Tanpa membuang waktu, Anisa melayang tinggi, meluncur turun dengan kedua kaki lurus, mengerahkan seluruh tenaga ingin rasanya segera menggencet tubuh si jaket hitam. Lawan menatap tubuh Anisa meluncur bagai balok jatuh, Ia menyadari serangan berbahaya dan mematikan. Lelaki jaket hitam, berguling satu kali, sambil telentang menyambitkan sesuatu. Anisa terkesiap melihat benda hitam tiba-tiba meluncur ke arahnya, namun Ia tidak kehilangan kontrol, dengan sigap dan indah Anisa berputar diudara, kini kepalanya dibawah, menangkap senjata lontar lawan, melakukan salto satu kali dan mendarat tanpa suara diatas tanah. Sayangnya sesaat sebelum mendarat, Anisa melihat lawan bangun, melompat secepat kilat ditelan kegelapan malam. Anisa menarik nafas, membereskan blazer, menatap sepotong pisau ditangan dan ngeloyor kembali ke pinggir jalan tol, dimana mobilnya diparkir. Anisa mengedarkan pandangan ke sekeliling, meyakinkan diri tidak ada kemungkinan gangguan. Membuka pintu mobil, masuk dan memacu cepat mobilnya. Anisa memutuskan tidak mengejar lelaki tak dikenal yang telah mencolek payudaranya, nalar kesadaran mengingatkan Ia tidak mengenal daerah tersebut, juga menyadari lawan pandai melontar pisau, sangat berbahaya mengejar tanpa perhitungan, meskipun kegeraman memenuhi rongga dada.
Bersamsung ...
#017
Catatan : Tulisan berikut ini seluruhnya FIKTIF, sebuah FIKSI kreasi Penulis. Persamaan Nama, Peristiwa, Tempat tidak lebih hanya sebagai bingkai cerita. Tidak ada maksud dan tujuan untuk mendiskreditkan siapapun atau pihak manapun, segala usul, saran, kritik, keberatan agar menghubungi penulis. Kompasiana tidak bertanggung jawab atas Isi tulisan. Selamat menikmati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H