai meneguk segelas teh, kopi/susu panas dengan roti bakar khas mama-mama papua sambil mendengar alunan musik mambesak karya seniman legandaris papua Arnold Ap yang di putar oleh adik-adik papua yang berjualan kaset CD di sudut pasar.

Oase di tengah gurun, pasar ini sunggu telah menghidupkan kembali suasana kepapuaan di tengah arus migran yang dominan.

(Pasar Sementara Mama-Mama Asli Papua, 21-04-2014, Catatan kecil)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun