Jika mendapat kabar kondisi anaknya baik-baik saja, perasaan ayah sudah langsung tenang. Beda dengan ibu, meskipun sudah dengar kabar baik dari anaknya, biasanya ibu akan terus menelusuri tetek-bengek sampai ia benar-benar merasa nyaman dan tenang dengan kabar anaknya itu. Maka telpon dari ibu pasti lebih panjang daripada telpon dari ayah.
Pelajaran kedua, Prof. Haryono sangat memahami bahwa "silaturrahim (= silaturrahmi)" itu sangat penting, dan merupakan salahsatu ajaran agama terpenting. Saking pentingnya sampai-sampai Allah SWT men-cap "dosa besar" bagi siapa yang memutuskan hubungan tali silaturrahim.
Dalam Al-Qur'an surat ar-Ra'ad ayat 25 Allah menyampaikan: "Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)."
Dalam ayat lain juga disebutkan: "Apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya." (QS. Muhammad: 22-23).
Agar tali silaturrahim tidak pupus apalagi putus, maka perlu upaya-upaya tertentu untuk terus menjaga keutuhannya. Salahsatunya seperti yang Prof. Haryono ajarkan kepada kita dengan cara buat atau menyiapkan sesuatu agar saudara/keluarga/teman senang "berkunjung" ke rumah kita. Atau kita sendiri yang perlu sering-sering berkunjung ke rumah  eluarga/kerabat/saudara/teman kita.
Ada satu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah: "Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).
Ingat hadits ini saya teringat almarhum Gus Dur. Saya salahsatu orang yang percaya bahwa salahsatu faktor utama Gus Dur naik jadi presiden adalah karena beliau senang  bersilaturrahim.
Dengan bersilaturrahim Gus Dur menjadi lebih banyak dikenal dari dekat oleh tokoh-tokoh nasional yang kemudian turut mendukungnya untuk maju menjadi presiden yang ke-4 Republik Indonesia. Kenal biasa atau sepintas pasti berbeda dengan kenal betul atau kenal dekat atau kenal sekali.
Orang yang sering berkunjung umumnya biasanya lebih dikenal dekat dengan yang sesekali saja berkunjung. Orang yang sesekali berkunjung pasti lebih dikenal dekat daripada yang sekali saja berkunjung. Orang yang pernah sekali berkunjung, pasti lebih dikenal daripada yang tidak pernah berkunjung.
Dan yang sering berkunjung pastinya lebih dikenal dekat daripada yang sama sekali tidak pernah berkunjung. Dalm suatu pemilihan apapun, orang lebih akan memilih siapa yang paling dikenalnya. Dan terpilih menjadi pemimpin, apalagi pemimpin sebuah negara, tentu merupakan salahsatu bentuk rezeki. Maka hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim di atas sangatlah masuk akal dan pas sekali.