Ini adalah bacaan berat untuk hati yang sekarat
Dimulai dari sepasang mata jalang di pesta pernikahan
Pandangannya meneliti sebadan-badan sejak leher hingga tulang belakang
Lalu jatuh segelas Cabernet Sauvignon yang manis
Ruah sampai ke palung hati, mulai menari, lengkap dengan tawa
Kisah berlanjut di hari berikutnya, ketika pandang wajah
Sehijau daun ketapang, membayang-bayang ke peraduan
Mengikrarkan hari lahir sebuah tulang rusuk
Membunuh daging kesunyian yang dinginnya pernah menusuk-nusuk
Namun akhir-akhir ini, sebuah mimpi buruk terulang
Meski selimut sudah ditarik hingga ujung kepala
Bayang kenangan tetap tak mau tenang, terus merayap ketakutan
Beginilah akibat jika sepotong pagi dilumat saat makan malam
Sampai detik kutulis puisi ini, kita masih berdebat
Siapa yang lebih dulu pergi dan siapa yang lebih layak menderita?