Bayangkan kamu sedang ada di meja makan. Di hadapanmu, terhidang satu jenis makanan. Tak peduli suka atau tidak, kamu terpaksa menghabiskannya.
Pada waktu lain di tempat yang sama, terhidang beragam menu makanan lezat. Kamu bebas memilih menu apapun sesuai dengan selera dan kebutuhanmu. Oleh karena sedang diet, kamu memilih salad ayam dengan dressing saus alpukat dibanding burger dengan saus keju.
Ketika dihadapkan pada dua kondisi di atas, mana yang akan kamu pilih?
Kebanyakan dari kita pasti memilih yang kedua karena tidak ada unsur paksaan di dalamnya. Inilah sifat dasar manusia yang cenderung senang diberi kebebasan. Suka untuk merdeka.
Sifat dasar ini berlaku di semua aspek, termasuk pendidikan. Tidak bisa semua peserta didik dipaksa untuk menikmati 'hidangan' yang sama. Budi yang punya selera tinggi di musik, tidak bisa dipaksakan menikmati hitungan kalkulus yang amat dibencinya. Begitu pula Agus yang suka ilmu eksak, tetapi kurang dalam ilmu sejarah.
Sebagai generasi 90-an, aku ingat sekali bahwa pola pembelajaran saat itu mengharuskan kami banyak menghafal dan membuat rangkuman. Kami tidak dipancing untuk bertanya dan mengetahui lebih dalam tentang why di balik ilmu-ilmu yang dipelajari.
Alhasil, kurikulum konvensional ini membawa Indonesia masih ada di deretan bawah dari segi kualitas pendidikan, baik itu berdasarkan data World Population Review tahun 2021 (Indonesia ada di peringkat ke-54 dari 78 negara), juga skor The Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang menempatkan Indonesia ada di peringkat keenam dari bawah.
Kabar yang menyedihkan, bukan?
Ketertinggalan ini, tak lain karena penerapan kurikulum konvensional yang kaku, teacher centered, dan menjadikan nilai sebagai indikator kecerdasan. Padahal setiap peserta didik punya potensi yang berbeda-beda dan diyakini unggul bila mempelajari ilmu sesuai minatnya.
Maka itu, pemerintah selaku pemangku kebijakan perlu melakukan inovasi demi menyelamatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan di bidang pendidikan.
Merdeka Belajar: Transformasi Pendidikan Indonesia
Untung saja, kini pemerintah melalui Kemendikbudristek tengah menuju ke sana. Dengan meluncurkan program Merdeka Belajar sejak tahun 2019, diharapkan semua anak Indonesia bisa mencapai akses pendidikan bermutu, inklusi, dan menyenangkan. Dengan Merdeka Belajar, peserta didik dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang punya karakter kuat sesuai Pancasila.