Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fatalnya Belajar Sejarah Senantiasa Hafalan

15 Juni 2022   12:24 Diperbarui: 16 Juni 2022   16:30 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya, tidak seluruh siswa memiliki rasa penasaran yang sama. Mereka yang tidak mempunyai rasa penasaran yang besar terhadap sejarah kesimpulannya semacam terjebak buat menghafalkan.

Sementara itu, esensi dari belajar sejarah tidak lain merupakan menggali nilai- nilai dalam peristiwa sejarah ataupun belajar gimana tokoh sejarah mengalami hidup serta membuat sejarah. 

Misalnya, dari peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, seseorang guru harusnya dapat menggali soal betapa berartinya harga diri suatu bangsa walaupun cuma bersenjata golok dalam melawan pasukan tangguh dunia yang baru saja menang Perang Dunia II. 

Pula belajar dari Syahrir, walaupun negeri baru merdeka serta masih serba kekurangan bukan berarti tidak boleh menolong rakyat kelaparan di India. 

Dari Mayor Abdullah, tokoh Pertempuran 10 November 1945, seseorang guru harusnya dapat menerangkan gimana seseorang pemuda tukang becak yang buta huruf dapat jadi komandan yang begitu dihormati.

Sejarah harusnya dapat menanamkan semangat juang kanak- kanak buat berjuang mencapai impiannya. 

Guru dapat mengajak kanak- kanak dengan belajar dari Gajah Mada yang pantang makan buah palapa saat sebelum mempersatukan nusantara, ataupun soal Hatta yang pantang menikah saat sebelum Indonesia merdeka. 

Menceritakan tanpa panjang lebar diiringi tanya jawab, asal perihal yang dikisahkan tidak melulu yang terdapat di buku, siswa umumnya ingin mendengar. Sebab apa yang terdapat di buku dapat dibaca di rumah. Pasti saja, apa yang dikisahkan bukan buat dihafal tetapi jadi bahan renungan bersama.

Beredarnya film-film sejarah di Youtube pasti dapat menolong siswa buat belajar dari suatu peristiwa ataupun tokoh sejarah. 

Tetapi, lagi- lagi, pendidikan sejarah senantiasa terpaku pada kurikulum sejarah yang kaku, diulang- ulang dari SD, SMP sampai SMA itu- itu saja serta tolok ukurnya hafalan lagi. 

Bila menanggapi tidak cocok dengan uraian si guru, murid cenderung disalahkan ataupun dikira kandas. Soal yang digunakan umumnya opsi ganda ataupun esai, yang wajib mirip kata guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun