Mohon tunggu...
Achmad Zamzami
Achmad Zamzami Mohon Tunggu... -

Achmad Zamzami\r\nASISTEN AHLI BIDANG KELEMBAGAAN\r\nKomisi Penyiaran Indonesia Pusat\r\n08111231926

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketika Media Sosial Menjadi "Dewa"

23 Januari 2018   10:40 Diperbarui: 23 Januari 2018   10:58 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan sederhana, apakah media sosial akan menjadi manfaat (berkah) atau musibah bagi toleransi dan keberagaman? Musibah atau berkah sangat tipis sekali jaraknya bahkan nampak samar karena ada gradasi warna yang susah dibedakan. 

Acapkali musibah itu menjadi berkah, atau berkah itu nantinya berujung pada musibah, jika sudah ditangan media sosial. Saat ini dunia seolah porosnya sudah dikuasai oleh yang namanya media sosial, bagaimana tidak hampir semua mengenal den memiliki.

Jika ditanya, dagangan apa yang paling laris "keyakinan". Tidak perlu modal, tetapi akan banyak pembeli yang bisa memborong habis dagangan dan menjual lagi ke orang. Pepatah jawa mengatakan, kriwikan didi grojokan yang artinya tetesan air akan menjadi air terjun atau masalah yang kecil akan menjadi besar dan modsos menjadi pirantinya. Isu atau kesalahpahaman bisa menjadi momok yang besar dan menghacurkan yang namanya toleransi dan keberagaman.

Sebut saja Saeni, yang warung wartegnya kena razia Satpol PP beberapa waktu yang lalu. Media masa mampu menggiring sebagian opini lalu menjadi viral. Efek yang muncul dari opini yang viral tersebut membuat para netizen rame-rame saweran untuk menyumbang Saeini dan terkumpul hingga 200-an juta. Bukan masalah siapa Saeni, tetapi embel-embel toleransi dan keberagaman yang disematkan mampu membuat netizen langsung reaktif tanpa peduli permasalahan yang sebenarnya.

Medsos bak seperti dewa yang dipuja. Setiap saat mata dan jemari ini selalu menjalani ritual dan masuk dalam labirin-labirin media sosial, dan acapkali mewartakan tanpa harus berkotbah. 

Medsos tak lagi sebagai sarana berjejaring tetapi menjadi sarana pewarta yang efektif dan masiv. Hendak mencari dewa mana, semua ada di medsos. Urusan keberagaman, toleransi bisa menjadi dupa-dupa persembahan yang bisa mendatangkan berkah atau musibah.

Jawaban sederhana, musibah atau berkah? Kembali kepada pengguna sosial media dan aktor intelektual yang bisa memainkan media sosial. Media sosial bak senjata yang bisa diarahkan untuk membunuh, atau melindungi dari pembunuh. 

Kembali lagi pada tujuan pelakunya. Pepatah mengatakan mulutmu harimaumu, tetapi sekarang hati, pikiran, dan mulut berpindah dalam genggaman yang bisa dilontarkan dalam media sosial. Pesan moralnya, bijaklah menggunakan media sosial karena bisa memposisikan diri dalam ujung tanduk.

Ups. Ingat Nyalimu, Tanggung Jawab mu bukan karena medsos tetapi bagaimana kamu melakoni proses berkehidupan...jika saja para pengguna medsos bijak dan cerdas.

akan lebih bermanfaat bahkan akan dapat menciptakan pundi pundi uang dalam berkehidupan, tak hanya itu wawasan serta pola berpikir hingga pergaulan akan menjadikan lebih berwibawa..Nah tinggal diri kita bagaimana memilih dan menjadikan Medsos sebagai Dewa atau Manfaat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun