Mohon tunggu...
Wynda Lestari Lamaliwa
Wynda Lestari Lamaliwa Mohon Tunggu... Dosen - Nutritionist and Health Blogger

Sebuah tulisan menunjukkan struktur berpikir IG: @cerita.gizi dan @ceritawynda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stres Memengaruhi Perilaku Makan

29 Maret 2020   15:41 Diperbarui: 29 Maret 2020   15:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan kita tidak pernah terlepas dari yang namanya stres baik itu secara fisik maupun mental yang terkadang membuat hari-hari kita rasanya kacau sekali dengan berbagai faktor yang memicu seperti konflik interpersonal, putus cinta, kehilangan pekerjaan, tuntutan pekerjaan dan masalah lainnya yang datang silih berganti. 

Stres merupakan suatu respon adaptif dan alami tubuh pada setiap organisme dalam mengendalikan sumber stresnya (Stressor) untuk mengantisipasi atau mengatasi keadaan yang mengancam. 

Saat stres tanda-tanda fisik yang sering dirasakan adalah jantung berdebar, panik, cemas, pusing, sulit berkonsentrasi, dan nafsu makan menurun. 

Terkadang kita sering menyepelekan stres dan berpikir bahwa dengan melakukan hal-hal tertentu kita bisa menghilangkan stres sehingga kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas yang tanpa sadar mengubah kebiasaan kita salah satunya seperti perilaku makan yang cenderung mengonsumsi makanan manis dan berlemak dalam jumlah berlebih untuk meningkatkan mood. 

Ada yang lagi sedih putus cinta makan banyak cokelat, ada juga yang lagi pusing memikirkan skripsi makan martabak telur dan nasi goreng. Semua itu dilakukan untuk mengendalikan perasaan stresnya dengan harapan stres itu segera usai. Selain itu, ada juga yang tidak selera makan makanan apapun sekalipun diperhadapkan dengan makanan kesukaannya ataupun makanan yang menggugah selera bagi siapa saja yang melihatnya.

Dalam review Yau et al tahun 2013 menyatakan setiap individu memiliki respon perilaku makan yang berbeda saat stres diantaranya 40% meningkat, 40% menurun, dan 20% tidak terjadi perubahan perilaku makan, variasi perilaku makan ini berkaitan dengan stressor spesifik, durasi stres, dan tingkat kepuasan makan masing-masing individu. 

Meningkat atau menurunnya asupan makan saat stres sangat wajar terjadi. Lalu bagaimana bisa stres memengaruhi perilaku makan kita? apakah nantinya juga akan berdampak pada kesehatan kita?

Pertama kita ingat kembali bahwa pusat kordinasi tubuh kita ada di otak dan didukung oleh hormon ataupun senyawa kimia lainnya yang bertugas untuk mengirimkan sinyal ke seluruh organ tubuh guna menjalankan fungsi-fungsinya salah satunya adalah motivasi makan. Stress membuat sistem tubuh kita akan bekerja secara adaptif terhadap stressor sebagai bentuk pertahanan yang dikordinasi oleh sistem Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA).  

Sistem ini merupakan tingkatan mekanisme respon stres dimulai dari bagian otak yaitu Hipotalamus yang melepaskan senyawa Corticotropin-releasing hormone (CRH) dan selanjutnya akan dibawa ke kelenjar pituitari. Kelenjar pituitari merupakan kelenjar utama yang mengatur respon berbagai macam hormon dalam tubuh salah satunya hormon stres.

 Kemudian, CRH yang masuk akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon adrenocorticotropic (ACTH) yang selanjutnya akan dibawa menuju kelenjar adrenal melalui pembuluh darah dan melepaskan hormon stres yaitu kortisol. Konsentrasi kortisol dalam darah akan meningkat dan diikuti oleh peningkatan glukosa darah, metabolisme lemak, dan tekanan darah sebagai bentuk respon stres. 

Namun setiap individu memiliki respon stres yang berbeda termasuk perubahan perilaku makan apakah cenderung meningkat atau menurun, itu semua tergantung tingkat respon stres (ringan, sedang, berat) terhadap stressor. 

Secara alami saat stres berlangsung, CRH akan menekan asupan makan dan menggunakan energi yang ada untuk merespon stres sebagai bentuk pertahanan sehingga nafsu makan menurun. 

Selain itu, jika stres berlanjut (kronik) dalam jangka waktu yang panjang dan tidak dikendalikan dengan baik akan meningkatkan konsentrasi hormon kortisol bersama insulin yang dapat memicu peningkatan hormon ghrelin yaitu hormon yang berperan untuk stimulasi asupan makan dan menyimpan kalori dan lemak lebih efektif, sehingga dampak dari peningkatan hormon ini berkaitan dengan risiko obesitas dan penyakit metabolik lainnya. 

Selain itu, dampak negatif stres kronik yang berkepanjangan juga dapat merusak hipokampus yaitu salah satu bagian vital otak yang berfungsi untuk proses belajar, memori, dan regulasi HPA.

Pada akhirnya setiap orang memiliki respon stres yang berbeda dan menghasilkan perilaku makan yang juga berbeda, tetapi kita tidak perlu kuatir bahwa stres ini adalah respon alami tubuh kita sebagai bentuk pertahanan diri. sekali lagi perlu diingat efeknya bisa negatif dalam jangka waktu panjang yang memicu konsentrasi hormon stres berlebih karena disaat kita stres hormon kortisol juga akan menurunkan sistem imunitas tubuh sehingga dapat meningkatkan peluang risiko penyakit lainnya. 

Stres tidak dapat dihindari atau dihilangkan, yang bisa kita lakukan adalah mengelola stres dengan baik agar berada pada rentang yang optimal. Gunakan kesadaran dan perhatian penuh dalam mengendalikan stres agar perilaku makan tetap seimbang maka tubuh dan jiwa pun sehat. Kelola stresmu dan nikmati hidupmu.

Sumber

Yau Y.H.C, Potenza M N. Stress and Eating Behaviors. Minerva Endocrinol, 2013 September; 38(3): 255-267 https://www.researchgate.net/publication/257814323

Sominsky L, Spencer S J. Eating behavior and stress: a pathway to obesity. Frontiers in Psychology, May 2014 Vol 5. doi: 10.3389/fpsyg.2014.00434 https://www.researchgate.net/publication/262608478

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun