Mohon tunggu...
Uhan Subhan
Uhan Subhan Mohon Tunggu... Pengajar dan Petualang -

penulis. pengajar. petualang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejumput Sajak Badui U Subhan

24 Februari 2013   07:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:48 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

badui u subhan

DI MUARA

badai datang, dalam hatimu,

sebelum mercusuar

menyala.

waktu, seperti juga hidupmu,

tersapu dari pantai

yang damai.

sementara, di puncak gunung

gelap, senyap.

segala lenyap.

di muara, di sisa senja,

kau menunduk.

kian merunduk.

/Banten, 2012

badui u subhan

SESEORANG BERDOA

seseorang berdoa, mungkin kamu,

dalam gelap kamar.

tuhan yang tak mudah dijangkau,

seperti cakrawala,

jangan beri aku cahaya

seperti musa

di puncak tursina.

tuhan, menjauhlah

dari keluh kesah

nafsuku.

seseorang berdoa, mungkin aku,

singkat

dan menggigil.

/Banten, 2012

badui u subhan

FRAGMEN DI BULAN JANUARI

kau tiba-tiba datang

dan berbisik:

ini januari dan aku akan

berhenti bernyanyi.

matahari belum tinggi.

belum habis secangkir kopi.

apakah kau bahagia?

tidak, ini januari,

dan selama hidupku

tak ingin aku bahagia.

sebab itu, aku

menjumpaimu.

apakah kau bahagia

dalam duka?

ini januari.

kuharap esok, lusa, dan seterusnya

adalah januari.

/Banten, 2012

badui u subhan

BAGIMU

aku tak pandai merayu,

tak seperti cahaya lampu

bagi laron-laron

sehabis hujan.

“betulkah?”

aku hanya sepercik api

yang kelak menghanguskan rambut,

kulit, daging, tulang,

dan hatimu.

“mestikah?”

/Banten, 2012

badui u subhan

DARI SELATAN KE UTARA

dari selatan, di mana peradaban

lebur dan berserakan,

angin berhembus

bersama bau angus.

kita, di sini, memandang langit

dari sebuah jendela: jerit

elang, kumparan jelaga,

gelombang duka.

kau dan aku terus bertanya,

dalam dada,

berapa lama lagi

giliran kita.

ada baiknya kita percaya,

seperti mereka, di balik cinta

selalu ada kelewang

dan senapang

kawan, barangkali kita mesti

segera berlari, mengungsi

ke utara, ke masa depan

yang kerap disembunyikan

para pembuat peta.

/Banten, 2012

badui u subhan

KENANGAN

hingga kini aku percaya:

kenangan

bukanlah kesenangan

kenangan

bukanlah kemenangan

hingga kini aku percaya:

kau tak pernah percaya.

/Banten, 2012

badui u subhan

TENTANG ESOK

aku tahu,

esok bukan hanya milikku.

kembang jambu batu

akan mekar, tapi kembang kertas

akan gugur

dan tersapu.

aku tahu, lusa

bukan hanya aku yang punya.

buah jambu batu

dimakan kelelawar, tapi mengkudu

akan lebat dan bau.

/Banten, 2012

badui u subhan

EPISODE RUMAH

-kepada dei

aku akan segera berkemas

dan berlari ke jalan tanpa rambu.

di sini hanya ada cemas

dan tangis redam seorang ibu.

tak perlu kau tanya

apa tengah terjadi.

aku rela diriku tergilas,

koyak, dan raib bersama debu.

di sini tak ada yang lebih ganas

ketimbang lelaki tua berhati batu.

tak perlu kau tanya

siapa sebenarnya aku.

/Banten, 2012

badui u subhan

PERPISAHAN

-neka

apa yang memaksa kita berpisah

tak lain samudera gelisah

seperti kontingen malam

terburai oleh mimpi-mimpi lebam

kau dan aku bersepakat menjauh

sebelum tiba musim keluh

sebab hanya dengan jarak

cinta kian berbiak

/Banten, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun