Mohon tunggu...
Sunan Doro
Sunan Doro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Linux Lover

Linux Defender, Android Supporter, Coffee Lover

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

#013 Bulan Sabit di Ufuk Republik

14 Agustus 2014   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#012

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="http://ak7.picdn.net/"][/caption]

Dikeroyok dua jagoan Kembang Soka, si Jari Maut bertempur kian hati-hati, melawan dua orang yang sangat marah dan penuh kenekadan harus dihadapi dengan kepala dingin. Gerakan si Jari Maut mantap, memainkan jurus-jurus warisan Kanjeng Pangeran Yudhaningrat, membendung badai serangan mematikan. Dengan lebih memperhatikan gerakan RB Kusuma yang lebih berbahaya, keris Kembang Soka bukan hanya tajam, namun juga mengandung racun ganas, sekali tergores tajamnya keris, tidak akan mudah ditolong.

Lewat limapuluh jurus, RB Kusuma melompat ke belakang, berdiri tegak memandang lawan pada jarak 37 meter. Sementara Danang terus menyerang dengan tusukan-tusukan kuat beraroma maut. Ditinggalkan RB Kusuma, si Jari Maut merasakan tekanan berkurang. Segera Ia melancarkan kombinasi pukulan beruntun beserta tendangan susul-menyusul, menampar dua kali ujung lengan Danang, menangkap pisau panjang di tangan kanan, Danang terkesiap, pisau seakan berhenti dijepit jepitan baja. Belum sempat menyadari apa yang terjadi, tendangan lurus bertenaga menghantam lambung kirinya, tubuh Danang terlontar sejauh lima meter, jatuh terduduk diatas tanah berumput, kepala pening, perut mual. Danang tidak mampu bangkit, Ia bersila, mengatur nafas guna mengusir pening dan mual. Sementara RB Kusuma, mengangkat keris Kembang Soka ke atas kepala, mengheningkan cipta sejenak, menarik nafas sangat dalam. Tangan kiri menyilang depan dada, kaki tegak lurus terpentang. Perlahan RB Kusuma mendongakkan kepala memandang langit, tangan kanan berputar pelan enam kali. Hawa panas menggelora ke seluruh unat nadi. Jari Maut, berdiri tegak merangkap dua tangan ke depan dada, mata terpejam. Ia menduga RB Kusuma bersiap melontarkan ilmu pamungkas, Jari Maut bersiap, menyalurkan tenaga sigar bumi di kedua tangan dan mengirim tenaga bledhek seketi ke ke sekujur jari jemari.

Jari Maut terkesima melihat keris di tangan RB Kusuma seakan memancarkan sinar kebiruan, ujungnya bergetar-getar. Sebelum menyerbu ke rumah RB Kusuma, si Jari Maut telah beberapa bulan melakukan penyelidikan, termasuk mengumpulkan informasi tentang RB Kusuma, ketua Persaudaraan Kembang Soka ini memiliki aji Kawah Tinuwuh, pengerahan aji kawah tinuwuh akan membuat kedua tangan RB Kusuma bagaikan lahar panas yang sanggup menghancurkan apa saja, batu, baja, besi akan gosong bagaikan dilanda lahar panas gunung berapi. Aroma maut mengurung halaman luas di belakang rumah RB Kusuma. Danang masih berjuang memulihkan tenaga, perut dan rongga dadanya terguncang, meskipun tidak menimbulkan luka dalam.

Beberapa kejap kemudian, RB Kusuma melompat tanpa suara, siku kiri ditekuk ke belakang, tangan kanan menyabet keris bersinar kebiruan. Jari Maut meraskan seleret hawa panas menerjang, sebelum serangan RB Kusuma benar-benar datang, pandangan mata waspada, seluruh indera bersiaga. Gerakan RB Kusuma tidak secepat sebelumnya, akan tetapi kelambanan ini menjadi isyarat, tubuh dan senjatanya sudah dipenuhi hawa sakti. Jari Maut diam siaga, menundukkan kepala mengangkat tangan menangkis serangan, Ia tidak mau ceroboh untuk langsung menapaki keris Kembang Soka, tanpa keyakinan mampu menahan. Tangkisan diarahkan ke genggaman tangan RB Kusuma, dukkk ... suara tidak terlalu keras benturan dua kepalan tangan kanan, namun akibatnya luar biasa, kuda-kuda Jari Maut tegempur mundur, sementara RB Kusuma terlontar ke belakang, Ia harus berjungkir balik untuk mengurangi dorongan tenaga dan mendarat dengan kedua kaki. Dari benturan ini dapat dilihat RB Kusuma kalah setingkat dalam hal tenaga. Sementara Jari Maut merasa tangannya dijalari hawa panas, segera Ia mengatur nafas, mendorong tenaga sakti untuk mengusir panas di lengan kanan.

Setelah saling menjajagi kekuatan, mereke mengatur strategi masing-masing. RB Kusuma kembali menyerang, keris Kembang Soka bergerak indah, membentuk gelombang sinar panjang, susul menyusul, mengepung seluruh jurusan, mengurung lawan, hampir tidak ada celah sedikitpun. Jari Maut menatap tajam, melompat tinggi secepat kilat, melancarkan serangan-serangan ganas dari sisi atas. Meskipun hanya serangan tangan kosong, RB Kusuma tidak berani menganggap ringan, Ia telah melihat bagaimana Rangkuti dan Prihantosa dirobohkan. Keduanya saling serang, tangkis menangkis, dorong mendorong. dua jagoan ini bertempur bagaikan dua bayangan setan, saling belit diiringi bentakan-bentakan. Serangan demi serangan seluruhnya menyiratkan irama kematian, hawa maut bergentayangan.

Danang mulai pulih kesadaran, tidak ada lagi rasa pening dan mual, namun harus diakui tubuhnya mulai dijalari kelelahan. Pandang matanya silau menyaksikan perang tanding dua manusia linuwih. Ia tidak berani demikian saja terjun dalam pertempuran, karena boleh jadi kehadiran dirinya bukan akan membantu melainkan merepotkan. Pikiran Danang berputar mencari akal, memeras seluruh kecerdasan, memikirkan apa hal terbaik bisa Ia lakukan untuk membantu Raden Bagus Kusuma. Danang bergeser ke samping, terus mengamati pertempuran, sangat sulit baginya untuk membedakan mana bayangan RB Kusuma mana bayangan si Jari Maut, saking cepatnya mereka bergerak, hanya sesekali Danang bisa menandai, bayangan dengan sinar keris membiru adalah RB Kusuma. Pada satu kesempatan Jari Maut terpaksa melompat ke samping menghindari sabetan keris Kembang Soka, Ia terkejut karena mendadak Danang menyerang dengan dua gulungan pisau panjang, secara indah Jari Maut melontarkan tubuh ke belakang, melanjutkan gerakan menghindar ke samping, sabetan pisau Danang lewat beberapa sentimeter diatas dadanya. Jari Maut harus menjatuhkan diri berguling menjauh, karena RB Kusuma sudah memburu dengan tebasan panjang keris Kembang Soka.

Berdebar dada Jari Maut, hampir saja keris Kembang Soka menebas lehernya. Baru saja Ia melompat berdiri, RB Kusuma kembali melancarkan serangan susul-menyusul, melihat Jari Maut kehilangan keseimbangan Ia tidak ingin membuang peluang. Sekali lagi Jari Maut harus melompat jauh untuk mengindar, karena Danang pun sudah maju menusukkan dua pisau panjang secara bersamaan. Jari Maut hinggap diatas tembok halaman
"Mau lari kemana kau ..." RB Kusuma berteriak.
Jari Maut bertolak pinggang dan tertawa pendek. Mendadak sontak Jari Maut meluncur, tubuhnya lurus bagaikan lembing, dua tangan menyorong ke depan dengan telapak terbuka. RB Kusuma tersenyum, Danang siaga sekitar lima meter di sebelah kiri gurunya. Sambil memusatkan seluruh tenaga Kawah Tinuwuh ke tangan kanan, keris Kembang Soka digenggam erat, ujungnya menghadap ke tanah. RB Kusuma membiarkan dua tangan Jari Maut mendekat, secepat kilat RB Kusuma menebas bermaksud membuntungi kedua lengan si Jari Maut. Senyum tipis menghias bibir si Jari Maut, secepat kilat Ia menarik kedua tangan, tubuhnya melengkung dan berputar 360 derajat, dan terdengar suara berderak, secara tak terduga si Jari Maut menendang dengan kedua kaki ke arah Danang, gerakan yang sama sekali tidak disangka-sangka itu tepat mengenai dada Danang, tubuh danang terhempas ke belakang dan remuk menyambar dinding. Danang bahkan tidak sempat bersuara, tubuhnya merosok ke bawah dan nyawa pun melayang.

"Bangsattt ..." Teriak RB Kusuma penuh emosi, keris Kembang Soka melesat cepat menyambar si Jari Maut yang baru saja menjejakkan kaki di atas tanah. Tiga kali si Jari Maut bersalto ke belakang, menghindar serangan RB Kusuma. Saat kaki menjejakkan tanah si Jari Maut langsung menyerang bertubi-tubi. RB Kusuma kaget, bergerak mundur sambil terus menebaskan keris Kembang Soka ke depan. Namun si Jari Maut dengan indah menghindar, menyelusup kedalam rangkaian gulungan perisai keris, sebuah sabetan dengan telapak tangan miring, mengarah tepat ke ubun-ubun, RB Kusuma tersentak melihat serangan tak terduga ini, tak ada waktu lagi untuk menangkis, RB Kusuma sempat memiringkan kepala ke kiri, tak urung pundaknya terkena pukulan telapak terbuka, RB Kusuma menggaduh dan terjerembab, bergulingan beberapa kali. Si Jari Maut tak membuang kesempatan, dengan loncatan panjang kedua kakinya meluncur ke arah RB Kusuma yang bergulingan. RB Kusuma terbelalak melihat dia kaki mengarah langsung bagaikan roket berkecepatan tinggi

"Dess..." tubuh itu berguling-guling beberapa kali, berhenti di semak pohon bunga-bungaan. si Jari Maut bangkit dalam kekagetan yang amat sangat, entah darimana datangnya tau-tahu pundaknya diterpa kekuatan besar saat Ia hendak menyudahi perlawanan RB Kusuma. Jari Maut menggoyang kepala mengusir pening. Terkesima melihat seorang kakek berpakaian petani, membawa tongkat bambu kuning terkekeh-kekeh, berdiri diantara dia dan RB Kusuma.
"Anak mas, Jangan takut saya datang ..." si kakek berbicara sambil pringas pringis, Ia mendatangi RB Kusuma, mengulurkan tangan dan menarik RB Kusuma berdiri, "mari kita bereskan bedebah ini" kata kakek itu lebih lanjut.
"Paman Gandamanik" RB Kusuma berseru girang.
kakek Gandamanik terkekeh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun