Penulis : Wiwi Yunianto
Seusai menolong anak kucing yang terperosok di selokan, Ardy melanjutkan perjalanannya menuju halte bus kota. Halte bus yang dituju Ardy letaknya di seberang perempatan jalan raya. Sebelum sampai diperempatan Ardy berhenti ada yang mengusik hatinya. Seorang lelaki tuna netra paruh baya maju mundur saat akan menyeberangi jalan. Tanpa diminta Ardy membimbing lelaki tuna netra itu menyebarangi jalan. Sesampai di seberang Ardy pun membantu lelaki itu naik bus kota yang diyakininya bus tujuan dari lelaki paruh baya itu.
Terbersit dalam perasaannya, bahwa ia telah melakukan tiga kebaikan sekaligus dalam waktu yang tak terlalu lama; pertama menolong anak kucing dari selokan, kedua membimbing lelaki paruh baya yang tuna netra itu menyebrangi jalan dan yang ketiga membantu lelaki itu naik bus kota ke tempat tujuan. Betapa mudahnya melakukan kebaikan, Ardy yakin perbuatannya”baiknya’ akan dicatat dan mendapat imbalan berupa pahala dari Tuhan.
Beberapa saat kemudian, Ardy terhenyak sadar bahwa bus kota yang ditumpangi lelaki paruh baya itu salah , bukan jurusan yang dituju. Ardy ingat lelaki itu mengatakan tujuannya adalah ke Rawamangun tetapi ia membantu lelaki itu naik bus kota jurusan Kampung Melayu.
Ardy didera rasa bersalah. Ia menyesal dan meminta ampun pada Tuhan atas kekeliruannya , ia yakin telah berbuat kebaikan padahal ia telah menyesatkan tujuan lelaki tuna netra paruh baya itu dengan membantu naik bus kota yang salah jurusan.
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H