Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kenangan di Balik Lagu Letto

2 Januari 2017   19:36 Diperbarui: 2 Januari 2017   19:53 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah aku tahu kalau nama asli dari Noe-Letto ialah Sabrang Mowo Damar Punuluh dan dia adalah anak sulungnya Emha Ainun Nadjib, aku pun mulai mengoleksi lagu-lagunya. Hingga terkumpul 48 lagu Letto yang kemudian aku jadikan 1 Folder dan kuurutkan sesuai album dan tahun keluarnya. Dan itu semua kulakukan pada setahun yang lalu saat aku bekerja di sebuah warnet sebagai operator.

Hari ini, sudah 1 semester aku resign dari warnet. Setiap aku mendengarkan lagu-lagunya Letto, aku kembali teringat kisahku setahun yang lalu. Kisah yang sangat mengharukan untuk dikenang.

Tahun 2015 aku lulus MA. Suatu jenjang pendidikan yang jika lulus akan menghadirkan dua pilihan: Kerja dan Kuliah. Setelah kupikirkan matang-matang, kuputuskan untuk kuliah. Raih Bidikmisi. Karena itu jalan satu-satunya bagiku yang hanya anak dari seorang buruh tani ini.

Tapi nasib berkehendak lain. Tahun 2015 aku tidak lulus SNMPTN, SBMPTN, dan SPMB Mandiri di salah satu PTN. Agustus 2015, kupuruskan untuk cari kesibukan sederhana minimal bisa kugunakan untuk keperluan pribadiku sehari-hari. Aku menjadi staf di SMK Al Khidmah Ngronggot. 

Jobku adalah bantu tugas Ka. TU dalam surat menyurat dan berbagai urusan kecil lainnya. Selain itu, aku juga bantu pembina OSIS dan PMR dalam mengawal kedua organisasi tersebut. Dan karena yang merekrutku ialah Pak Nokedya Ariawan, yaitu Waka Kesiswaan MAA maka mau tidak mau aku pun juga membantunya dalam berbagai hal yang sifatnya sederhana.

Bulan September kuputuskan untuk membeli buku-buku tentang SBMPTN untuk persiapan tahun 2016. Aku beli dua buah buku di Mawarid. Namun ternyata dua buku itu tidak bisa membuatku puas karena masih terlalu tipis dan terbitan lawas. 

Akhir bulan Nopember, aku ikut ziarah wali  Jateng. Saat sampai di Jogja dan mampir di Taman Pintar, kuputuskan untuk membeli buku lagi. Dapat. Harganya 120 ribu. Di susun oleh Tim Master Eduka. Ini buku yang kucari. 

Selain di sekolahan, aku juga bekerja di warnet sebagai operator. Kerjanya malam, jam 7 sampai jam 12. Pada bulan Januari aku ke toko buku Oscar. Membeli buku lagi. Dapat. Harganya 40 ribu. Buku murah, tapi berkualitas. Disusun oleh Tim Tentor Indonesia. Berisi paket soal SBMPTN mulai tahun 2008 hingga 2015 dan pembahasan, plus soal try out dan prediksi. Komplitlah sudah bahan-bahan untuk menghadapi SBMPTN.

Mulai Januari 2016, aku tertib belajar pagi, sore, dan malam. Kalau malam aku belajar setelah pulang kerja, pukul 00.00 s.d 02.00 WIB. Tekadku bulat. Tak akan ada yang bisa melemahkan semangatku, sekalipun itu guru-guruku sendiri.

Aku belajar lebih lama dari palajar pada umumnya. Aku berdo'a lebih mantab dari siapa saja. Walau pun sedang lelah, minimal sehari kukerjakan 1 paket soal dan membahasnya. Jika kantuk tiba, akan segera kuusir dengan kopi. Jika malas tiba, segera kuingat-ingat lagi impianku, motivasiku, apa pun saja yang membuatku semangat lagi pada saat itu juga. 

Ternyata usaha memang tidak pernah menghianati hasil. Aku lulus SBMPTN 2016. Di terima di UM sebagai Mahasiswa Bidikmisi Jurusan Sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun