Perihal kenapa aku mau menikah dengan kamu, kan, Nan?
Aku tahu kamu sering penasaran dengan itu. Tapi, Nan, padahal perempuan mana sih yang tidak mau membersamai kamu sepanjang hidupnya? Perempuan mana yang tidak terpana melihatmu dan semua yang kamu miliki? Kamu tipe laki-laki yang diidamkan oleh hampir semua perempuan, termasuk calon menantu yang pasti dibanggakan oleh hampir semua kaum mama. Kamu tipe laki-laki yang, orang-orang bilang, bahkan layak disandingkan dengan Maudy Ayunda atau Putri Tanjung. Jadi bukankah aku yang seharusnya lebih penasaran dengan alasan kenapa kamu mau menikah denganku?
"Kamu enggak suka perempuan cantik ya, Nan?" aku bertanya pada suatu waktu setelah menyerahkan sebuket bunga jengger yang kurangkai sendiri di toko bunga milik temanku.
"Sukalah. Mana ada laki-laki yang enggak suka perempuan cantik?" katamu. Masih sambil sesekali melirikku, tidak percaya kalau buket bunga di tanganmu benar-benar hasil rangkaianku.
"Terus? Kok dulu kamu pacaran sama aku? Nikah juga sama aku,"
"Kamu kan cantik,"
"Gombal!"
"Sumpah deh! Kamu cantik, cuma sering lebih dominan saja jeleknya,"
Nan! Kamu tertawa. Dan sumpah, aku suka suara tawamu. Tapi tenang saja, aku tidak jatuh cinta kepadamu karena suara tawamu, kok. Aku jatuh cinta pada caramu mencintaiku.
...
Hari Minggu.