"omahmu yaopo ran" (rumahmu bagaimana ran?)
Pertanyaan yang mungkin didapatkan Rani untuk kesekian kalinya. Maklum, Rani tinggal di daerah 'Rawan Banjir'.Â
Rabu 3 Februari 2021
Pagi hari terasa sangat cerah dan ceria, aktifitas manusia berjalan seperti biasanya, meskipun tetap di rumah saja. Keceriaan pagi-siang hari mendadak berubah dengan awan kelabu di seluruh langit Pasuruan, hingga akhirnya air mulai berjumpa dengan bumi dari ba'da ashar hingga ba'da isya pun hujan tak kunjung reda. Berbagai story melaporkan keadaan rumah dan lingkungannya masing-masing.
"sepertinya tidak jadi ke surabaya" pikirku saat sebelumnya sudah izin ke ibu untuk pergi ke surabaya esok hari
sesaat kemudian, melihat kabar banjir mulai mengunjungi hingga sudut rumah warga, merendam segalanya yang belum sempat (mungkin juga tidak mungkin) untuk diangkut ke plafon.
hingga saat artikel ini ditulis, kabar banjir belum surut masih memenuhi informasi media maya. Akun instagram Seputar Pasuruan meliput banjir di berbagai daerah, seperti Gempol, Taman Dayu Pandaan, Kalianyar, Kalirejo, Kedunglarangan, hingga Kraton.
lalu, apakah penyebabnya?
mungkin warga akan dengan mudah "soale udane suwe, ket sore gak mandek-mandek" (karena hujannya lama, dari sore tidak berhenti)
logis, juga fakta. Namun apakah benar?
tidak ada akibat jika tidak ada sebab.Â