Mohon tunggu...
Wydelia Rahmanisa
Wydelia Rahmanisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Perkembang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiat Sukses Menyeimbangkan Keluarga dan Pekerjaan pada Keluarga yang Bekerja

15 Desember 2022   23:30 Diperbarui: 16 Desember 2022   03:26 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga dual earner adalah keluarga dengan suami dan istri yang sama-sama bekerja. Menurut Siswati dan Puspitawati (2017), keluarga ini memiliki pendapatan bersifat ganda yaitu berasal dari suami dan istri. Fenomena keluarga dengan suami dan istri yang bekerja belakangan ini menjadi hal yang umum terjadi di Indonesia. 

Berdasarkan data yang dimuat dalam Biro Pusat Statistik di tahun 2013, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah istri yang bekerja di Indonesia, yakni sekitar 56,01 persen. 

Selain itu, diketahui terdapat data lain yang menunjukkan sebanyak 85,20 persen keluarga di perkotaan maupun pedesaan memiliki kondisi yang mana suami dan istri sama-sama bekerja. 

Seiring dengan meningkatnya fenomena istri bekerja, tipe keluarga di Indonesia tidak lagi berupa single career family atau hanya satu orang saja yang bekerja dalam keluarga, namun juga terdapat pula dual career family. 

Perkembangan terjadinya fenomena dual career family di Indonesia dimulai sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi, tepatnya pada tahun 1997 yang dibuktikan dengan terjadinya peningkatan jumlah istri bekerja setiap tahunnya semenjak krisis ekonomi tersebut.

Sebenarnya, keluarga dual earner  memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari dual earner adalah bertambahnya pendapatan keluarga sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga. 

Namun, jika suami dan istri tidak dapat menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan dengan baik, maka akan timbul konflik yang akan menyebabkan kelelahan dan stres yang berlebihan pada keluarga. 

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Shimazu et al. (2013) bahwa tingkat stres pada pasangan dalam keluarga dual earner lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan keluarga yang hanya salah satu bekerja. 

Oleh karena itu, penting bagi keluarga dual earner untuk memiliki kemampuan dalam menyeimbangkan antara keluarga dengan pekerjaan agar terhindar dari konflik yang menyebabkan stress. Berikut adalah strategi yang dapat dilakukan oleh keluarga dual earner untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan:

  • Kenali sumber stres

Stres merupakan suatu kondisi atau reaksi fisik dan psikis yang ditimbulkan karena adanya tuntutan yang menyebabkan gangguan stabilitas dalam kehidupan sehari-hari (Lidiana et al. 2021). 

Sumber stres dapat berupa peran berlebih, pekerjaan mengganggu keluarga, maupun keluarga mengganggu pekerjaan (Fala et al. 2020). Pemicu stres dalam keluarga dapat berasal dari anak, suami, dan istri. Sementara itu, pemicu stres dalam lingkup pekerjaan dapat berasal dari beban kerja yang terlalu berat ataupun kurangnya kerjasama dengan rekan kerja.

  • Jaga kesehatan

Stres bisa dialihkan atau diatasi dengan menjaga kesehatan seperti mengonsumsi makanan sehat. Makanan yang sehat dapat membantu menenangkan pikiran, memberi energi, serta meningkatkan asupan nutrisi pada tubuh dan otak. Menjaga kesehatan juga bisa dengan melakukan suatu aktivitas atau berolahraga, karena ketika kita bergerak tubuh akan mengeluarkan hormon pereda stres alami (endorfin). Hormon endorfin bisa membuat suasana hati menjadi lebih rileks dan tenang sehingga stres bisa lebih mudah teratasi (Alodokter 2021).

  • Meningkatkan kerjasama antara suami dan istri 

Keluarga dengan suami dan istri yang sama-sama bekerja memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi di dua tempat, yaitu keluarga dan pekerjaan. 

Kerja sama antara suami dan istri menjadi sangat penting agar tidak terjadi konflik dalam keluarga yang menyebabkan stres. Dalam menjalin kerja sama antara suami dan istri, komunikasi  terbuka mengenai pekerjaan masing-masing adalah salah satu cara  agar pasangan saling mengetahui dan mendukung satu sama lain. 

Dalam urusan rumah tangga, lakukan rencana pembagian tugas yang jelas, menolong satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, serta terbuka, dan fleksibel terhadap perubahan. 

Meskipun suami dan istri sibuk bekerja, namun tetap penting untuk menyediakan waktu khusus untuk beraktivitas bersama pasangan. Penguatan dalam penyeimbangan antara keluarga dan pekerjaan menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar dapat menjaga keharmonisan antara keluarga dan pekerjaan (Puspitawati 2009).

Dalam menyeimbangkan peran, keluarga dual earner juga membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial bisa didapatkan dari keluarga besar, teman, lingkungan tempat kerja, atau orang yang dipercaya. Dukungan sosial bisa berupa rasa empati, menyediakan suasana yang hangat, dan memberikan perhatian kepada keluarga dual earner yang sedang menghadapi stres. Dengan adanya dukungan sosial, keluarga dual earner dapat merasa lebih tenang, nyaman, dan lebih mampu menghadapi stres.

Dengan menerapkan beberapa strategi tersebut, diharapkan potensi konflik yang ada pada keluarga dual earner dapat diminimalisir serta keluarga dual earner dapat menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pekerjaan sehingga mencegah stres dalam keluarga mendapatkan kepuasan dari kedua peran yang dijalankan.

Penulis: Wydelia Rahmanisa Aldera,  Reski Amalia Putra Djaya, Salsabila Putri Permana

Penulisan ini didampingi oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengelolaan Sumberdaya Keluarga, Pascasarjana IKA IPB: Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi., Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA

REFERENSI :

Adrian K. 2021. 6 Cara Menghilangkan Stres agar Lebih Bahagia. Alodokter.com[internet]. [diunduh 2022 Desember 15]. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/cara-menghilangkan-stres-supaya-lebih-bahagia

Fala M, Sunarti E, Herawati T. 2020. Sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kepuasan perkawinan pada istri bekerja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 13(1): 25-37.

Lidiana EH, Gati NM, Husain F. 2021. Manajemen stres dengan latihan berfikir positif di masa pandemi covid-19. GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 5(1): 77-81. doi: https://doi.org/10.30787/gemassika.v5i1.705.

Puspitawati H. 2009. Pengaruh strategi penyeimbangan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga subjektif pada perempuan bekerja di bogor: analisis structural equation modelling. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(2): 111-121. doi: https://doi.org/10.24156/jikk.2009.2.2.111.

Shimazu A, Kubota K, Bakker A, Demerouti E, Shimada K, Kawakami N. 2013. Work-to-family conflict and family-to-work conflict among Japanese dual-career couples with preschool children: a spillover-crossover perspective. Journal of Occupational Health. 55: 234-243.

Siswati MK, Puspitawati H. 2017. Peran gender, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan keluarga dual earner. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 10(3): 169-180.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun