Pendidikan adalah upaya untuk mempengaruhi perilaku siswa melalui pengajaran, pendampingan, dan pembinaan. Ruang kelas modern bukan lagi tempat di mana guru bisa beristirahat dengan tenang. Sebaliknya, mereka perlu menemukan cara-cara kreatif untuk membantu siswanya belajar baik di dalam maupun di luar kelas, sesuai dengan kurikulum (Sujianto, 2008). Kurangnya metode pengajaran yang efektif dan dukungan yang memadai bagi pertumbuhan intelektual siswa merupakan permasalahan abadi dalam bidang pendidikan. Keterampilan menghafal siswa merupakan satu-satunya yang dibenahi dalam proses pengembangan kelas selama ini. Siswa diminta untuk menghafal dan menyimpan sejumlah besar informasi tanpa relevansi dengan dunia nyata. Dalam lingkungan kelas tradisional, fokusnya adalah pada instruktur daripada siswa. Akibatnya, siswa jarang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan mereka dan sering kali menunjukkan kurangnya minat atau keterlibatan terhadap materi. Hasil belajar siswa terpengaruh apabila siswa yang mengikuti pelatihan kurang memiliki motivasi dan keinginan belajar, khususnya pada bidang informatika.
Dalam hal ini diperlukan model pembelajaan baru, salha salah satunya menggunakan pendekatan PBL (Problem-Based Learning). Sofyan dan Komariah (2016) menyatakan bahwa PBL merupakan kependekan dari student-centered learning (SCL), sebuah pendekatan pedagogi yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang mendorong siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Siswa di kelas jenis ini diharapkan untuk memimpin pembelajaran mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban, sedangkan guru lebih berperan sebagai pembimbing.
Langkah pelaksanaan model pembelajaran PBL diantaranya;
- Orientasi Masalah;
- Mengorganisasikan Peserta didik;
- Membimbing penyelidikan;
- Mengembangkan dan menyajikan hasil;
- Analisis dan Evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan.
Problem based learning (PBL) yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran inovatif ini menuntut siswa untuk mengeksplorasi, meneliti, memecahkan, dan mengevaluasi masalah untuk meningkatkan keterampilan belajarnya. Minat belajar siswa akan berkembang secara alami. PBL relevan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari dan menekankan pada penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena mempelajari materi dari berbagai sumber, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengkaji tentang “Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning (PBL) Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Dampak Sosial Informatika di Kelas 7H”. Penelitian ini mempunyai dua siklus kegiatan yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen :
- Observasi mengacu pada kerangka pengumpulan data mengenai dinamika kelas, tindakan siswa, dan dinamika kelompok.
- Wawancara, yaitu mengumpulkan informasi untuk gugatan class action dengan mewawancarai individu yang mungkin memiliki pengetahuan tentang subjek tersebut dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada mereka. Mengevaluasi bagaimana reaksi siswa terhadap pembelajaran tentang informatika.
- Tes adalah untuk mengevaluasi seberapa baik siswa telah mempelajari dan menerapkan konsep.
Metode analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui bagaimana perasaan siswa terhadap metode pembelajaran yang efektif, seperti aktivitas kelas, antusiasme, dan metode baru, dilakukan melalui analisis kualitatif. Selama ini analisis kuantitatif digunakan untuk reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan dalam penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan
Peneliti bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan menemukan masalah dan memecahkan masalah siswa dalam suasana kelompok atau diskusi dengan menggunakan model Problem based learning (PBL). Hal ini terlihat pada kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sikap siswa meningkat menjadi 93,75% pada siklus II dari 68,75% pada siklus I. Pertumbuhan 25% menunjukkan hal tersebut. Hasil tes penilaian siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Siklus I memiliki integritas klasikal sebesar 67% dan nilai rata-rata 75. Siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 89 dan menguasai pembelajaran klasikal sebesar 91%. Problem based learning (PBL) meningkatkan keterlibatan dan kinerja siswa di Kelas VII H sebesar 24%.
Kesimpulan
Oleh karena itu, dapat dikatakan berikut ini: “Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Materi Dampak Sosial Informatika di kelas VII H SMP Negeri 1 Ciawigebang Tahun Pelajaran 2022/2023” Sebanyak 93,75% tergolong sangat aktif, meningkat 25% dari siklus sebelumnya. Selain itu terjadi peningkatan sebesar 24% dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata kelas 93 dan tingkat ketuntasan belajar 91%. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 75 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 67%. Oleh karena itu, Problem based learning (PBL) berpotensi meningkatkan proses dan hasil pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H