Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Shardi Kecil yang Unik

7 Agustus 2018   19:27 Diperbarui: 7 Agustus 2018   19:31 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini tentang anak desa. Sepenuhnya anak desa. Desa yang sejuk dengan masyarakat yang hidup penuh keharmonisan. Desa kecil yang turut meramaikan satu titik kehidupan di dunia ini. Walau pun dunia tidak mengenal desa itu, namun sungguh manusia-manusia di desa itu tidak merasa rendah akan hal tersebut. Dadapan, itulah nama desanya. Salah satu desa di Jawa Timur.

Matahari pagi berteriak memanggil diriku. Nampaknya, tidak hanya aku, namun semua makhluk di bumi ini. Pagi yang cerah, udara yang segar dan sejuk kurasakan dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan. Hari ini, nampaknya akan jadi hari yang indah.

****

"Rinda!" seseorang memanggilku.

"Eh, Shardi. Pye kabare?" jawabku.

Shardi adalah temanku di desa sejak kecil. Dia satu tahun lebih muda dariku. Dia lahir tahun 1996. Kini usianya 18 tahun. Sejak TK hingga SMP, kami belajar dalam satu sekolah. Namun, saat SLTA, kami tidak lagi satu sekolah. Dia anak yang rajin, itu membuat dia bisa sekelas dengan anak-anak yang usianya lebih tua dari dia.

"Alhamdulillah, sehat, Rin. Kemarin aku ke rumahmu, tapi kamu gak di rumah."

"Iya, to?"

Kami terus berbincang-bincang membahas banyak hal tentang desa, anak muda, pelajar, dan beberapa juga tentang masa lalu. Di bawah pohon Sawo yang rindang, dan ditemani oleh semilir angin yang sejuk di pagi hari.

***

Banyak orang bilang, bahwa aku adalah perempuan yang cerewet. Aku akui itu. Sehingga muncullah tulisan ini. Tulisan yang akan menjelaskan sosok pemuda unik di desa kami: Shardi.

Setelah berbincang-bincang dengan Shardi, persepsiku terhadap dirinya kini berbeda. Jelas dia telah mengalami banyak perubahan, terutama tentang sikap dan cara bicaranya. Dia semakin matang, sehingga selalu tampak bersemangat menjalani kehidupan.

Yang ku tahu, sejak SD dulu, dia sangat aktif di Pramuka. Itu berlanjut hingga di SMP dan SMA. Selain itu, di SMP, dia juga menjadi Pengurus Harian OSIS. Organisasi siswa yang menurutku tidak penting-penting amat, namun beda baginya. Dia adalah anak yang haus akan organisasi. Entah buku atau film apa yang membuat dia semangat seperti itu. Sebuah fenomena langka yang terjadi di desaku.

Tahun 2011 kami lulus dari SMP. Dari 254 siswa seangkatan, kami berdua masuk 10 besar siswa berprestasi. Aku peringkat 2 dan dia peringkat 3. Yang ku salut, dari banyaknya kegiatan yang dia ikuti, dia selalu bisa mengejarku. Walau pun akhirnya ada satu tangga di bawahku. Namun, ku akui, dialah juaranya. Saat SMP, kami tiga tahun beda kelas. Kabarnya, dia selalu peringkat 1 setiap ujian semester, selama tiga tahun itu.

Di belakang Shardi, ternyata banyak orang-orang hebat yang selalu mensuport dirinya. Kakak pertamanya, Mas Hasan, 5 tahun lebih tua darinya, selalu punya cara untuk memotivasi adiknya itu. Mas Hasan juga anak yang rajin. Dia selalu juara kelas pada masanya. Dan dia juga juara dalam keluarganya. Mungkin Mas Hasan inilah yang menjadi kunci motivator dari seorang Shardi.

Aku ingat waktu SD dulu, Shardi sering mencari Mas Hasan saat jam istirahat berlangsung. Dia minta uang saku yang dititipkan oleh emaknya ke Mas Hasan. Berapakah uang saku Shardi? Rp200,-. Ya. Dua ratus rupiah. Dari rumah, Mas Hasan dipegangi uang Rp1000,- oleh emaknya. Itu dibagi tiga saudara: Mas Hasan 600, Rudi (saudara kembar Shardi) 200, dan Shardi 200. Itu berlangsung sejak TK hingga kelas 3 SD, tahun 2000 hingga 2005. Setelah itu, uang saku mereka naik menjadi Rp500,- hingga lulus SD.

Shardi tidak pernah mengeluhbtentang uang saku. Bahkan dia sering lupa untuk beli jajan. Sebab, waktu istirahatnya dia gunakan untuk bermain denganku dan teman-teman yang lain. Shardi kecil adalah anak yang selalu ceria menjalani kehidupan. Wajahnya yang bulat dan pipinya yang agak tembem membuat senyumnya tampak manis, terutama di mata anak-anak perempuan. Bahkan, saat kelas VI dulu aku sempat reflek menjiwit kedua pipinya karena gemes. (Bersambung)...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun