Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idul Adha di Tanah Rantauku yang Pertama

22 Agustus 2018   16:51 Diperbarui: 22 Agustus 2018   17:04 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Adha kali ini (2018) adalah untuk pertama kalinya ku rayakan di tanah rantau. Bukan hal yang luar biasa sih. Tapi rasanya ini hal yang unik untuk diriku sendiri. Makanya kutulis.

Dulu setiap hari raya idul adha aku selalu di rumah. Kumpul dengan keluarga di rumah. Bapak, Emak, Mas Zee, Mas Ruddy, dan aku. Terkadang sampai dapat 5 bungkus daging. Sebab, bapak dan kami bertiga (anak-anaknya) ikut jadi panitia penyembelihan hewan qurban. Setiap panitia dapat satu bungkus. Dan setiap rumah dapat satu bungkus pula. Totalnya, 5 bungkus untuk kami.

Terlalu banyak sih. Sehingga kadang kami harus minta bantuan untuk menghabiskan daging-daging itu. Kami mengirim daging ke rumah Mbah di desa sebalah. Untuk mempercepat habisnya daging.

Seperti biasanya, semakin banyak daging, rasanya semakin 'waleh' untuk makan. Kadang sampai kangen dengan makan tempe dan tahu. Haha. Manusia, kalau tidak ada daging bingung cari daging. Kalau daging melimpah, bingung cara menghabiskan. Tapi ndak papa lah..  Kan satu tahun sekali.

Andai tidak ada penyembelihan daging qurban, mungkin keluargaku tidak pernah menikmati rasanya masak dan makan daging kambing/sapi.

Di Malang, aku ikut PMII. Kebetulan saat ini diamanahi sebagai ketua Rayon (kepengurusan tingkat Fakultas). Tadi Rayon kami dapat 3 bungkus daging qurban. Alhamdulillah. Walau di tanah rantau, masih bisa menikmati daging qurban.

Selain di PMII, tadi teman di pondokku juga bawa satu bungkus daging. Ini baru selesai kami masak. Rencana awal sih masak bumbu bali, taoi jadinya malah bumbu kecap. Ha. Ha..  Wajar, cheffnya anak laki semua. Anak pondok.

Saat di rumah, aku tidak pernah masak daging, kecuali masak sate. Jadi saat tadi mau masaj bumbu bali, bingung bumbunya apa. Akhirnya tanya mbah google mengenai resepnya.

Walau resep ndak karuan, tapi akhirnya tetap matang juga. Dengan modal lapar, semuanya habis. Sebab dari pagi belum makan. Dan baru makan jam 3 sore. Haha. Wajarlah...  Anak rantau.. Lagi krismon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun