Aku hidup tanpa arah dan tujuan
Aku menangis tanpa selembar tisu untuk mengusapi
Sebuah makna yang tidak bisa dipahami
Sebuah arti yang sulit mengerti
Aku bingung dengan semua ini
Sajak kecil, aku diberitahu
Oleh para pemakai topeng
Bahwa hukum itu adil
Tiada orang yang bisa lolos dari jeratannya
Mulai dewasa, aku coba memahami
Apakah benar hukum itu adil bagi semua?
Sejak sore
Aku mendenggar
Orang memakai baju hitam mengatakan
Bahwa hukum di negaraku masih lemah
Oleh orang-orang yang ingin dipandang oleh orang
Mulai saat itu
Banyak orang memakan sampah
Menangis pilu
Saat mengatakan "mana hukum yang adil bagiku?"
Dia mengatakan dengan muka pucat
Ketakutan di balik semua omongannya
Tiada arti lagi bangsaku
Hancur sudah bangsaku oleh orang berdasi
Tanpa ada belas kasih
Melucuti kata tiada arti
Walau hanya sebelah tangan
Mereka semua segan tak memandang
Pekik di angkasa
Perwira muda menyinari
Kita harus bisa mengartikan lagi
Sebab di pundak kita
Ada masa depan bangsa
Kelutan, 18 Januari 2019
Penulis: M. Saifuddin Zuhri
Editor: Syarif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H