Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makrab DMF IS UM 2018 di Pantai Nganteb, Malang

5 Februari 2018   16:38 Diperbarui: 5 Februari 2018   18:22 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelantikan DMF IS UM Periode 2018 (dokumentasi pribadi)

Sehari setelah dilantik (03/02/18), para Anggota Dewan Mahasiswa FIS UM langsung menyelenggarakan Makrab Internal DMF. Makrab tersebut diselenggarakan agar antar anggota dewan bisa saling mengenal dan lebih akrab. Sebab, jika dalam internal DMF tidak terjalin komunikasi yang harmonis, maka satu periode masa jabatan akan dimungkinkan tidak berjalan lancar, berbagai konflik internal akan sering terjadi. 

Sebagai salah satu Anggota Dewan, Mugiwara merasa kegiatan Makrab sangat perlu diselenggarakan, dan dia sendiri juga harus ikut kegiatan tersebut. Tepat pukul 12.00 WIB (03/02), Mugiwara keluar dari pesantren menuju ke kampus. Di kampus, ia merapat ke Sasana Budaya menemui Anggota Dewan yang telah lebih dahulu ada di sana. Setelah semua berkumpul, tepat pukul 13.15 WIB kami keluar dari kampus UM menuju lokasi Makrab, Pantai Nganteb. 1,5 jam kemudian kami sampai di TKP.

Pantai Pangeb adalah pantai yang berada di selatan pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Malang bagian selatan, di Kecamatan Bululawang. Lokasinya berada dalam sebuah gang, dan masih belum diaspal atau pun dipaving. Wajah pantainya lumayan bagus, sangat sejuk, dan bisa buat camping. Namun, pantai tersebut masih terbilang sepi pengunjung. Mungkin karena akses ke lokasi masih belum bagus, sehingga masyarakat kurang berminat berkunjung ke sana, atau malah tidak tahu sama sekali.

BADAI

Pukul 17.00 WIB kami menikmati udara senja sore hari. Seharusnya kami dapat melihat matahari tenggelam, namun ternya terturup oleh awan. Beberapa saat kemudian, angin kencang datang menyapa. Salah satu tenda kami error. Akhirnya kita bongkar. Hujan lebat tiba. Semua barang perlengkapan kami evakuasi ke salah satu rumah penduduk. 

Badai mengoyak seluruh pepohonan di lokasi tersebut. Kami akhirnya memutuskan untuk tidak mendirikan tenda lagi. Sambil minum kopi dan menghisap rokok di warung, kami berpikir mengenai kegiatan malam dan tempat berteduh kami. Setelah berbagai opsi, akhirnya kami sepakat untuk berteduh di tempat evakuasi wisata. Sebelah ujung kanan, bangunan dari keyu yang berukuran 4x4 meter. 

BAKAR JAGUNG

Cuaca malam itu memang mendung, namun tidak lekas turun hujan. Akhirnya, kami sepakat menggelar tikar di bibir pantai dan menyalakan api untuk mebakar jagung yang sudah kami siapkan sebelumnya. Arang telah siap, beberapa menit kemudian arang sudah menyala. Jagung pun siap kami bakar. Selain jagung, kami juga membakar sosis. Sambil menikmati kopi hangat, kami nikmati proses bakar-bakar tersebut dengan suka ria sambil bercanda dan ngomong ngalor-ngidul.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Jagung bakar dan sosis sudah matang semua. Namun, malam semakin dingin, butiran embun juga mulai berjatuhan, bintang dan bulan tidak pernah menampakkan wajahnya, maka kami pun kembali bergeser ke ruang evakuasi. Puncak malam keakraban telah tiba. Kami semua duduk melingkar. Berkenalan ulang, satu per satu menyebutkan namanya, tempat lahir, jurusan kuliah, dan tahun angkatan. 

Muhammad Masruro alias Bejo, selaku ketua DMF memulai perkenalan itu. Kemudian, satu per satu dari kami mengajukan satu pertanyaan kepada Bejo. Hanya satu pertanyaan (kecuali yang ditanya mengizinkan lebih), dan wajib bertanya (kecuali sudah tidur lelap). Sesi ini berjalan hingga pukul 2 dini hari. Berbagai pertanyaan mulai dari yang ringan, sedang, dan berat mewarnai lingkaran kami.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Makrab itu diikuti oleh 16 anggota dewan (dari total 22 anggota dewan), berarti ada sekitar 225 kali tanya jawab. Maka sungguh sangat tepat jika di antara pertanyaan-pertanyaan tersebut ada yang lucu, menggelikan, tak berguna, atau hanya asal tanya. Sebab, jika tidak seperti itu maka makrab akan terasa seperti mengintrogasi tersangka korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun