Oleh: Margaretha Pigay
Kegiatan Kemping Rohani (Youth Camp) merupakan Iven Tahunan dalam Program Kerja Gereja Kingmi Papua Klasis Kota Jayapura dan diperuntukan untuk Anak dan Remaja. Tahun ini merupakan kali ke-3 diselenggarakannya kegiatan tersebut. Untuk tahun ini kegiatann ini diadakan di Kompleks Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) milik Gereja Kingmi Papua, di Kompleks Puspigra, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, dan berlangsung selama 4 hari dari tanggal 28 Juli sampai 31 Juli 2014.
Antusiasme anak-anak dan remaja dari 18 Gereja dan beberapa Pos PI yang tersebar di Lingkungan Gereja Kingmi Klasis Kota Jayapura yang menghadiri kegiatan sangat tinggi. Mulai dari anak-anak yang masih duduk di bangku SD kelas 3 sampai SMU kelas 3 semuanya tak mau melewati kegiatan akbar tahunan ini. Maklum anak-anak zaman sekarang paling suka yang rame-ramean.
Saya datang bersama teman-teman dan adik-adik didampingi oleh beberapa kakak senior. Kami mewakili Gereja kami, Gereja Kalvari Tasangkapura.
Setelah sampai di mata jalan Kampung Harapan, kami harus melewati jalan masuk berkerikil ditengah-tengah rimbunan pepohonan sejauh 500 Kilo Meter ke dalam dengan mengunakan mobil untuk sampai ke Puspigra. Setelah tiba di pintu masuk tempat kegiatan, spontan kami dibuat terkesima oleh senyuman alam yang mempesona. Pantasan, konon waktu zaman Perang Dunia Ke-II, Belanda menjadikan kawasan ini sebagai pusat untuk mengurus Atministrasi mereka, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kota NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Mungkin salah satu alasan mengapa Belanda memilih kawasan ini karena tempatnya sangat strategis yang dikelilingi oleh gunung-gunung serta panorama alam yang indah yang terletak di atas Danau Sentani, dan berada di bawah Kaki Gunung Cycloop yang hijau.
Di Kampung Harapan ini, Xave pria yang kini menjadi kekasih hatiku itu lahir dan di besarkan bersama 3 orang saudaranya oleh kedua mendiang orang tuanya yang telah lama meninggal. Kedua orang tua Xave dikuburkan di pekuburan umum Kampung Harapan. Letak pekuburan itu tak jauh dari tempat kegiatan kami.
Di sini banyak tumbuh pohon kasuari dan akasia yang menjulang tinggi nun hijau dan merimbun berjejer di pinggiran jalan, juga mengelilingi Gedung Sekolah dan Asrama serta Aula SMTK Walter Post ini. Ada juga beragam batu-batuan yang tersusun secara alami di pinggiran lapangan hijau. Serta dari cela-cela lereng gunung Makanuai mengalir aliran air yang bening. Pantas saja tiap malam dan pagi subuh kami menderita kedinginan yang hebat yang di pancarkan oleh alam melaui udara. Semua baik adanya, ini menceritakan kebesaran Tuhan Allah Pencipta Semesta
Oh iya, selama 4 hari mengikuti kegiatan, ada banyak hal baru yang mengesankan yang kami dapat disini. Kami mendapat materi-materi tentang pengembangan diri. Mulai dari pendalaman iman kekristenan, hal-hal menyangkut etika dan moral dalam perilaku keseharian, dasar-dasar kepemimpinan dan yang paling menggembirakan buat saya adalah lewat kegiatan ini saya dan semua peserta juga diajarkan teknik-teknik dasar menulis yang benar. Ouw iya hampir lupa. Saya tak menyangkah dan sempat buat saya sedikit Grrrr...ketika saya terpilih sebagai Ratu anak dan remaja tahun 2014 dari semua peserta wanita yang hadir dalam sesion konteks pemilihan Raja dan Ratu bagi semua peserta yang hadir. Hehehehehehehe......!” Namun tentunya itu bukan nilai sesunggunya dari kegiatan Youth Kamp ini. Bagi saya yang menjadi substansi ialah melalui kegiatan ini mampu buat kami saling mengenal satu sama lain dan membentuk satu ikatan kekeluargaan yang terjalin sangat erat diantara para peserta. Tak ada perbedaan disini, yang ada hanyalah generasi penerus Gereja Kingmi di Papua berkumpul, bersatu untuk masa depan yang lebih baik.
Saya terharu melihat semangat, canda tawa dan emosi yang terpancar dari raut wajah teman-teman dan adik-adik yang hadir. Alam memang selalu mampu beri inspirasi pada kita. Melalui pancaran kesejukanya, kita diberikan butiran-butiran oksigen yang terpancar dari nafas Allah Pencipta Semesta yang selalu hadir menyapa kita lewat wujud alam.
Lebih mengesankan ketika Bapak Pendeta Marthen Maury, Ketua Klasis Gereja Kingmi Kota Jayapura membawakan acara malam Rekoleksi Iman pada malam pertama. Malam itu kami mendapat siraman rohani yang dasyat. Di ujung acara rekoleksi itu setiap peserta ditantang maju kedepan untuk di jamah oleh bapak pendeta. Saya agak ragu dan memilih keraskan hati, namun saya tak kuasa melawan kehendak Roh Kudus yang dasyat dalam jiwa. Sayapun maju dan dijamah. Seketika itu saya sangat merasa bersalah dengan manusia lama saya. Akhirnya timbul satu komitment baru bahwa saya mau berubah dari kebiasaan lama dan memulai hidup baru bersama Kristus Yesus. Hati kecilkupun tergerak untuk meminta ampun dan maaf pada Nenek, seorang wanita paruh baya yang sudah saya anggap sebagai orang tua kandung. Saya tinggal di rumah nenek bersama kakek di Buper Waena. Mereka adalah orang tua asuh saya sejak masuk SMU hingga kini. Seketika itu saya memeluk nenek dengan menangis. Nenekpun balas memeluk saya dan kata-kata maafpun meluncur dari hati saya,”Maafkan saya nek atas segala dosa dan salah yang selama ini saya buat terhadap nenek, cetusku sambil memeluk tubuh nenek lebih erat. “Ia, nenek maafkan kamu sayang, balas nenek lembut. Kamipun larut dalam suasana teduh dimalam itu.
Keesokan harinya pada siang hari kami berkumpul membagi canda tawa bersama teman-teman sambil menikmati keindahan alam sekitar kita. Segala kepahitan dan kenangan kelam masa lalu seakan keluar dari diriku saat kami mengikuti sesion Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) pada malamnya yang dibawakan oleh Ibu Nely Theresia Tebay.
Saya ingin memulai hidup baru meski saya tahu tentunya ini bukan hal yang mudah buat anak gadis remaja seusia saya yang masih duduk di bangku SMK kelas II, apalagi diperhadapkan dengan tantangan zaman modern ini.
Memang betul bahwa kebanyakan orang bilang anak-anak mudalah yang paling rentan terjerumus dalam bahaya pergaulan bebas, tapi saya percaya bahwasanya Tuhan Yesus Kristus yang saya Sembah sebagai Tuhan dan Juru selamat pribadi oleh daya Roh Kudus yang selalu mengerjakan keselamatan dalam diri setiap manusia akan selalu sangup mengawal hidup saya karena saya telah menyerahkan seluruh totalitas hidup saya buat Tuhan Yesus dan saya percaya dengan iman bahwa Tuhan Yesus tak perna gagal dan mengecewakan.
Saya tahu, lewat segala suka-duka kehidupan ini Ia Yesus sedang memproses diri saya seperti halnya memproses emas didalam dapur peleburan selama tujuh kali hingga mendapatkan emas murni, begitupun yang Yesus lakukan terhadap hidup saya.
Saking asyiknya mengikuti kegiatan, tak terasa kami sudah berada di ujung waktu kegiatan. Sebentar lagi kami akan pulang ke rumahn masing-masing. 4 hari begitu singkat buat saya, mungkin juga para peserta yang lainpun merasakan hal yang sama. Hanya ada satu hal yang terlintas dibenak ku saat ini, satu hal saja. Jika saja saya dapat memutar kembali waktu, saya akan mengulang kembali detik demi detik kenangan ini. Namun saya sadari itu hanya halusinasi belaka. Meski saat ini saya merasa sangat enggan pulang namun kehidupan dan waktu terus bergerak maju yang akan selalu memaksa kita untuk terus melangka kedepan dengan menyisakan beragam kenangan di masa lalu sebagai cermin dan motivasi diri.
Saya harus pulang untuk berubah menjadi lebih baik dari hari kemarin. Selamat tinggal Kota NICA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H