Mohon tunggu...
Xaverian Lorenzo
Xaverian Lorenzo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Perang Padri

7 April 2023   21:29 Diperbarui: 7 April 2023   21:32 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perang Padri berawal dari pertikaian antara dua kelompok masyarakat Sumatra Barat.

Dua kelompok itu adalah kaum adat dan kaum ulama. Kaum adat selalu berpakaian hitam-hitam, disebut kaum hitam, sedangkan kaum ulama selalu berpakaian putih-putih disebut kaum putih. 

Penyebab terjadinya perang Padri

1.Pertentangan 2 aliran dalam agama islam yaitu aliran Tasawuf dari Aceh dan aliran Wahabi dari Arab. Salah satu tokoh Wahabi yaitu Imam Bonjol. 

2.Adanya kebiasaan dari kaum Adat, seperti menyabung ayam, minum minuman keras, berjudi. Kaum ulama ingin membasmi kebiasaan buruk itu tapi mendapat penentang dari kaum Adat. 

3.Hukum Adat matrilineal, ditentang oleh kaum Ulama, karena kaum wanita lebih tinggi dari pria. 

4.Ada campur tangan pihak Belanda yang bermaksud memecah belah Sumatra Barat. 

Perang Padri berlangsung dari tahun 1821-1837 dibedakan menjadi 3 periode 

1.Periode 1821-1825

Masa permulaan perang ini kaum adat mendapat bantuan dari Belanda. Serangan Belanda terhadap Sulit air dapat digagalkan oleh kaum Padri. Kaum Padri menyerang pos Di Semarang, Belanda terpaksa mendatangkan tentaranya dari Batavia yang dipimpin oleh Letkol Raaf. Dengan kekuatan 494 prajurit dan 5 buah meriam, Raaf berhasil menguasai tanah Datar dan mendirikan benteng di BatuSangkar yang diberi nama Benteng Fort Van Der Capellen. Kaum ulama waktu itu dipimpin oleh Tuanku Lintau dengan pertahanan di Marapalam, Rao dan Alahan Panjang. 

2.Periode 1826-1830

Walaupun telah diadakan Perjanjian Padang pertempuran di Sumatra Barat tetap berlangsung, seperti serangan kaum Padri dari Lima Puluh Kota atas kedudukan Belanda di Padang Tarab dan Pertempuran Lintau antara kaum adat dengan kaum Padri. Belanda membangun Benteng Fort de Kock sesuai dengan nama Panglima Belanda Markus de Kock. 

3.Periode 1831-1837

Periode ini merupakan akhir perang. Pada tahun 1831 Letkol Elout dan pasukannya dikirim untuk menumpas kaum Padri, tetapi kaum Padri masih cukup kuat. Kemudian dikirim lagi Mayor Michaels dengan tugas pokok menduduki Ketiangan dekat Tiku yang merupakan kekuatan Padri. Daerah Bonjol yang dipertahankan oleh Melin Basa (Imam Bonjol) akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Pada tahun 1831 kaum Adat dan kaum Padri bersatu dan pada tahun 1833 menyerang kota Bonjol, Letkol ELout mengambil kebijakan untuk mengarahkan prajurit prajurit Jawa yang dipimpin oleh Sentot Ali Basa Prawirodirjo (bekas panglima perang pangeran Diponegoro) 

Untuk mendekati rakyat dan menarik simpati dari kaum Padri. Tetapi ternyata Sentot dianggap mengkhianati Belanda dengan berpihak kepada kaum Padri, sehingga Sentot ditarik Ke Batavia dan kemudian dijatuhi hukuman pengasingan ke Bengkulu dan meninggal pada tahun 1855.

Pada tahun 1834 tentara Belanda yang dipimpin Cochius dan Michaels berhasil menduduki basis terpenting kaum Padri di Bonjol. Imam Bonjol sebagai pimpinan kaum Padri bertahan sampai tahun 1837. Kemudian ia diajak berunding di Palupuh yang diakhiri dengan penangkapan. Imam Bonjol dibawa ke Batavia kemudian ke Manado. Imam Bonjol meninggal di kampung Luta di usia 92 tahun pada tahun 1864. Dengan berakhirnya perang Padri, seluruh Sumatra Barat dikuasai oleh Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun