Sehari setelah dilantik (03/02/18), para Anggota Dewan Mahasiswa FIS UM langsung menyelenggarakan Makrab Internal DMF. Makrab tersebut diselenggarakan agar antar anggota dewan bisa saling mengenal dan lebih akrab. Sebab, jika dalam internal DMF tidak terjalin komunikasi yang harmonis, maka satu periode masa jabatan akan dimungkinkan tidak berjalan lancar, berbagai konflik internal akan sering terjadi.Â
Sebagai salah satu Anggota Dewan, Mugiwara merasa kegiatan Makrab sangat perlu diselenggarakan, dan dia sendiri juga harus ikut kegiatan tersebut. Tepat pukul 12.00 WIB (03/02), Mugiwara keluar dari pesantren menuju ke kampus. Di kampus, ia merapat ke Sasana Budaya menemui Anggota Dewan yang telah lebih dahulu ada di sana. Setelah semua berkumpul, tepat pukul 13.15 WIB kami keluar dari kampus UM menuju lokasi Makrab, Pantai Nganteb. 1,5 jam kemudian kami sampai di TKP.
Pantai Pangeb adalah pantai yang berada di selatan pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Malang bagian selatan, di Kecamatan Bululawang. Lokasinya berada dalam sebuah gang, dan masih belum diaspal atau pun dipaving. Wajah pantainya lumayan bagus, sangat sejuk, dan bisa buat camping. Namun, pantai tersebut masih terbilang sepi pengunjung. Mungkin karena akses ke lokasi masih belum bagus, sehingga masyarakat kurang berminat berkunjung ke sana, atau malah tidak tahu sama sekali.
BADAI
Pukul 17.00 WIB kami menikmati udara senja sore hari. Seharusnya kami dapat melihat matahari tenggelam, namun ternya terturup oleh awan. Beberapa saat kemudian, angin kencang datang menyapa. Salah satu tenda kami error. Akhirnya kita bongkar. Hujan lebat tiba. Semua barang perlengkapan kami evakuasi ke salah satu rumah penduduk.Â
Badai mengoyak seluruh pepohonan di lokasi tersebut. Kami akhirnya memutuskan untuk tidak mendirikan tenda lagi. Sambil minum kopi dan menghisap rokok di warung, kami berpikir mengenai kegiatan malam dan tempat berteduh kami. Setelah berbagai opsi, akhirnya kami sepakat untuk berteduh di tempat evakuasi wisata. Sebelah ujung kanan, bangunan dari keyu yang berukuran 4x4 meter.Â
BAKAR JAGUNG
Cuaca malam itu memang mendung, namun tidak lekas turun hujan. Akhirnya, kami sepakat menggelar tikar di bibir pantai dan menyalakan api untuk mebakar jagung yang sudah kami siapkan sebelumnya. Arang telah siap, beberapa menit kemudian arang sudah menyala. Jagung pun siap kami bakar. Selain jagung, kami juga membakar sosis. Sambil menikmati kopi hangat, kami nikmati proses bakar-bakar tersebut dengan suka ria sambil bercanda dan ngomong ngalor-ngidul.
Muhammad Masruro alias Bejo, selaku ketua DMF memulai perkenalan itu. Kemudian, satu per satu dari kami mengajukan satu pertanyaan kepada Bejo. Hanya satu pertanyaan (kecuali yang ditanya mengizinkan lebih), dan wajib bertanya (kecuali sudah tidur lelap). Sesi ini berjalan hingga pukul 2 dini hari. Berbagai pertanyaan mulai dari yang ringan, sedang, dan berat mewarnai lingkaran kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H