Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan sebelumnya: Bekerjalah untuk Dunia Seakan Hidup Kekal. Keberadaan manusia dalam dunia ini adalah kehendak Tuhan. Demikian pula segala hal yang berkaitan dengan sandang, pangan, dan papan. Namun, sebuah ayat dalam Al Qur'an menjelaskan bahwa "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, hingga mereka berusaha untuk merubahnya nasibnya sendiri,".Â
Dari ayat tersebut, kita sebagai manusia diwajibkan untuk berusaha. Kalu saya boleh menggunakan kata lain dari ayat tersebut, "Ubahlah Nasibmu Sebagaimana yang Kamu Kehendaki (wallahu'alam)". Melakukan perubahan-perubahan positif untuk kemakmuran pribadi, keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitar, bahkan untuk bangsa dan negara. Kata "kaum" dalam ayat tersebut bisa berarti individu, bisa pula komunitas dalam skala negara. Jika bangsa ini ingin maju, maka harus ada action dari para stakeholder dan generasi mudanya.
Bonus demografi sudah di depan mata. Berhenti bergerak adalah bunuh diri. Jangan sampai generasi emas yang digadang-gadang oleh bangsa, malah terjerumus ke dalam dunia fantasinya masing-masing. Kreativitas dan gagasan perlu dipacu oleh stakeholder di segala lini. Bonus demografi dan niat untuk Jangan Tua sebelum Kaya harus bersama-sama dikawal, bukan hanya dipihak para pemuda.
Akan tetapi, ketika keinginan yang tinggi ada dalam benak kita, maka harus ada pegangan yang bersifat kerohanian untuk menyeimbangkan.
Ide Benak serta Hati Nurani
Anugerah berbentuk ide benak seyogyanya kita syukuri buat berpikir serta terus belajar. Sepanjang kita masih terus belajar, sepanjang itu pulalah kita meyakinkan rasa syukur kita terbentuk selaku manusia. Manusia boleh saja mempunyai cita- cita, tetapi kewajiban kita yang sesungguhnya merupakan belajar serta menuntut ilmu.Â
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah kalau Rasulullah Saw. mengatakan, "menuntut ilmu itu wajib untuk segala muslim". Suatu hadist yang lain malahan meminta kita buat mencari ilmu semenjak terletak dalam buaian sampai mendekan dalam makam.
Sebaliknya rizki serta nasib merupakan teka-teki yang terletak dalam genggaman Allah Swt. Hingga, kita tidak sepatutnya gelisah pada pekerjaan profesional yang kita ataupun kanak-kanak kita bakal dapat di masa depan. Allah Swt. sudah mengendalikan segalanya.Â
Kala kita mempunyai suatu yang mau kita pelajari, pelajari saja. Itu sebab belajar serta menuntut ilmu merupakan wajib. Misal kita tertarik buat belajar mengenai ilmu kesehatan serta penyembuhan, hingga kita memenuhi kewajiban kita buat bersyukur dengan belajar ilmu- ilmu tersebut. Sebaliknya buat jadi seseorang dokter merupakan keputusan yang terletak di tangan Allah Swt.
Begitu pula bila kita tertarik buat menekuni ilmu politik serta tata negara.
" Belajar ilmu-ilmu tersebut merupakan wujud kita mensyukuri anugerah yang diberikan Allah Swt. berbentuk ide serta pikiran kita. Sebaliknya hendak jadi apa kita di masa depan dengan mempelajarinya; itu seluruhnya merupakan kehendak Allah Swt."
Hati nurani pula butuh kita syukuri selaku manusia. Marilah jadi manusia dengan mendayagunakan hati nurani kita. Betapa hewaniahnya bila kita mencita-citakan profesi tertentu cuma sebab mengharapkan hal- hal duniawi semacam harta kekayaan finansial ataupun derajat di mata sesama makhluk. Jika kita bercita-cita jadi seseorang dokter dengan tujuan menimbun harta, tidak ada bedanya antara kita dengan tikus tanah yang menimbun makanannya. Juga begitu bila kita bercita-cita jadi seseorang pejabat daerah cuma sebab mengharapkan derajat di mata sesama makhluk; hingga tidak berbeda kita dengan seekor serigala yang sama- sama melukai cuma buat jadi kepala gerombolan.
Peran Dalam Tempat Persinggahan
Dunia cumalah tempat persinggahan saat sebelum kita kembali kepada Allah Swt. tujuan kita yang sebenar-benarnya. Sepanjang dalam tempat persinggahan ini, hendaknya kita tidak kurang ingat alibi kita buat singgah. Terdapat kedudukan yang Allah Swt. bagikan kepada kita sepanjang dalam kehidupan yang sementara ini.Â
Hingga, mudah-mudahan kita lakukan masa persinggahan kita ini cocok dengan kedudukan yang Ia bagikan kepada kita; entah itu dokter, polisi, pejabat wilayah, pilot, ataupun apapun. Mudah- mudahan kita terus belajar biar kedudukan yang Allah Swt. bagikan dapat kita jalankan dengan optimal.Â
Serta mudah-mudahan kita dapat menempuh hidup ini selaku manusia seutuhnya di mana jasad merupakan perlengkapan untuk ide benak serta hati nurani yang dianugerahkan kepada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H