Mohon tunggu...
Wynda Lestari Lamaliwa
Wynda Lestari Lamaliwa Mohon Tunggu... Dosen - Nutritionist and Health Blogger

Sebuah tulisan menunjukkan struktur berpikir IG: @cerita.gizi dan @ceritawynda

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menilik Keilmuan Gizi Molekuler sebagai Personalisasi Nutrisi Masa Depan

21 Maret 2024   12:07 Diperbarui: 21 Maret 2024   12:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, tentu konsep ilmu dasar akan menjadi sesuatu yang kompleks. Apalagi, di era digital dan perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) saat ini keilmuan semakin diperbarui dan memudahkan siapapun untuk mengaksesnya. Begitu juga dengan salah satu keilmuan yang sudah banyak orang tahu, ilmu gizi mengalami banyak perkembangan. Sejauh ini kita tahu bahwa ilmu gizi berperan dalam pengaturan diet dan pedoman gizi seimbang. Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah pedoman yang masih relevan sejauh ini untuk menjalankan pola hidup sehat. Dalam kondisi sakit setiap individu pun tetap menjalan diet yang sesuai kebutuhan dan seimbang.

Namun, asupan diet antara individu satu dengan yang lain sejatinya tidak bisa disamaratakan karena karakteristik dan respon setiap orang pun berbeda. Saat ini, ilmu gizi mulai berkembangan ke ranah molekuler sebagai metode penelitian nutrisi modern dan tidak terbatas lagi pada pengaturan diet saja. Nutrisi dapat bertindak sebagai ligan atau sederhananya molekul yang dapat berikatan dengan senyawa kompleks lainnya sehingga memebentuk suatu koordinasi, dan fenomena ini juga yang menjelaskan nutrisi dapat memengaruhi ekspresi gen pada tingkat genomik secara langsung pada reseptor atau dengan meningkatkan modifikasi epigenetik (Norheim et al., 2012). Selain itu, nutrisi juga berinteraksi dengan beberapa proses biologi lainnya yaitu pada tingkat epigenomik, transkriptomik, proteomik, dan  metabolomik untuk menghasilkan fenotip tertentu.

Kita fokus pada tingkat genomik yaitu studi yang merujuk pada keseluruhan gen dalam satu individu, termasuk interaksi antar gen-gen dan lingkungan individu.  Efek nutrisi secara fisiologis bergantung pada beberapa proses seperti pencernaan dan penyerapan di sistem pencernaan, transpor di sirkulasi darah, dan metabolisme di beberapa sel. Tentu saja, dalam setiap prosesnya melibatkan sejumlah produk gen beserta variasinya yang dapat mengubah respon fisiologis terhadap diet. Mungkin penjelasan ini sedikit membingungkan, sehingga kita perlu mengilustrasikannya secara sederhana. Misalnya, kita mau melihat bagaimana variasi gen APOA5 (Apoliporotein A5), gen yang berperan pada metabolisme trigliserida, dalam merespon diet pada dua individu berbeda. Diketahui, pada individu A memiliki variasi alel X yang sifatnya berisiko. Sedangkan pada individu B memiliki variasi alel Y yang sifatnya normal. Kemudian, kedua individu tersebut diberi diet tinggi karbohidrat. Hasilnya, individu A memiliki kadar trigliserida lebih tinggi dari individu B yang cenderung normal. Pesan yang bisa kita ambil dari kasus ini, bahwa perbedaan variasi genetik merujuk pada kecenderungan individu pada risiko gangguan atau penyakit metabolik tertentu dengan merespon dietnya. Secara fenotip, perbedaan itu terlihat salah satunya dari perubahan indikator metaboliknya.

Jika berkaca pada contoh di atas, peran ilmu gizi dalam aras molekuler dapat menjadi langkah mitigasi dengan merekomendasikan diet secara personal, sesuai kondisi individu. Salah satu penelitian tentang respon variasi gen APOA5 setelah intervensi diet tinggi karbohidrat dan serat, menunjukkan kadar trigliserida puasa pada individu variasi alel C lebih tinggi dari individu alel T (Kim et al., 2014). Lalu, pertanyaannya mengapa individu alel C memiliki kadar trigliserida lebih tinggi dari individu alel T? Secara fisiologis, kita perlu tahu bahwa fungsi APOA5 untuk mengatur metabolisme trigliserida dengan meningkatkan aktivitas enzim Lipoprotein lipase (LPL) untuk memecah trigliserida yang nantinya bisa digunakan sebagai sumber energi ataupun disimpan, sehingga kadar trigliserida dalam darah tetap seimbang. Namun, ketika ada variasi gen APOA5, salah satunya alel C, dapat menurunkan aktivitas translasi dalam ribosom untuk menghasilkan protein ApoA5, sehingga kadar ApoA5 juga menurun. Logikanya, jika ApoA5 menurun, maka trigliserida tidak dimetabolisme secara sempurna, sehingga kadarnya meningkat. Kadar trigliserida yang tinggi dapat berisiko mengalami penyakit kardiovaskular.

Lalu, sebagai seorang ahli gizi, apa yang bisa kita lakukan ketika melihat kasus tersebut dari perspektif gizi molekuler? Tentu tidak mudah dalam merekomendasikan diet berdasarkan variasi genetik individu, karena banyak faktor yang akan memengaruhi dan penyesuaian kondisi individu untuk efektifitas diet. Walaupun begitu, kabar baiknya adalah kita dapat menggunakan data kasus ini sebagai pendekatan personalisasi nutrisi dengan melibatkan ruang lingkup molekuler. Harapannya, aplikasi ilmu gizi molekuler dapat memberikan pandangan baru untuk ahli gizi dalam memberikan intervensi yang lebih presisi untuk meningkatkan status kesehatan dan menurunkan risiko penyakit. Selain itu, keilmuan gizi molekuler akan menuntun kita juga untuk belajar pada penggunaan teknologi dan metode penelitian gizi modern.

Referensi

 Kim, M., Chae, J. S., Kim, M., Lee, S. H., & Lee, J. H. (2014). Effects of a 3-year dietary intervention on age-related changes in triglyceride and apolipoprotein A-V levels in patients with impaired fasting glucose or new-onset type 2 diabetes as a function of the APOA5 -1131 T > C polymorphism. Nutrition Journal, 13(1), 1--11. https://doi.org/10.1186/1475-2891-13-40

Norheim, F., Gjelstad, I. M. F., Hjorth, M., Vinknes, K. J., Langleite, T. M., Holen, T., Jensen, J., Dalen, K. T., Karlsen, A. S., Kielland, A., Rustan, A. C., & Drevon, C. A. (2012). Molecular nutrition research-The modern way of performing nutritional science. Nutrients, 4(12), 1898--1944. https://doi.org/10.3390/nu4121898

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun