Mohon tunggu...
Wynda Lestari Lamaliwa
Wynda Lestari Lamaliwa Mohon Tunggu... Dosen - Nutritionist and Health Blogger

Sebuah tulisan menunjukkan struktur berpikir IG: @cerita.gizi dan @ceritawynda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Jenis-jenis Diet Vegetarian

18 September 2020   15:07 Diperbarui: 18 September 2020   15:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan namanya, flexitarian terinsipirasi dari kata "Flexible= bebas, mudah menyesuaikan" dan "Vegetarian" yang mana diet ini dikategorikan sebagai semi-vegetarian dan prinsipnya yaitu mengonsumsi makanan nabati lebih dominan dan  mengurangi konsumsi sumber hewani. Lalu apakah manfaat kesehatan yang harapannya dapat tercapai?

Beberapa penelitian menyatakan diet vegetarian diinterpretasikan sebagai therapeutic chronic disease. Misalnya pada kasus overweight dan obesitas menunjukkan pola diet vegetarian (plant-based dietary) terasosiasi dengan indeks massa tubuh (IMT= kg/m2) yang lebih rendah dibanding non-vegetarian. 

Menurut Adventist Health-study 2, rata-rata IMT paling tinggi (28.8) yaitu pada kelompok non vegetarian dan IMT paling rendah (23.6) berada pada kelompok vegetarian. Hal yang sama juga didukung oleh EPIC-Oxford Study, rata-rata IMT pada kelompok non-vegan lebih tinggi (24.4) dibanding kelompok vegan yang lebih rendah (22.5) (Melina et al, 2016).

Selain itu, menurut EPIC-Oxford Study, diet vegan tampaknya lebih efektif dalam menurunkan risiko penyakit jantung iskemik karena bagi mereka yang mengonsumsi makanan vegan secara tidak langsung mendapatkan asupan serat tinggi, jumlah lemak total dan lemak jenuh paling sedikit, dan memiliki bobot tubuh dan kadar kolesterol normal dibanding mereka yang non-vegan.

Kondisi kesehatan setiap orang tentu berbeda dari respon diet yang dijalankan. Itulah sebelumnya saya berpendapat bahwa tidak semua orang harus beralih ke vegetarian. Mungkin saja vegetarian bukanlah diet yang tepat bagi seseorang yang punya kondisi kesehatan tertentu, sehingga penting sekali kita mengenali kondisi tubuh kita sendiri agar kita paham diet yang seperti apa yang kita butuhkan. 

Permasalahan yang juga sering terjadi adalah ketika seseorang memutuskan untuk mengubah jenis dietnya dengan tujuan yang lebih baik mereka belum tentu mengetahui atau memahami tentang kebutuhan energi dan zat nutrisi sesuai kondisi tubuh mereka sehingga tidak sedikit yang keliru dalam mengatur pola dietnya termasuk pemilihan jenis makanan, menentukan porsi, sampai pada cara pengolahan makanan yang tepat sesuai diet. Begitu juga dengan seorang vegetarian dipastikan kebutuhan energi dan nutrisinya tetap seimbang meskipun membatasi atau menghindari protein hewani. Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali untuk berkonsultasi pada praktisi gizi untuk menuntun kita semua pada pemahaman diet yang tepat.

Sekedar mengingatkan, diet bukan hanya sekadar trend masa kini yang didasari oleh orientasi hanya "ikut-ikut saja" tetapi ini merupakan gaya hidup yang memang sejatinya kita miliki, gaya hidup seperti apa? Pastinya gaya hidup sehat. Diet bukan berarti "saya tidak mau makan malam lagi, saya tidak mau makan nasi lagi, saya hanya makan sayur saja sepanjang hari", tetapi memerhatikan pola yang tepat sesuai kebutuhan tubuh kita, nutrisi yang masuk dan keluar tetap seimbang apapun jenis dietnya. Dari sekian banyaknya informasi yang tersedia di media sosial sebaiknya kita mempelajari dan menambah wawasan tentang diet yang tepat dengan tidak membiasakan untuk menerima mentah-mentah informasi diet, belajar untuk mencari sumber yang jelas dan terpercaya misalnya dari jurnal atau artikel ilmiah yang diakui. Orang yang cerdas dan bijak pasti mencari tahu terlebih dahulu, menganalisa informasi, setelah itu memutuskan apakah informasi dapat diterima atau ditolak. Salam sehat.

Sumber:

Melina V, Craig W, Levin S. (2016). Position of the Academy of Nutrition and Dietetics: Vegetarian Diets. J Acad Nutr Diet.116:1970-1980.

Stanisic S, Markovic V, Danijela S, Baltic M Z, Boskovic M, Popovic M, Kilibarda N. (2018). Being a vegetarian: health benefits and hazards. Meat Technology 59  1, 63--70, https://doi.org/10.18485/meattech.2018.59.1.8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun