Mohon tunggu...
Fityah Xahnny
Fityah Xahnny Mohon Tunggu... Jurnalis - Melalui tulisan

'99.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

08.00

19 April 2018   21:54 Diperbarui: 23 Juni 2019   20:34 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memperhatikan setiap gerak dari tubuh 18 tahun itu, aku memang baru mengenalnya dalam 7 bulan ini tapi terlepas dari pernyataan bahwa belum cukup pantas untuk bilang ia sosok yang sangat ku suka kepribadian dan keanggunan sikapnya, namun memang seperti itu adanya.

Mulai pukul 08.00 seseorang dengan tinggi standar wanita Indonesia dan memakai kacamata bertangkai hitam sudah biasa menjadi pandangan pertama ku selama satu minggu kemarin. Wajah lelah setelah perjalanan dua jamnya tetap terlihat menarik dengan bibir beroleskan lipstick merah muda. Ya dia penyuka warna merah muda, walau terdengar feminim tak pernah ada full make up di sana, "Gue gak bisa", katanya. Mahkota perempuan miliknya tertutup jilbab yang terurai hingga dada.

Pakaian yang sedikit ketat memperlihatkan bahwa tubuhnya berisi dan membuat semakin mirip ibunya, ia sering bercerita dengan sang ibu. Mereka dekat, seakrab kaki yang berdekatan ketika melangkah, semesra kaki yang berada di atas kaki lainnya.

Baju berlengan panjang ditemani empat gelang pada tangan kiri, berwarna hijau, perak, putih kecoklatan, dan hitam. Selalu dipakainya tanpa satu hari pun dilepaskan, eh tapi aku tidak tahu kalau di rumah apakah masih dipakai atau tidak hehe. Celana panjangnya tepat menutupi mata kaki tapi kaus kaki pendek yang dikenakannya membuat pergelangan kaki terlihat.

Mulai pukul 08.00 di ruang kelas yang memiliki pintu berwarna cokelat, bertirai panjang hitam dan putih, memiliki empat AC hitam dan selalu diributkan teman-teman karena terlalu dingin, dan biasa digunakan oleh 38 mahasiswa. Ia duduk dipinggir barisan ketiga dan hanya diam, bukan karena tidak ada yang mengajaknya bicara tapi memang seperti itu dia.

Sedikit pendiam tapi juga pelawak yang unggul. Sering disapa oleh teman-temannya dan ia menjawab ramah, "Hai" sambil tersenyum. Ketika waktu belajar dimulai, terlihat buku besar dengan kertas berwarna putih dan botol minum bergambar binatang panda berisi teh manis hangat di atas meja. Jarang berbicara ketika dosen sedang menjelaskan kalaupun ia bosan dibuatnya sebuah gambar dan tulisan yang cukup besar.

Anak pertama kelahiran tahun 1999 ini acap kali digoda oleh teman-temannya dengan menyebutkan nama salah satu laki-laki di kelas, kalau sudah begitu ia akan tutup telinga dan menunduk.

Pernah pula terdapat teman yang bercanda dalam diamnya setelah lelah belajar, dengan sabar ia berkata "main sama itu aja" "kenapa sih gabut banget", sembari tersenyum. Dan ia tipe perempuan yang menutup mulut ketika tertawa.

Pukul 08.00 telah pergi, datang matahari menyinarkan terang yang terasa hangat. Pukul 08.00 telah pergi, datang bunyi dari perut mengharapkan kehadiran nasi dan lauk pauk.

Diambilnya dari dalam tas punggung kecil berwarna hitam sebuah makanan yang tersusun rapi dalam kotak bekal makan siang terbungkus plastik putih, digenggamnya sendok dengan tangan kanan dan mulai mengosongkan tempat makan untuk memenuhi perutnya. Porsi yang bisa dibilang sedikit dimakan perlahan dengan tangan di bawah mulut agar tidak ada satu butir nasi pun yang jatuh.

Mulai pukul 08.00 seseorang yang sedari tadi ku sebut "dia" kembali berjalan menuju masa depannya. Dipelajari semua ilmu tentang jurnalistik bersama 37 teman sekelasnya dalam impian yang sama. Aku tahu tidak mudah bagi mu merasakan ini sendirian ketika terlihat dengan jelas banyak teman tertawa bahagia.

Kau bercerita di depan kelas mengenai ayah mu, tanpa disadari air mata turut keluar membasahi pipi ku. Yakinlah teman, bahwa sesuatu yang kau harap segera pamit itu akan benar-benar pergi, yakinlah sesuatu itu tidak akan terus berkembang menjadi kanker. Ketahuilah teman baru mu ini akan selalu ada di sampingmu, bagaimana pun situasi mu.

So look in my eyes, I'll be by your side, Risvania.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun