Pertanian dalam Society 5.0. Melihat topik pilihan yang tadi malam naik, saya teringat catatan kecil yang belum sempat dipublikasikan. Tulisan ini menyangkut tiga hal: bonus demografi, tradisi bertani, dan jangan tua sebelum kaya. Ketiga hal ini saling terkait, karena data yang ada di lapangan menunjukkan hal demikian.
Krisis ekologis telah mulai didengungkan para ilmuan 1,5 dekade terakhir. Salah satu tulisan yang mengabarkan ekologi manusia tidak lagi baik-baik aja merupakan tulisan dari David Wallace-Wells yang bertajuk Bumi Yang Tidak Bisa Ditempati.
Tulisan ini terbit untuk menguraikan keadaan ekologis yang terus menjadi kurang baik akibat brutalnya revolusi industri. Kala permasalahan tersebut belum teratasi seluruhnya, timbul bencana kesehatan ialah pandemi virus corona.
Pandemi mulai menyebar semenjak Maret 2020, kini sudah 2 tahun pandemi berjalan. Walau pun hari ini sudah mulai membaik. Waktu yang kurang produktif sepanjang masa pandemi tersebut menimbulkan ancaman krisis di depan mata. Krisis yang disebabkan oleh pandemi pasti krisis kesehatan yang berdampak pada krisis pangan.
Krisis pangan pasti bisa terus menjadi merendahkan kesehatan manusia. Meningkatkan pemahaman buat kemandirian pangan pada generasi muda sangat diperlukan. Bersumber pada informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020- 2030, Indonesia hadapi bonus demografi.Â
Jumlah penduduk umur kanak-kanak serta umur muda lebih banyak. Kemampuan ini wajib dioptimalkan buat menanggulangi 2 kasus kritis tadi. Bila tidak dimanfaatkan, hingga bonus demografi cuma jadi kalangan rebahan yang sama sekali tidak produktif sampai merugikan warga.
Generasi yang lahir pasca 2000 an ialah generasi yang akrab dengan gawai. Ini merupakan kemampuan SDM Indonesia yang tidak dipunyai negeri lain. Mayumi Fukuyama, periset Jepang pada 2016 menciptakan penemuan kalau Jepang lagi mengalami masalah kependudukan. Di negeri tersebut, penduduk umur produktif mulai menyusut serta tingkatan nartalitas rendah.
Bercermin dari Jepang, Indonesia sepatutnya sanggup menggunakan bonus demografi yang dimilikinya. Kemampuan sumber energi manusia lewat bonus demografi nyatanya pula disokong oleh keberadaan sumber energi alam Indonesia yang kaya raya, terlebih pada zona pertanian.Â
Menyatukan kemampuan sumber daya alam serta sumber daya manusia Indonesia wajib lekas dicoba buat menanggulangi ancaman krisis pangan. Jembatan buat menyatukan kemampuan kedua sumber energi tersebut merupakan pertanian.
Pertanian dalam Society 5.0
Kala berdialog tentang pertanian, hingga perihal yang butuh ditanamkan pada generasi muda merupakan pola pikir inovatif. Pemikiran kalau petani erat dengan "pedesaan", "keadaan tertinggal", "serta seluruh perihal yang kuno" wajib dibuang jauh-jauh. Menyadarkan generasi muda kalau pertanian merupakan perihal yang keren, menjanjikan, dan mutahir serta berpotensi merupakan strategi dini yang bisa diedukasi pada generasi muda Indonesia. Petani yang sukses pun bisa menjawab tantangan Jangan Tua Sebelum Kaya.
Narasi ini tidaklah fiktif belaka, kemajuan pertanian telah dibesarkan di negeri maju. Jepang, membuat pertanian 5. 0.
Pertanian tersebut diinisasi bersumber pada rencana Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang buat mewujudkan warga 5. 0.
Pertanian 5. 0 ialah pertanian yang mencampurkan kecerdasan manusia dengan teknologi kecerdasan buatan. Di Eropa, temuan tentang pertanian pula telah mulai dibesarkan, serta tidak sedikit anak muda yang ikut serta dalam pertanian.
Kebanggaan tentang jadi petani pula ditanamkan pada kanak-kanak. Perihal yang sangat gampang ditemui merupakan banyaknya genre permainan tentang pertanian.Â
Tiap kemajuan permainan, tentu terdapat satu 2 genre yang mengedukasi anak buat bangga jadi petani. Salah satu permainan yang bisa ditemui merupakan Harvest Moon. Mengangkut tema Back to Nature, permainan ini muncul telah lebih dari satu dekade kemudian, semenjak tahun 1996.
Permainan ini terus dibesarkan bersamaan dengan pertumbuhan Play Station. Tidak hanya di Play Station, permainan ini pula bisa dimainkan di pc, tablet, android serta telah diadaptasi pada bermacam tipe gawai. Permainan Harvets Moon menjelma serupa sastra anak yang berkembang serta tumbuh bersama pertumbuhan anak.Â
Permainan tersebut menggambarkan tentang seseorang anak kota yang dimohon ke desa buat mengelola lahan kepunyaan kakeknya. Di desa, tokoh utama dalam permainan berjumpa dengan penduduk desa serta berhubungan dengan warga di situ sampai diberi kebebasan buat memilah pendamping yang dinikahinya.
Tidak hanya itu, permainan ini pula mengajak pemainnya buat bertani, berkebun, serta menambang. Permainan membuat manusia mempunyai asosiasi terhadap tokoh yang dimainkan.
Kesamaan perasaan serta tujuan yang diasosiasikan oleh tokoh dalam permainan membuat pemain mempunyai asosisasi terhadap topik game tersebut. Kemunculan android nyatanya pula terus menjadi perbanyak genre permainan dalam bidang pertanian.
Mulai dari Plant vs Zombie, Let' s Farm, Green Farm, serta masih banyak lagi jenisnya. Kemunculan permainan berjenis pertanian ini bukan buat hiburan semata melainkan buat mengedukasi pada kanak-kanak kalau pertanian itu berarti. Seseorang akademisi ialah Aziz Dharma mengajak kawan-kawannya menulis novel berjudul Ideologame.Â
Pada novel tersebut dipaparkan kalau pandangan hidup nyatanya bisa di informasikan lewat permainan. Kedatangan permainan berjenis pertanian menampilkan kalau negara-negara maju telah mulai hirau buat membentuk pemahaman dan rasa bangga pada generasi muda lewat aktivitas yang identik dengan bercocok tanam itu.
Petani Inovatif dan Adaptif dengan Perkembangan Zaman
Pemahaman bertani semenjak dini bisa membuat generasi muda bangga pada profesi petani. Rasa bangga serta rasa bahagia menjadikan manusia terus menjadi gampang buat berinovasi.Â
Pekerjaan yang dicoba dengan senang tentu memuaskan serta inovatif hasilnya. Seperti itu sebabnya strategi buat mewujudkan petani inovatif Indonesia merupakan dengan memasukkan kurikulum pertanian semenjak sekolah bawah. Pendidikan di rumah sepanjang pandemi harusnya bisa digunakan selaku momentum yang pas buat membentuk pemahaman ini.
Guru di tempat yang mempunyai akses internet mudah bisa memasukkan bermacam-macam konten buat menanamkan pemahaman kalau bertani itu keren.Â
Guru yang berlokasi di tempat yang sedikit jaringan internet bisa melaksanakan program guru kunjung. Guru kunjung ialah program buat mendatangi siswa dari rumah ke rumah.Â
Program guru kunjung sangat pas untuk siswa yang jarak rumahnya tidak jauh dengan sekolah, silih bersebelahan, serta jauh dari keramaian kota. Kala berkunjung, guru bisa memandang dan mengapresiasi secara langsung keadaan murid yang mulai gemar bercocok tanam.
Pemahaman tentang bertani harusnya bisa dimasukkan pada bermacam jenjang pembelajaran. Pada jenjang SD, anak diajak buat bermain. Tetapi, game yang dimainkan merupakan game tentang pertanian.Â
Dapat mengajak anak buat menuntaskan misi tertentu pada permainan pertanian, dapat pula buat melaksanakan game tradisional yang berkaitan dengan pertanian semacam bermain tanam- tanaman.
Metode ini ialah metode yang seru sekalian menyenangkan dalam belajar. Mengajak anak bermain tentang seluruh perihal yang berhubungan dengan pertanian tadi membuat anak mempunyai kebanggaan dan hasrat buat bertani.
Pada jenjang SMP yang dibangun merupakan kepribadian. Kala anak telah bahagia dengan bertani hingga dibutuhkan kepribadian buat buat mandiri dalam perihal pangan lewat pertanian.Â
Anak mulai disadarkan kalau dengan aktivitas becocok tanam, mereka bisa penuhi kebutuhan pangannya, apalagi bisa berguna untuk orang-orang disekitarnya. Penugasan buat melaksanakan proses bercocok tanam simpel bisa dicoba pada jenjang ini. Membuat tumbuhan buah dalam pot( tabulampot), tumbuhan obat keluarga( toga), telah wajib diberikan oleh guru.
Jenjang selanjutnya merupakan jenjang SMA/ Sekolah Menengah Kejuruan(SMK). Pada jenjang ini, anak diajak buat mulai berpikir kritis serta inofatif. Mulai dari metode bercocok tanam sampai metode memanen. Metode pembibitan sampai pemupukan. Memilah buah sampai mengkombinasikannya, seluruh wajib diawali pada sesi ini. Anak pula bisa diajak buat memahami kemampuan dari aktivitas bercocok tanam.
Tidak hanya menciptakan hasil pertanian yang berguna untuk ketahanan pangan, bercocok tanam pula bisa dikombinasikan dengan zona lain, contohnya wisata. Anak mulai diajak buat memahami wisata yang berkaitan dengan bertani. Menjadikan kebun pribadinya selaku wahana wisata, wisata tanam, wisata petik, sampai wisata virtual tentu hendak membuat anak terus menjadi tertantang melaksanakan inovasi.
Tenaga anak SMA sangatlah dinamis, tenaga ini wajib diolah semaksimal bisa jadi dengan metode berikan mereka tantangan. Menantang mereka buat membuat wisata pertanian secara virtual ataupun market place pertanian apalagi menghasilkan game simpel yang berkaiatan dengan pertanian ialah ragsangan- rangsangan inovatif yang cocok dengan dunia mereka.
Jenjang terakhir merupakan perguruan tinggi. Tridharma perguruan tinggi sudah harus merujuk pada pertanian. Misalnya melaksanakan riset pada bidang pertanian, bimbingan pertanian, sampai melaksanakan dedikasi warga di desa ataupun daerah yang sesuai buat bertani. Memanglah seluruh jurusan serta fakultas tidak mencetak petani, tetapi pemahaman ekologis serta ketahanan pangan mandiri wajib dipunyai seseorang anak muda apapun itu profesinya.
Pada jenjang perguruan tinggi, pola pikir ilmiah pula wajib dibesarkan. Berpikir ilmiah berarti berpikir analitis. Riset buat menunjang hipotesis yang inovatif wajib lewat proses pengujian serta validasi. Alangkah baiknya riset ditunjukan pada model penelitian pengembangan. Mengolaborasikan teknologi sampai algoritma membuat mahasiswa jadi lebih produktif dalam berkarya.
Pasca pandemi corona diumumkan di Indonesia (2020 yang lalu), Kementrian Pendidikan dan Teknologi membuat kebijakan buat memperbolehkan akademisi di Indonesia melaksanakan riset yang berkaitan dengan pemecahan penyelesaian pandemi. Pemecahan dalam pertanian buat memantapkan ketahanan pangan pula ialah pemecahan kala pandemi berlangsung.
Infiltrasi kurikulum pertanian pada jenjang SD/SMP/SMA hingga perguruan tinggi memanglah tidak bisa dilihat hasilnya bila menunggu selesainya perkembangan anak.
Bila strategi ini dicoba secara konvensional hingga perlu 15 tahun lebih buat merasakan hasilnya, sementara itu masa krisis pangan terjalin dikala ini. Dibutuhkan kerja sama serta elaborasi lintas jenjang buat mewujudkanya.
Kerja sama serta elaborasi membuat manusia mempunyai kecerdasan kolektif yang lingkungan. Terus menjadi kolektif kesadarannya, hingga terus menjadi optimal hasil yang didapatkan.Â
Mewujdukan kerja sama lintas jenjang bukan isapan jempol bersamaan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicetuskan oleh Mendikbudristek.
Kebijakan ini ialah kemampuan buat merealisasikan kurikulum berbasis pertanian demi mewujudkan petani Indonesia yang inovatif memasuki era society 5. 0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H